Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) bagi 60 orang kader Posyandu dan tim penggerak PKK di Kelurahan Tanah Baru, Depok Jawa Barat.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Elsa Roselina dalam keterangannya, Senin menuturkan, kegiatan ini merupakan bentuk pengmas yang dilakukan secara integratif keilmuan oleh Program Pendidikan Vokasi UI melalui dosennya Elsa Roselina, yang berasal dari prodi administrasi rumah sakit dan Amien Suharti dari program studi terapi okupasi, bekerja sama dengan dokter spesialis gizi klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Wahyu Ika Wardhani.
"Materi edukasi yang diberikan meliputi cara mengolah bahan pangan lokal sebagai kreasi MPASI, serta cara memberikan stimulasi oromotor (pijat mulut). Melalui kegiatan edukasi ini kami berharap dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader Posyandu dan tim penggerak PKK mengenai gizi dan stimulasi oromotor, dimana hal ini diharapkan dapat menjadi upaya pencegahan stunting sejak dini," tutur Elsa.
Baca juga: Mahasiswa UI ciptakan gim "Lodaya Conquest" untuk lestarikan budaya Indonesia
Dokter spesialis gizi klinik RSUI, Wahyu Ika Wardhani, mengingatkan para peserta mengenai pentingnya MPASI pada bayi yang berusia di atas 6 bulan, karena energi dan nutrisi tambahan tidak lagi dapat dipenuhi seutuhnya dari ASI.
Para peserta juga dipaparkan mengenai tanda kesiapan bayi dalam menerima MPASI, dimana salah satunya adalah anak dapat duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa memerlukan bantuan. Selanjutnya dibahas mengenai beberapa resep MPASI yang dapat dibuat dari bahan pangan lokal.
Dokter spesialis rehabilitasi medik yang juga merupakan dosen dari program studi terapi okupasi, Amien Suharti, menjelaskan bahwa stimulasi oromotor (pijat mulut) merupakan tindakan khusus yang bertujuan agar bayi atau balita memiliki kekuatan pada otot wajah dan mulut, sehingga kemampuan makan anak dapat berkembang sesuai usianya.
Baca juga: Mahasiswa Vokasi UI lakukan inovasi kuliner ramah lingkungan
Tindakan stimulasi ini menjadi penting, karena seringkali dijumpai di rumah sakit, anak yang mengalami gangguan oromotor akan berkembang menjadi picky eater, memproduksi air liur berlebih, mengalami kesulitan mengisap, mengunyah dan menelan.
Pada kasus anak yang lebih besar, dapat mengalami stunting.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2024 diapresiasi oleh Ketua Tim Penggerak PKK, Hilma Dewi Helmy dan Pihak Kelurahan Tanah Baru yang dalam hal ini diwakili oleh Sekretaris Kelurahan, Kholifah.
"Kami dari tim penggerak PKK merasa bersyukur mendapatkan bimbingan dari UI mengenai gizi dan memang masalah stunting merupakan fokus kita bersama,” tutur Hilma.
Baca juga: Lulusan Vokasi UI disiapkan jadi agen perubahan yang inovatif
“Kami berterima kasih atas kegiatan ini. Dengan adanya program ini, para kader akan bertambah pengetahuan dan ilmunya mengenai kesehatan balita khususnya tentang gizi dan stimulasi. Semoga kerjasama dengan pihak UI dapat terus berlanjut," ujar Kholifah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Elsa Roselina dalam keterangannya, Senin menuturkan, kegiatan ini merupakan bentuk pengmas yang dilakukan secara integratif keilmuan oleh Program Pendidikan Vokasi UI melalui dosennya Elsa Roselina, yang berasal dari prodi administrasi rumah sakit dan Amien Suharti dari program studi terapi okupasi, bekerja sama dengan dokter spesialis gizi klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Wahyu Ika Wardhani.
"Materi edukasi yang diberikan meliputi cara mengolah bahan pangan lokal sebagai kreasi MPASI, serta cara memberikan stimulasi oromotor (pijat mulut). Melalui kegiatan edukasi ini kami berharap dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader Posyandu dan tim penggerak PKK mengenai gizi dan stimulasi oromotor, dimana hal ini diharapkan dapat menjadi upaya pencegahan stunting sejak dini," tutur Elsa.
Baca juga: Mahasiswa UI ciptakan gim "Lodaya Conquest" untuk lestarikan budaya Indonesia
Dokter spesialis gizi klinik RSUI, Wahyu Ika Wardhani, mengingatkan para peserta mengenai pentingnya MPASI pada bayi yang berusia di atas 6 bulan, karena energi dan nutrisi tambahan tidak lagi dapat dipenuhi seutuhnya dari ASI.
Para peserta juga dipaparkan mengenai tanda kesiapan bayi dalam menerima MPASI, dimana salah satunya adalah anak dapat duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa memerlukan bantuan. Selanjutnya dibahas mengenai beberapa resep MPASI yang dapat dibuat dari bahan pangan lokal.
Dokter spesialis rehabilitasi medik yang juga merupakan dosen dari program studi terapi okupasi, Amien Suharti, menjelaskan bahwa stimulasi oromotor (pijat mulut) merupakan tindakan khusus yang bertujuan agar bayi atau balita memiliki kekuatan pada otot wajah dan mulut, sehingga kemampuan makan anak dapat berkembang sesuai usianya.
Baca juga: Mahasiswa Vokasi UI lakukan inovasi kuliner ramah lingkungan
Tindakan stimulasi ini menjadi penting, karena seringkali dijumpai di rumah sakit, anak yang mengalami gangguan oromotor akan berkembang menjadi picky eater, memproduksi air liur berlebih, mengalami kesulitan mengisap, mengunyah dan menelan.
Pada kasus anak yang lebih besar, dapat mengalami stunting.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2024 diapresiasi oleh Ketua Tim Penggerak PKK, Hilma Dewi Helmy dan Pihak Kelurahan Tanah Baru yang dalam hal ini diwakili oleh Sekretaris Kelurahan, Kholifah.
"Kami dari tim penggerak PKK merasa bersyukur mendapatkan bimbingan dari UI mengenai gizi dan memang masalah stunting merupakan fokus kita bersama,” tutur Hilma.
Baca juga: Lulusan Vokasi UI disiapkan jadi agen perubahan yang inovatif
“Kami berterima kasih atas kegiatan ini. Dengan adanya program ini, para kader akan bertambah pengetahuan dan ilmunya mengenai kesehatan balita khususnya tentang gizi dan stimulasi. Semoga kerjasama dengan pihak UI dapat terus berlanjut," ujar Kholifah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024