PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah merampungkan pembangunan Bendungan Temef di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan siap diresmikan Presiden Joko Widodo pada Selasa (1/10) besok.
Bendungan terbesar di NTT itu mencakup tiga desa pada dua kecamatan, yakni Desa Oenino dengan Desa Pane Utara, Kecamatan Oenino, serta Desa Konbaki, Kecamatan Polen, dengan panjang puncaknya mencapai 535 meter dan tinggi 54,35 meter.
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan Bendungan Temef memiliki luas genangan 297,78 hektare, dan dapat menampung air hingga 45,78 juta meter kubik.
“Ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang mempunyai curah hujan lebih rendah dibandingkan daerah lain. Maka pembangunan bendungan diikuti pula oleh pembangunan jaringan irigasinya,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Bendungan Leuwikeris di Tasikmalaya Jabar
Dia menambahkan bendungan yang masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) itu nantinya akan berfungsi sebagai pengendali banjir pada area hilir bendungan. Bendungan Temef disebutnya mampu mereduksi banjir di Kabupaten Malaka sebesar 15 persen.
Dia menjelaskan bahwa Bendungan Temef memiliki keunggulan dibandingkan bendungan lainnya. Salah satu keunggulannya adalah penggunaan teknologi digital In-Place Inclinometer (IPI) yang memungkinkan pemantauan konstruksi secara lebih efektif dan efisien.
“Proses cetak Riprap Beton pun dilakukan di lokasi proyek. Proses ini sebagai solusi alternatif yang berdampak pada penghematan biaya dan quality control,” jelas Ermy.
Baca juga: OIKN sebut Bendungan Sepaku Semoi bisa jadi destinasi pariwisata di IKN
Ia melanjutkan, Bendungan Temef pun cukup unik karena memiliki motif dan gapura yang melambangkan persatuan dari beberapa desa lokal di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Material utama yang digunakan untuk membangun bendungan utama adalah batu alam jenis kefa. Batu ini merupakan material lokal yang hanya dapat ditemukan di sekitar wilayah Temef atau Kabupaten Kefa.
Tidak hanya fokus pada pembangunan, Waskita Karya juga melakukan sejumlah kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) untuk memberikan manfaat sosial yang optimal bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Desa Oenino yang berlokasi dekat dengan proyek Bendungan Temef.
Kegiatan yang dimaksud meliputi pembangunan bak air, membangun fasilitas umum dan olahraga, dukungan pengecoran gereja, donor darah bersama RSUD Soe, pelepasan bibit ikan dan penanaman pohon kelapa, serta sosialisasi malaria dan medical check up bersama Puskesmas Oenino.
Baca juga: Pembangunan Bendungan Jlantah dan Jragung di Jateng capai 86 persen
Pembangunan Bendungan Temef terbagi menjadi empat paket. Paket I dikerjakan oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT Waskita-Bangunnusa, lalu Paket IV digarap oleh KSO PT Waskita-Bahagia-Guntur.
Sedangkan Paket II dan III dikerjakan oleh KSO PT Nindya-Bina Nusa Lestari. Sementara total anggaran pembangunan bendungan ini mencapai Rp2,7 triliun dari APBN.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Bendungan terbesar di NTT itu mencakup tiga desa pada dua kecamatan, yakni Desa Oenino dengan Desa Pane Utara, Kecamatan Oenino, serta Desa Konbaki, Kecamatan Polen, dengan panjang puncaknya mencapai 535 meter dan tinggi 54,35 meter.
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan Bendungan Temef memiliki luas genangan 297,78 hektare, dan dapat menampung air hingga 45,78 juta meter kubik.
“Ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang mempunyai curah hujan lebih rendah dibandingkan daerah lain. Maka pembangunan bendungan diikuti pula oleh pembangunan jaringan irigasinya,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Bendungan Leuwikeris di Tasikmalaya Jabar
Dia menambahkan bendungan yang masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) itu nantinya akan berfungsi sebagai pengendali banjir pada area hilir bendungan. Bendungan Temef disebutnya mampu mereduksi banjir di Kabupaten Malaka sebesar 15 persen.
Dia menjelaskan bahwa Bendungan Temef memiliki keunggulan dibandingkan bendungan lainnya. Salah satu keunggulannya adalah penggunaan teknologi digital In-Place Inclinometer (IPI) yang memungkinkan pemantauan konstruksi secara lebih efektif dan efisien.
“Proses cetak Riprap Beton pun dilakukan di lokasi proyek. Proses ini sebagai solusi alternatif yang berdampak pada penghematan biaya dan quality control,” jelas Ermy.
Baca juga: OIKN sebut Bendungan Sepaku Semoi bisa jadi destinasi pariwisata di IKN
Ia melanjutkan, Bendungan Temef pun cukup unik karena memiliki motif dan gapura yang melambangkan persatuan dari beberapa desa lokal di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Material utama yang digunakan untuk membangun bendungan utama adalah batu alam jenis kefa. Batu ini merupakan material lokal yang hanya dapat ditemukan di sekitar wilayah Temef atau Kabupaten Kefa.
Tidak hanya fokus pada pembangunan, Waskita Karya juga melakukan sejumlah kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) untuk memberikan manfaat sosial yang optimal bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Desa Oenino yang berlokasi dekat dengan proyek Bendungan Temef.
Kegiatan yang dimaksud meliputi pembangunan bak air, membangun fasilitas umum dan olahraga, dukungan pengecoran gereja, donor darah bersama RSUD Soe, pelepasan bibit ikan dan penanaman pohon kelapa, serta sosialisasi malaria dan medical check up bersama Puskesmas Oenino.
Baca juga: Pembangunan Bendungan Jlantah dan Jragung di Jateng capai 86 persen
Pembangunan Bendungan Temef terbagi menjadi empat paket. Paket I dikerjakan oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT Waskita-Bangunnusa, lalu Paket IV digarap oleh KSO PT Waskita-Bahagia-Guntur.
Sedangkan Paket II dan III dikerjakan oleh KSO PT Nindya-Bina Nusa Lestari. Sementara total anggaran pembangunan bendungan ini mencapai Rp2,7 triliun dari APBN.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024