Depok, (Antara Megapolitan) - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua guru besar tetap baru, yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) sehingga kampus tersebut memiliki 237 guru besar tetap.

"Dengan dikukuhkannya dua guru besar tersebut jumlah guru besar UI bertambah menjadi 237 orang," kata Rektor UI Prof Muhammad Anis ketika mengukuhkan keduanya di Gedung Makara Art Centrum, Kampus UI Depok, Rabu.

Kedua Guru Besar Tetap UI yang baru yaiti Prof. Wibowo Mangunwardoyo dalam bidang Ilmu Biologi dan Prof Yati Afiyanti dalam bidang Ilmu Keperawatan.

Rektor mengatakan untuk Guru Besar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) saat ini berjumlah 11 orang dimana hanya satu orang perempuan. Sedangkan Guru Besar Tetap dari Ilmu Keperawatan berjumlah 6 orang dan semuanya perempuan.

Dalam pidatonya berjudul `Peran Aspergillus spp. Untuk Mendukung Kesejahteraan Masyarakat`, Prof. Wibowo memaparkan bahwa Aspergillus spp. merupakan mikroorganisme yang bermanfaat bagi manusia sebagai penghasil enzim dan obat serta berperan di bidang industri makanan, farmasi, diagnosis penyakit dan rekayasa genetika.

Pada industri makanan, sebagai contoh, Aspergillus spp. berperan besar dalam pembuatan kecap. Sedangkan pada dunia farmasi, Aspergillus spp. dimanfaatkan untuk penghasil senyawa antibiotik, antihiperkolesterolemia dan antikanker.

Di samping itu, Aspergillus spp. juga bermanfaat sebagai penghasil antioksidan yang berfungsi menghambat penyakit degeneratif.

Penelitian mengenai manfaat Aspergillus spp. dalam memproduksi antioksidan ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UI - dimana sebanyak 12 biakan Aspergillus spp. telah diuji dan mampu menghasilkan antioksidan yang paling tinggi.

Dikatakannya masih banyak hal yang harus dikerjakan sebagai pekerjaan rumah dalam pengembangan genus Aspergillus spp., terutama yang diisolasi dari bumi pertiwi Indonesia, merupakan bioprospek yang belum di eksplorasi. Salah satu kendalanya adalah kesulitan di dalam mengembangkan ilmu dasar di negeri ini.

Sedangkan dalam pengukuhannya, Prof Yati menyampaikan pidato bertajuk `Promosi Kesehatan Seksual: Kontribusi Penting Keperawatan dalam Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan`.

Selama lima tahun terakhir, Prof Yati tengah memfokuskan risetnya pada masalah kanker organ reproduksi (kanker ginekologi) yang banyak dialami oleh perempuan.

Prof Yati mendalami pada aspek psikoseksual yang berdampak pada munculnya masalah kesehatan baru bagi perempuan itu sendiri serta bagi keluarga dan masyarakat.

Sebagai contoh dari hasil studinya, Prof Yati mendapati bahwa perempuan yang mengalami disfunsgi seksual akibat kanker dan terapinya, kemudian mengakibatkannya mengalami tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari pasangan dan seringkali pasangan melakukan kekerasan psikis.

Data lainnya menunjukkan bahwa terdapat jumlah perceraian yang bermakna pada perempuan kanker servik.

Melihat fenomena tersebut, Prof. Yati menekankan, diperlukannya edukasi dan informasi dari tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah Para Perawat, di dalam penyelesaian permasalahan seksualitas pascaterapi kanker.

Sementara di sisi lain, pelayanan keperawatan di Indonesia belum memiliki standar pelayanan untuk mempromosikan kesehatan seksual.

Hambatan utama adalah kurangnya pengetahuan, perilaku serta sikap untuk memberikan eduksi dan konseling tentang kesehatan seksual serta terbentuknya budaya malu mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan aspek seksual.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017