Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia mendapatkan penghargaan UNESCO Jikji Memory of the World Prize edisi ke-10 tahun 2024 atas pelestarian naskah Nusantara yang konsisten selama dua dekade terakhir.

"Membangun ekosistem yang berkelanjutan untuk program pelestarian dan aksesibilitas naskah memang menantang, namun sangat membanggakan jika ekosistem tersebut memungkinkan lebih banyak orang dapat mengambil manfaat dari warisan dokumenter ini," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perpusnas, E Aminudin Aziz dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Penyerahan anugerah tersebut dihadiri oleh Aminudin bersama Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Aditia Gunawan di Cheongju, Korea Selatan, pada Rabu (4/9).

Menurutnya, capaian itu tidak akan diraih tanpa adanya dukungan dan partisipasi aktif dari para mitra Perpusnas, seperti asosiasi profesi masyarakat pernaskahan Nusantara (Manassa), akademisi, komunitas pernaskahan, yakni Ngariksa, lembaga perpustakaan, arsip, dan museum.

Selain itu, juga program-program digitalisasi internasional, seperti Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (Dreamsea) dan Endangered Archives Programme (EAP) British Library.

Baca juga: Kubu Raya ajukan bantuan 1.000 judul buku ke Perpusnas tingkatkan IPLM
Baca juga: Hari Pustakawan Nasional 7 Juli di Indonesia bakti mencerdaskan dan memajukan bangsa

"Pemangku yang paling penting adalah para pemilik naskah yang sama-sama memiliki kecintaan terhadap naskah Nusantara. Ekosistem pernaskahan ini harus senantiasa diperkuat agar kesadaran masyarakat tentang pentingnya naskah Nusantara yang menyimpan memori bangsa dapat menjadi sumber informasi sekaligus sumber inspirasi," katanya.

Ia menggarisbawahi capaian internasional Perpusnas yang dinilai oleh para dewan juri internasional, meliputi program-program penyebarluasan informasi naskah Nusantara bagi berbagai kalangan.

Hingga tahun 2023, Perpusnas menghasilkan sebanyak 710 buku yang berbasis naskah Nusantara, baik berupa alih aksara, alih bahasa, kajian, dan saduran. Bahkan, pada tahun 2024, 100 buku seri komik berbasis naskah akan diterbitkan.

Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay mengucapkan selamat kepada Perpusnas atas prestasi tersebut.

Dia menekankan pentingnya manuskrip sebagai jendela untuk memahami sejarah, budaya, dan pengalaman hidup masa lalu.

“Upaya kolektif kita untuk meningkatkan pelestarian dan aksesibilitas terhadap warisan dokumenter harus terus berlanjut. Saya mengucapkan selamat kepada Perpusnas atas penghargaan yang layak diterima ini," ucap Audrey.

Baca juga: Indonesia masih kekurangan hampir setengah juta pustakawan

Dalam Jikji Prize edisi ke-10 tahun 2024, Perpusnas menjadi lembaga kesepuluh yang mendapatkan anugerah sekaligus pertama kali dari Indonesia.

Para juri menilai kontribusi luar biasa Perpusnas terhadap usaha pelestarian dan perluasan akses naskah Nusantara melalui pelaksanaan program ekstensif dalam penyelamatan dan peningkatan akses warisan dokumenter selama dua dekade terakhir.

Jikji Prize disponsori oleh Pemerintah Kota Cheongju, Korea Selatan. Nama hadiah terinspirasi dari buku Jikji, sebuah kitab cetakan metal bergerak pertama yang diproduksi pada tahun 1377 di Kota Cheongju. Kitab tersebut berisi ajaran Buddhist yang telah didaftarkan sebagai Memory of the World pada tahun 2001.

Jikji Prize adalah penghargaan yang diberikan oleh UNESCO kepada individu, institusi atau lembaga swadaya masyarakat di negara anggota yang berkontribusi secara signifikan terhadap upaya pelestarian dan perluasan akses warisan dokumenter, termasuk naskah kuno.

Tujuan utamanya untuk membangkitkan kesadaran tentang warisan dokumenter yang berharga bagi kemanusiaan. Hingga tahun 2022, tercatat sembilan lembaga di dunia yang mendapat penghargaan tersebut.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024