Pulang Pisau (Antara Megapolitan-Bogor) - Ledakan keras terjadi di Yayasan Pondok Pesantren atau Madrasah Tsanawiyah Al Mujahidin di Desa Sebangau Permai, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah pada Sabtu (1/7) sekitar pukul 16.30 WIB, namun tidak ada indikasi ledakan terkait dengan jaringan teroris.
"Memang ada ledakan di lokasi Yayasan atau Madrasah tersebut, tetapi tidak ada kaitannya dengan jaringan teroris. Kami masih mendalami kejadian ledakan itu," kata Kapolres Pulang Pisau, AKBP Dedy Sumarsono SIK MH saat dikonfirmasi Antara di Palang Pisau, Sabtu (1/7) malam.
Kesimpulan sementara dari kepolisian setempat, ungkap Dedy Sumarsono, ledakan keras menyerupai bom di sekolah itu adalah racikan mercon dengan bahan dasar belerang dan karbit.
Kapolres menjelaskan, kejadian ini masih didalami dan yang pasti peracik bom tersebut bernama Heri Wahyudi adalah guru honor di madrasah itu, bukan bertujuan merakit bom, tetapi hanya untuk membuat mercon atau petasan.
Dari informasi yang dihimpun petugas di lapangan, sebut Dedy Sumarsono, Heri Wahyudi adalah warga Desa Sebangau Permai, kelahiran 5 Januari 1989, dan sebagai guru honor di Madrasah Al Mujahidin.
Saksi dalam ledakan itu adalah Noor Imansyah Bin Supriadi, warga Desa Sebangau Permai kelahiran 5 Mei 2002, siswa Madrasah Al Mujahidin Kelas II, dan Riki Nuriadi warga Desa Sebangau Permai kelahiran 23 Juni 2001, siswa Madrasah Al Mujahidin Kelas I.
Dari keterangan Noor Imansyah, peracik bahan Heri Wahyudi memanggil dirinya dan Nuriadi masuk kedalam sekolah. Posisi sekolah dalam keadaan kosong, dan setibanya di ruangan sekolah itu keduanya melihat gurunya sedang meracik bahan itu dengan menggunakan alat blender.
Kedua saksi tidak mengetahui campuran dan tidak mengetahui apa maksud dan tujuan guru melakukan hal itu.
Bahan-bahan tersebut kemudian meledak saat diracik di blender.
Menurut keterangan Riki Nuriadi, guru honor tersebut juga pernah melakukan hal serupa pada Jumat (30 Juni 2017) dengan tempat dan lokasi tidak diketahui.
Akibat ledakan dari bahan-bahan campuran sejenis bom itu, ketiganya mengalami luka-luka karena hanya berjarak lima meter dari tempat meracik.
Sementara Heri Wahyudi mengalami luka yang cukup parah. Peracik bom ini mengalami luka pada bagian wajah, kaki, tangan dengan satu jari tangan putus.
"Polisi masih mendalami kejadian tersebut. Ketiga korban saat ini masih menjalani perawatan," demikian Dedy Sumarsono. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Memang ada ledakan di lokasi Yayasan atau Madrasah tersebut, tetapi tidak ada kaitannya dengan jaringan teroris. Kami masih mendalami kejadian ledakan itu," kata Kapolres Pulang Pisau, AKBP Dedy Sumarsono SIK MH saat dikonfirmasi Antara di Palang Pisau, Sabtu (1/7) malam.
Kesimpulan sementara dari kepolisian setempat, ungkap Dedy Sumarsono, ledakan keras menyerupai bom di sekolah itu adalah racikan mercon dengan bahan dasar belerang dan karbit.
Kapolres menjelaskan, kejadian ini masih didalami dan yang pasti peracik bom tersebut bernama Heri Wahyudi adalah guru honor di madrasah itu, bukan bertujuan merakit bom, tetapi hanya untuk membuat mercon atau petasan.
Dari informasi yang dihimpun petugas di lapangan, sebut Dedy Sumarsono, Heri Wahyudi adalah warga Desa Sebangau Permai, kelahiran 5 Januari 1989, dan sebagai guru honor di Madrasah Al Mujahidin.
Saksi dalam ledakan itu adalah Noor Imansyah Bin Supriadi, warga Desa Sebangau Permai kelahiran 5 Mei 2002, siswa Madrasah Al Mujahidin Kelas II, dan Riki Nuriadi warga Desa Sebangau Permai kelahiran 23 Juni 2001, siswa Madrasah Al Mujahidin Kelas I.
Dari keterangan Noor Imansyah, peracik bahan Heri Wahyudi memanggil dirinya dan Nuriadi masuk kedalam sekolah. Posisi sekolah dalam keadaan kosong, dan setibanya di ruangan sekolah itu keduanya melihat gurunya sedang meracik bahan itu dengan menggunakan alat blender.
Kedua saksi tidak mengetahui campuran dan tidak mengetahui apa maksud dan tujuan guru melakukan hal itu.
Bahan-bahan tersebut kemudian meledak saat diracik di blender.
Menurut keterangan Riki Nuriadi, guru honor tersebut juga pernah melakukan hal serupa pada Jumat (30 Juni 2017) dengan tempat dan lokasi tidak diketahui.
Akibat ledakan dari bahan-bahan campuran sejenis bom itu, ketiganya mengalami luka-luka karena hanya berjarak lima meter dari tempat meracik.
Sementara Heri Wahyudi mengalami luka yang cukup parah. Peracik bom ini mengalami luka pada bagian wajah, kaki, tangan dengan satu jari tangan putus.
"Polisi masih mendalami kejadian tersebut. Ketiga korban saat ini masih menjalani perawatan," demikian Dedy Sumarsono. (Ant).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017