Bogor (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat secara berkelanjutan melaksanakan program pemberian Kartu Tanda Pohon (KTP), dengan target tahun ini sebanyak 500 pohon sudah memiliki identitas.
"Tahun ini KTP tetap berjalan, targetnya ada 500 pohon," kata Kepala Seksi Pemeliharan Taman Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Bogor, Erwin Gunawan, di Bogor, Kamis.
Erwin menjelaskan, pemberian KTP pada pohon sudah dimulai sejak 2016. Tercatat sudah ada 338 pohon yang mendapatkan KTP.
KTP pohon diberi label merah untuk pohon sudah keropos, kuning untuk kondisi sakit dan perlu perawatan serta warna hijau untuk pohon yang masih sehat.
Menurutnya, 500 pohon yang akan diberi KTP sudah diteliti kondisinya, tinggal memasang KTP merah, kuning atau hijau. Kartu Tanda Pohon tersebut diberikan sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota Bogor mencegah terjadinya pohon tumbang, yang dapat menimbulkan korban jiwa maupun materil.
Untuk meneliti kondisi pohon sebelum diberi KTP, lanjut Erwin, Pemerintah Kota Bogor telah bekerjasama dengan Badan Litbang Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pohon diteliti menggunakan alat `Sonic Tomograph`.
Menurut Erwin, pohon-pohon yang diteliti dan diberi KTP diprioritaskan yang berada di jalur-jalur utama pusat kota, seperti Jl Kapten Muslihat, Jl Doktor Semeru, Jl Pemuda, Jl Dalali, Jl Pajajaran, Jl Ahmad Yani, Jl Sudirman, Jl Djuanda dan Jl Salak.
"Ada sekitar 10 lokasi yang sudah diteliti dan diberi label KTP," katanya.
Erwin menambahkan, pihaknya akan terus meningkatkan jumlah pohon yang ber-KTP dengan terus melanjutkan penelitian kondisi pohon yang belum diperiksa. Pohon tersebut tersebar di sejumlah ruas jalan lainnya.
"Selain melakukan pemeliharaan rutin, tahun ini bidang pemeliharaan taman akan meningkatkan KPT pohon," kata Erwin.
Pada 2015, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat mencanangkan program KTP pohon menyatakan, KTP pohon untuk mengetahui kondisi pepohonan yang ada di Kota Bogor, apakah sudah keropos, berapa persen tingkat keroposannya dan berapa usianya.
"Manfaat KTP pohon untuk mengantisipasi pohon tumbang, untuk pelestarian, lalu untuk ilmu pengetahuan dan riset," kata Bima.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Tahun ini KTP tetap berjalan, targetnya ada 500 pohon," kata Kepala Seksi Pemeliharan Taman Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Bogor, Erwin Gunawan, di Bogor, Kamis.
Erwin menjelaskan, pemberian KTP pada pohon sudah dimulai sejak 2016. Tercatat sudah ada 338 pohon yang mendapatkan KTP.
KTP pohon diberi label merah untuk pohon sudah keropos, kuning untuk kondisi sakit dan perlu perawatan serta warna hijau untuk pohon yang masih sehat.
Menurutnya, 500 pohon yang akan diberi KTP sudah diteliti kondisinya, tinggal memasang KTP merah, kuning atau hijau. Kartu Tanda Pohon tersebut diberikan sebagai salah satu upaya Pemerintah Kota Bogor mencegah terjadinya pohon tumbang, yang dapat menimbulkan korban jiwa maupun materil.
Untuk meneliti kondisi pohon sebelum diberi KTP, lanjut Erwin, Pemerintah Kota Bogor telah bekerjasama dengan Badan Litbang Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pohon diteliti menggunakan alat `Sonic Tomograph`.
Menurut Erwin, pohon-pohon yang diteliti dan diberi KTP diprioritaskan yang berada di jalur-jalur utama pusat kota, seperti Jl Kapten Muslihat, Jl Doktor Semeru, Jl Pemuda, Jl Dalali, Jl Pajajaran, Jl Ahmad Yani, Jl Sudirman, Jl Djuanda dan Jl Salak.
"Ada sekitar 10 lokasi yang sudah diteliti dan diberi label KTP," katanya.
Erwin menambahkan, pihaknya akan terus meningkatkan jumlah pohon yang ber-KTP dengan terus melanjutkan penelitian kondisi pohon yang belum diperiksa. Pohon tersebut tersebar di sejumlah ruas jalan lainnya.
"Selain melakukan pemeliharaan rutin, tahun ini bidang pemeliharaan taman akan meningkatkan KPT pohon," kata Erwin.
Pada 2015, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat mencanangkan program KTP pohon menyatakan, KTP pohon untuk mengetahui kondisi pepohonan yang ada di Kota Bogor, apakah sudah keropos, berapa persen tingkat keroposannya dan berapa usianya.
"Manfaat KTP pohon untuk mengantisipasi pohon tumbang, untuk pelestarian, lalu untuk ilmu pengetahuan dan riset," kata Bima.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017