Osteoartritis adalah penyakit sendi akibat radang ringan yang timbul karena gesekan ujung tulang penyusun sendi. Penyakit ini melemahkan sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakkan dengan bebas) yang berhubungan dengan penuaan.

Penyakit osteoartritis ditandai dengan menipisnya rawan sendi disertai pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan osteofit pada rawan sendi.

Glukosamin terbukti dapat menstimulasi produksi tulang rawan dan menghambat enzim yang menghancurkan tulang rawan.

Glukosamin akan memperbaiki ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi tulang rawan. Secara teoritis, hal ini akan mencegah kerusakan lebih lanjut pada tulang rawan sendi osteoartritis.

Glukosamin didapatkan dari hidrolisis kitin yang terdapat di berbagai cangkang kulit hewan seperti crustaceae, insekta, fungi, mollusca, dan arthropoda. Kitin juga diketahui terdapat pada kulit siput.

Produksi glukosamin dari cangkang udang, kepiting, dan lobster telah banyak dilakukan, sedangkan produksi glukosamin dari cangkang bekicot (Achatina fulica) masih jarang dilakukan.

Bekicot cukup melimpah di alam, terutama di Indonesia. Iklim tropis yang basah membuat bekicot mudah berkembang biak dan sering menjadi hama.

Penelitian tentang pemanfaatan cangkang bekicot sangat berguna untuk mengurangi hama pertanian sekaligus mengangkat nilai ekonomi bekicot.

Siti Maesunah Gilang Maya mahasiswa Institut Pertanian Bogor bersama tim PKMP (Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian) yaitu Aisyah Sahara, Raden Roro Fine Ayu Fitri, Galuh Adhiyaksa Ashari dan Abdurrahman Zaky melakukan sebuah penelitian untuk menemukan alternatif bahan glukosamin dari bahan cangkang bekicot.

Cangkang bekicot memiliki kandungan kitin mencapai rendemen 27,13% dapat dimanfaatkan sebagai sumber produksi glukosamin.

''Kandungan kitin tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan turunan senyawa yang memiliki manfaat besar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menambahkan senyawa basa pada kitin yang akan mengakibatkan terjadinya proses deasetilasi dan selanjutnya menghasilkan kitosan. Berikutnya kitosan tersebut dapat diubah menjadi glukosamin,'' ujar Siti.

Glukosamin secara alami terdapat pada tubuh, terutama pada jaringan penghubung dan jaringan tulang rawan serta hati dan ginjal. Glukosamin mampu melindungi perubahan tulang rawan selama memasuki fase menopause.

Osteoartritis umumnya menyerang kaum lansia. Hal ini dikarenakan pada fase menopause terjadi pelepasan mineral dalam tulang.

''Glukosamin sebenarnya sudah ada di tulang rawan kita yaitu di persendian. Glukosamin berfungsi untuk  memudahkan kita bergerak. Biasanya di lansia itu produksinya menurun, banyak lansia yang mengalami nyeri sendi. Biasanya ada kandungan glukosamin dalam obat-obat seperti salep dan obat minum yang digunakan untuk mengobati peradangan sendi itu,'' tutur Siti.

Penelitian produksi glukosamin dari cangkang bekicot diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif sumber produksi glukosamin sebagai obat nyeri sendi.

''Di sini yang ditekankan itu adalah bagaimana kita memproduksi glukosamin dari alternatif lain. Kan selama ini glukosamin diproduksi dari cangkang udang, makanya kita coba memproduksi glukosamin dari cangkang bekicot. Untuk selanjutnya nanti ada penelitian lagi untuk membuktikan bahwa apakah glukosamin yang kita dapat itu efektif atau tidak karena itu butuh pemurnian lagi,'' ujar Raden Roro salah satu anggota tim.

Glukosamin dari cangkang bekicot yang didapat melalui serangkaian metode tersebut selanjutnya dijadikan salep dan dilakukan uji organoleptik pada tikus. Ini untuk memastikan glukosamin yang didapatkan itu tidak menyebabkan alergi.

Pemanfaatan cangkang bekicot ini, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah cangkang bekicot yang dihasilkan dari hama serta menjadi alternatif sumber produksi glukosamin sebagai obat nyeri sendi.

''Semoga penelitian yang kita hasilkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, bagi peneliti selanjutnya, terus bermanfaat juga di bidang kesehatan. Tentunya kami berharap dengan penelitian sekarang ini dapat membawa kami menuju PIMNAS dan mengharumkan nama IPB,'' ujar ketua tim penelitian tersebut. (IR/Zul).

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017