Bogor (Antara Megapolitan) - Aminatul Zahra, mahasiswa Program Studi Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (SPS IPB) melakukan penelitian tentang ekstrak rumput laut gracilaria verrucosa sebagai imunostimulan untuk melawan White Spot pada udang vaname litopenaeus vannameiâ€. Penelitian ini di bawah bimbingan Dr. Ir. Sukenda dan Dr. Dinamella Wahjuningrum.
Salah satu penyakit yang menyerang udang vaname adalah penyakit White Spot yang disebabkan White Spot Syndrome Virus (WSSV). Virus ini dapat mengakibatkan 100 persen kematian pada dua sampai sepuluh hari sejak penyerangan. Di Indonesia, WSSV menyerang udang di Jawa Barat, Banten, Bali, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Salah satu upaya efektif mencegah penyebaran WSSV, salah satunya dengan pemberian imunostimulan. Bahan alami yang dapat dijadikan sebagai imunostimulan yang aman dan ramah lingkungan adalah rumput laut G. verrucosa.
G.verrucosa sebagai mengandung senyawa polisakarida yang biasanya berisi galaktosa maupun galaktan bersulfat. Polisakarida tersebut memiliki sifat antiviral, antikoagulasi, antitumor dan aktifitas immunomodulatory pada mamalia.
Pemberian ekstrak rumput laut G. Verrucosa dalam pakan diharapkan dapat menstimulasi sistem imun udang vaname. Senyawa bioaktif G.verrucosa bisa diperoleh dengan cara ekstraksi.
Dalam proses ekstraksi banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya, salah satunya jenis pelarut. Perlu ada uji bahan pelarut untuk menentukan proses terbaik dalam proses ekstraksi G.verrucosa.
Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan. Penelitian tahap satu, menguji jenis pelarut yang terbaik. Penelitian tahap dua, menguji pengaruh dosis ekstrak G. verrucosa dalam pakan yang tepat untuk meningkatkan sistem imun dan resistensi udang vaname terhadap WSSV. Penelitian tahap tiga, menguji pengaruh lama pemberian ekstrak G.verrucosa dalam meningkatkan kinerja produksi dan respons imun udang vaname (L. vannamei) terhadap serangan penyakit WSSV.
Penelitian yang dilaksanakan pada Agustus - Oktober 2015 ini bertempat di Laboratorium Vicomas (Cibinong), Laboratorium Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB dan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor.
Udang vaname diberi pakan ekstrak secara at satiation sebanyak tiga kali sehari. Parameter uji yang diamati adalah total hemosit (THC), aktifitas fagositosis (AF), diferensial hemosit (DHC), aktifitas phenoloksidase (PO), respiratory burst (RB), kelulushidupan, laju pertumbuhan harian (LPH), rasio konversi pakan (FCR), Nested PCR, histopatologi, dan gejala klinis.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ekstraksi G. verrucosa dengan pelarut etil asetat menghasilkan senyawa bahan aktif seperti phenol, vanilin, phytol, ester, sulfat, dan galaktosa yang paling tinggi.
Pada dosis ekstrak G. verrucosa 4 gram per kilogram pakan memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan respons imun dan juga resistensi udang vaname terhadap WSSV.
Dan lama pemberian ekstrak G. verrucosa selama dua minggu (interval tujuh hari) selama sebulan memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan kinerja produksi dan sistem imun, serta resistensi udang vaname terhadap WSSV.(AT/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Salah satu penyakit yang menyerang udang vaname adalah penyakit White Spot yang disebabkan White Spot Syndrome Virus (WSSV). Virus ini dapat mengakibatkan 100 persen kematian pada dua sampai sepuluh hari sejak penyerangan. Di Indonesia, WSSV menyerang udang di Jawa Barat, Banten, Bali, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Salah satu upaya efektif mencegah penyebaran WSSV, salah satunya dengan pemberian imunostimulan. Bahan alami yang dapat dijadikan sebagai imunostimulan yang aman dan ramah lingkungan adalah rumput laut G. verrucosa.
G.verrucosa sebagai mengandung senyawa polisakarida yang biasanya berisi galaktosa maupun galaktan bersulfat. Polisakarida tersebut memiliki sifat antiviral, antikoagulasi, antitumor dan aktifitas immunomodulatory pada mamalia.
Pemberian ekstrak rumput laut G. Verrucosa dalam pakan diharapkan dapat menstimulasi sistem imun udang vaname. Senyawa bioaktif G.verrucosa bisa diperoleh dengan cara ekstraksi.
Dalam proses ekstraksi banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya, salah satunya jenis pelarut. Perlu ada uji bahan pelarut untuk menentukan proses terbaik dalam proses ekstraksi G.verrucosa.
Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan. Penelitian tahap satu, menguji jenis pelarut yang terbaik. Penelitian tahap dua, menguji pengaruh dosis ekstrak G. verrucosa dalam pakan yang tepat untuk meningkatkan sistem imun dan resistensi udang vaname terhadap WSSV. Penelitian tahap tiga, menguji pengaruh lama pemberian ekstrak G.verrucosa dalam meningkatkan kinerja produksi dan respons imun udang vaname (L. vannamei) terhadap serangan penyakit WSSV.
Penelitian yang dilaksanakan pada Agustus - Oktober 2015 ini bertempat di Laboratorium Vicomas (Cibinong), Laboratorium Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB dan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor.
Udang vaname diberi pakan ekstrak secara at satiation sebanyak tiga kali sehari. Parameter uji yang diamati adalah total hemosit (THC), aktifitas fagositosis (AF), diferensial hemosit (DHC), aktifitas phenoloksidase (PO), respiratory burst (RB), kelulushidupan, laju pertumbuhan harian (LPH), rasio konversi pakan (FCR), Nested PCR, histopatologi, dan gejala klinis.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ekstraksi G. verrucosa dengan pelarut etil asetat menghasilkan senyawa bahan aktif seperti phenol, vanilin, phytol, ester, sulfat, dan galaktosa yang paling tinggi.
Pada dosis ekstrak G. verrucosa 4 gram per kilogram pakan memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan respons imun dan juga resistensi udang vaname terhadap WSSV.
Dan lama pemberian ekstrak G. verrucosa selama dua minggu (interval tujuh hari) selama sebulan memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan kinerja produksi dan sistem imun, serta resistensi udang vaname terhadap WSSV.(AT/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017