Bogor (Antara Megapolitan) - Indonesia merupakan negara yang dianugerahi kekayaan alam yang melimpah dan  menjadi salah satu negara yang menyumbangkan sejumlah tinggi barang ekspor seperti kopi, kayu, rempah-rempah serta kelapa sawit dunia. Akan tetapi terkadang potensi yang terdapat pada suatu daerah di Indonesia kurang berkembang karena keterbatasan akses infrastruktur dan sumberdaya manusia yang mumpuni.

Melihat potensi negara ini Prof.Dr. Ir. H. Mochamad Hasjim Bintoro M,Agr, Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor  (IPB) bersama Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si, Agief Julio Pratama, SP, Fendri Ahmad, SP, M Iqbal Nurulhaq, SP dan Liska Ayulia, A.Md mengembangkan sebuah program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau tentang pengembangan hutan pohon sagu.

Program yang telah dilaksanakan selama enam bulan ini meliputi kegiatan pemberdayaan yang berupa pelatihan dalam produksi sagu, pelatihan penanaman kembali bibit sagu dan menerapkan sistem tumpang sari menggunakan tanaman palawija. Selain itu, pula diberikan pelatihan memelihara ternak seperti ikan dan itik yang ditempatkan pada areal tanaman sagu.

Tidak hanya sampai di situ saja program pun berlanjut hingga pascapanen yaitu dengan diberikannya pelatihan dalam memanfaatkan sagu tersebut menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi seperti gula cair dan bioetanol dengan memanfaatkan karbohidrat yang terkandung di dalamnya. Hal ini agar industri rumah tangga dan kelompok tani sagu dapat berkembang di sana.

Saat ini dampak tingginya angka impor komoditas pertanian kian dirasakan di Indonesia. Beberapa komoditas utama seperti makanan pokok,  beras dan gula misalnya, juga bahan energi minyak bumi pun saat ini masih diperoleh dari negara-negara asing.

''Setiap harinya dengan konsumsi 1.600 barel per harinya, maka Indonesia perlu mengembangkan sumber energi sebagai alternatif sumber energi minyak bumi yang setiap tahun kian menipis persediaannya,'' ujar Prof. Bintoro.

Kabupaten Kepulauan Meranti ini merupakan daerah yang memiliki kawasan gambut yang luas. Dengan adanya kegiatan penanaman bibit pohon sagu pada lahan kosong (revegatasi) dapat meminimalisir terjadinya kerusakan pada sistem gambut seperti salah satunya yaitu mencegah terjadinya kebakaran hutan.

Pengembangan masyarakat tani berbasis sagu ini diharapkan tidak hanya berhenti di Kabupaten Kepulauan Meranti saja, tetapi dapat menjadi contoh dan menyebar di berbagai wilayah Indonesia yang memiliki hutan sagu, mengingat luas hutan Indonesia memiliki 5,5 juta hektar areal sagu. (GG/ris)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017