Empat mahasiswa Universitas Jambi (Unja) membuat inovasi dengan memanfaatkan maggot dan eceng gondok menjadi pakan ternak alternatif.
Ketua Kelompok Project M Rais dalam keterangan tertulis yang diterima di Jambi, Minggu, mengatakan dia bersama tiga rekan mahasiswa lainnya membuat inovasi pakan ikan berbahan dasar maggot yang dijadikan tepung untuk bahan pakan yang ditambah dengan memanfaatkan eceng gondok untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, dimana selama ini eceng gondok hanya dipandang sebagai gulma serta daun indigofera.
Produk ini kemudian dinamai MagGrow, yang merupakan pakan ternak alternatif untuk ikan lele, inovasi baru berbahan dasar maggot, eceng gondok, dan daun indigofera.
Baca juga: 2.965 calon mahasiswa baru bersaing masuk Unja melalui jalur SMM PTN-Barat
Program budidaya maggot merupakan sebuah solusi dalam mengembangkan bisnis perikanan dan sebagai alternatif yang berkelanjutan serta efisien dalam memenuhi kebutuhan pakan ikan ternak yang ramah lingkungan.
Pengelolaan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan dan juga sebagai penambahan produktivitas masyarakat sehingga mampu menciptakan sistem pertanian yang terintegrasi.
Inovasi ini dilakukan setelah memikirkan perlunya dikembangkan sistem pertanian back to nature untuk menjaga lingkungan namun dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu pakan ternak ikan lele berbahan dasar maggot ini menjadi salah satu bentuk inovasi sekaligus usaha yang layak untuk dikembangkan.
Ia menjelaskan, pembuatannnya menggunakan sistem kecerdasan buatan dengan menggunakan rumus prediksi biomassa berdasarkan model mesin vektor pendukung menggunakan data kualitas air real time bersama dengan jaringan saraf tiruan untuk memprediksi kebutuhan pakan dan jumlah pakan optimal untuk ikan lele.
Baca juga: Mahasiswa Unja ajarkan ibu-ibu di Batanghari buat produk olahan ikan tingkatkan perekonomian
Inovasi ini juga berhasil membawa mereka lolos program Teknologi For Indonesia (TFI) 2024 di Surabaya pada 10 Mei sampai dengan 19 Mei 2024.
Motivasi awal mereka untuk mengikuti kegiatan ini karena ingin menginovasikan produk turunan maggot menjadi pakan alternatif ikan, unggas, dan ruminansia.
Persiapan awal yang mereka lakukan adalah dengan mengajukan proposal serta membuat inovasi pakan alternatif sebagai pemecah permasalahan peternakan unggas, ikan, dan ruminansia.
Tahapan seleksi terdiri dari submit proposal, pengumuman, presentasi proposal, pengumuman, dan implementasi.
Baca juga: Mahasiswa Teknik Lingkungan Unja olah air gambut jadi air minum
“Kami berharap program inovasi pakan alternatif ini bisa membantu para peternak ikan dan unggas yang merasakan kenaikan harga pakan komersial secara signifikan dan semoga kami bisa memberi edukasi kepada anak-anak muda yang ada di Jambi agar menjadi agen perubahan untuk Jambi melalui inovasi-inovasi baru,” kata dia.
Dosen Unja Teja Kaswari mengungkapkan rasa bangga dengan keberhasilan mahasiswa dalam menciptakan inovasi dan mengikuti kompetisi TFI tersebut.
Ia menyebutkan biaya pakan menempati porsi terbesar dalam usaha perikanan. Oleh karena itu terobosan untuk mencari pakan alternatif adalah suatu kebutuhan yang mendesak.
"Saya yakin mahasiswa memiliki kompetensi yang cukup baik dalam hal ini. Saya juga bangga dengan keberhasilan mahasiswa dalam kompetisi TFI ini,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Ketua Kelompok Project M Rais dalam keterangan tertulis yang diterima di Jambi, Minggu, mengatakan dia bersama tiga rekan mahasiswa lainnya membuat inovasi pakan ikan berbahan dasar maggot yang dijadikan tepung untuk bahan pakan yang ditambah dengan memanfaatkan eceng gondok untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, dimana selama ini eceng gondok hanya dipandang sebagai gulma serta daun indigofera.
Produk ini kemudian dinamai MagGrow, yang merupakan pakan ternak alternatif untuk ikan lele, inovasi baru berbahan dasar maggot, eceng gondok, dan daun indigofera.
Baca juga: 2.965 calon mahasiswa baru bersaing masuk Unja melalui jalur SMM PTN-Barat
Program budidaya maggot merupakan sebuah solusi dalam mengembangkan bisnis perikanan dan sebagai alternatif yang berkelanjutan serta efisien dalam memenuhi kebutuhan pakan ikan ternak yang ramah lingkungan.
Pengelolaan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan dan juga sebagai penambahan produktivitas masyarakat sehingga mampu menciptakan sistem pertanian yang terintegrasi.
Inovasi ini dilakukan setelah memikirkan perlunya dikembangkan sistem pertanian back to nature untuk menjaga lingkungan namun dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu pakan ternak ikan lele berbahan dasar maggot ini menjadi salah satu bentuk inovasi sekaligus usaha yang layak untuk dikembangkan.
Ia menjelaskan, pembuatannnya menggunakan sistem kecerdasan buatan dengan menggunakan rumus prediksi biomassa berdasarkan model mesin vektor pendukung menggunakan data kualitas air real time bersama dengan jaringan saraf tiruan untuk memprediksi kebutuhan pakan dan jumlah pakan optimal untuk ikan lele.
Baca juga: Mahasiswa Unja ajarkan ibu-ibu di Batanghari buat produk olahan ikan tingkatkan perekonomian
Inovasi ini juga berhasil membawa mereka lolos program Teknologi For Indonesia (TFI) 2024 di Surabaya pada 10 Mei sampai dengan 19 Mei 2024.
Motivasi awal mereka untuk mengikuti kegiatan ini karena ingin menginovasikan produk turunan maggot menjadi pakan alternatif ikan, unggas, dan ruminansia.
Persiapan awal yang mereka lakukan adalah dengan mengajukan proposal serta membuat inovasi pakan alternatif sebagai pemecah permasalahan peternakan unggas, ikan, dan ruminansia.
Tahapan seleksi terdiri dari submit proposal, pengumuman, presentasi proposal, pengumuman, dan implementasi.
Baca juga: Mahasiswa Teknik Lingkungan Unja olah air gambut jadi air minum
“Kami berharap program inovasi pakan alternatif ini bisa membantu para peternak ikan dan unggas yang merasakan kenaikan harga pakan komersial secara signifikan dan semoga kami bisa memberi edukasi kepada anak-anak muda yang ada di Jambi agar menjadi agen perubahan untuk Jambi melalui inovasi-inovasi baru,” kata dia.
Dosen Unja Teja Kaswari mengungkapkan rasa bangga dengan keberhasilan mahasiswa dalam menciptakan inovasi dan mengikuti kompetisi TFI tersebut.
Ia menyebutkan biaya pakan menempati porsi terbesar dalam usaha perikanan. Oleh karena itu terobosan untuk mencari pakan alternatif adalah suatu kebutuhan yang mendesak.
"Saya yakin mahasiswa memiliki kompetensi yang cukup baik dalam hal ini. Saya juga bangga dengan keberhasilan mahasiswa dalam kompetisi TFI ini,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024