Purwakarta (Antara Megapolitan) - Toleransi jangan hanya dibicarakan dalam konteks keyakinan, sudah waktunya toleransi digunakan untuk meraih kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan ekonomi masyarakat, kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Senin.
Dalam acara "World Tolerance Conference" atau Konferensi Toleransi Dunia yang diikuti seratus peserta dari 25 negara di Purwakarta, Dedi menyatakan kalau toleran dan intoleran itu jangan sampai dibawa ke ranah politik.
"Kalau dimasukkan ke ranah politik, hanya akan menjadi komoditas isu. Ini sama sekali tidak etis. Karena seharusnya, toleransi digunakan sebagai jalan menuju kesejahteraan," kata dia.
Ia mengatakan, sudah saatnya toleransi digunakan untuk meraih kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan ekonomi.
Secara teknis, bupati menyontohkan, tokoh lintas agama dapat membuat gerakan untuk kemajuan masyarakat dan pengentasan kemiskinan.
Sehingga tidak lagi melulu berbicara pada ranah perbedaan tafsir keberagamaan yang mengundang polemik publik.
"Komitmen yang hari ini harus dibangun adalah soal rasa kemanusiaan, menyayangi orang miskin," katanya.
Salah seorang perwakilan Duta Besar Azerbaijan Ruslan Nasibov mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan di Purwakarta itu. Selain karena kegiatan itu baru pertama kali diselenggarakan di Asia Tenggara, ia juga mengaku dapat belajar tentang toleransi yang sudah diterapkan di negara lain.
"Saya sebelumnya mendengar tentang Purwakarta dari media. Kehidupan toleransi disini tumbuh dengan subur, saya berharap bisa belajar," katanya.
Jurnalis asal Inggris Imdad Hussain Shezad yang mengikuti kegiatan itu juga mengaku kagum dengan kebijakan Pemkab Purwakarta yang menyediakan ruang ibadah bagi seluruh agama di sekolah yang ada di Purwakarta.
Sementara itu, perwakilan negara yang menjadi peserta dalam kegiatan Konferensi Toleransi Dunia di antaranya dari Azerbaijan, Tunisia, Kazakhstan, Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia sebagai tuan rumah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Dalam acara "World Tolerance Conference" atau Konferensi Toleransi Dunia yang diikuti seratus peserta dari 25 negara di Purwakarta, Dedi menyatakan kalau toleran dan intoleran itu jangan sampai dibawa ke ranah politik.
"Kalau dimasukkan ke ranah politik, hanya akan menjadi komoditas isu. Ini sama sekali tidak etis. Karena seharusnya, toleransi digunakan sebagai jalan menuju kesejahteraan," kata dia.
Ia mengatakan, sudah saatnya toleransi digunakan untuk meraih kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan ekonomi.
Secara teknis, bupati menyontohkan, tokoh lintas agama dapat membuat gerakan untuk kemajuan masyarakat dan pengentasan kemiskinan.
Sehingga tidak lagi melulu berbicara pada ranah perbedaan tafsir keberagamaan yang mengundang polemik publik.
"Komitmen yang hari ini harus dibangun adalah soal rasa kemanusiaan, menyayangi orang miskin," katanya.
Salah seorang perwakilan Duta Besar Azerbaijan Ruslan Nasibov mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan di Purwakarta itu. Selain karena kegiatan itu baru pertama kali diselenggarakan di Asia Tenggara, ia juga mengaku dapat belajar tentang toleransi yang sudah diterapkan di negara lain.
"Saya sebelumnya mendengar tentang Purwakarta dari media. Kehidupan toleransi disini tumbuh dengan subur, saya berharap bisa belajar," katanya.
Jurnalis asal Inggris Imdad Hussain Shezad yang mengikuti kegiatan itu juga mengaku kagum dengan kebijakan Pemkab Purwakarta yang menyediakan ruang ibadah bagi seluruh agama di sekolah yang ada di Purwakarta.
Sementara itu, perwakilan negara yang menjadi peserta dalam kegiatan Konferensi Toleransi Dunia di antaranya dari Azerbaijan, Tunisia, Kazakhstan, Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia sebagai tuan rumah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017