Bogor (Antara Megapolitan) - Siapa yang tidak kenal dengan jagung? Sumber makanan yang menjadi salah satu komoditi sasaran pemerintah dalam mencapai swasembada pangan di Indonesia. Program yang telah berjalan sejak tahun 2016 ini fokus pada komoditi padi dan jagung melalui Upaya Khusus Tanaman Pangan Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale).

Terinspirasi dari program pemerintah tersebut, tim mahasiswa Departemen Agronomi dan Holtikultura (AGH) Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) turut menyumbang sebuah karya melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P).

Program tersebut berupaya dalam peningkatan produktivitas 'waxy corn' (jagung pulut) yang memiliki nama latin 'Zea Mays' var. 'ceritina' Kulesh.

Pemilihan jagung pulut dibandingkan dengan jagung lainnya berdasarkan pada kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya yang cukup tinggi, bahkan dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes.

''Kami memilih jagung pulut dibandingkan dengan jagung lainnya, selain dari kandungan nutrisi yang baik, kami juga ingin mengenalkan jagung ini lebih luas di masyarakat. Sehingga ragam pilihan makanan pokok dapat bertambah,'' ucap Audi sebagai ketua kelompok.

Jagung yang memiliki nama lain yaitu jagung ketan ini memiliki tekstur yang lengket seperti ketan dan rasa yang manis. Sehingga jagung ketan ini merupakan bahan dasar pembuatan bubur manis asal Manado dan makanan tradisional lainnya.

Rasa manis yang diberikan, bersumber dari kandungan karbohidrat yang tinggi dimana kandungan amilopektin mencapai lebih dari 90 persen. Karena kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi pada jagung ketan, tidaklah mengherankan bahwa jagung ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber bioetanol dan sebagai bahan baku perekat kertas.

Program yang dibentuk oleh Audi Sobriyan, M. Agus Narayubi, Neni Oktanti, Chandi Tri Akbar dan Fitri Dwi Febriani ini membuat sebuah penelitian mengenai penentuan produktivitas terbaik jagung pulut melalui pemberian polen jagung berdasarkan panjangnya rambut jagung.

Penyerbukan jagung didasarkan pada pertumbuhan panjang rambut jagung betina yang tumbuh dimana akan dicari hasil penyerbukan yang memproduksi jagung yang terbaik.

Penelitian yang dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo Kampus IPB Dramaga ini menggunakan benih jagung pulut varietas UR11 sebagai bahan percobaan. Benih jagung ditanam dengan metode 'stager planting' guna mengatur periode pembungaan. Pada umumnya jagung pulut dapat dipanen setelah 2-3 bulan.

Alasan utama kelompok ini dalam peningkatan produktivitas jagung pulut berdasar pada pendapatan petani yang cukup tinggi yaitu berkisar Rp 2.500 – 3.000 per kilogram.

Selain itu pula produktivitas jagung pulut yang hanya mencapai 2-2,5 ton per hektar yang cukup kecil bila dibandingkan dengan jagung lainnya.

''Kami berharap dengan meningkatnya produktivitas jagung pulut ini, maka akan semakin banyak petani yang menanam jagung pulut,'' tutur Chandi yang merupakan anggota kelompok.

Harapan dari kelompok ini selain ikut serta dalam program pemerintah Upsus Pajale, tim ini pun berharap bahwa jagung pulut dapat menjadi salah satu komoditi makanan pokok yang dikenal di berbagai daerah Indonesia dan menjadi bagian dari ragam makanan pokok bagi seluruh masyarakat mengetahui kandungan nutrisinya yang baik.  (GG/NM).


Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017