Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyebutkan beberapa faktor penyebab berkurangnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Siti Nurbaya di IPB University Bogor, Jawa Barat, Rabu, memaparkan pada 2023 Indonesia bisa menurunkan luas karhutla sebesar lebih kurang 488.064,65 hektare atau 29,59 persen dibandingkan karhutla 2019.
Menurutnya, KLHK sudah cukup galak dalam mengatur hal-hal terkait karhutla. Salah satunya ialah menindaklanjuti deteksi titik api (hotspot).
“Hotspot itu adalah 80 persen calon api. Begitu ada hotspot, Dirjen Gakkum sudah bikin surat, diperingati terus jadi fire spot,“ ujarnya.
Baca juga: Menteri LHK dorong penerapan ekonomi sirkular tangani sampah di Indonesia belum terkelola
Baca juga: Menteri LHK ajak generasi muda berperan kendalikan perubahan iklim dan emisi GRK
Faktor kedua, ialah pendampingan yang kuat dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang cukup kuat.
“Pembahasan gambutnya dilakukan terus. Alat ukurnya KLHK juga punya 11 ribu sistem monitoring, titik-titik monitoring untuk kebasahan gambut. BRGK mungkin punya 300-an titik di tanah masyarakat,” ujarnya.
Faktor lain, menurut Siti Nurbaya ialah partisipasi masyarakat yang baik. Bahkan ia menilai partisipasi publik dari warga Indonesia itu terbaik di seluruh dunia.
Baca juga: Menteri LHK tanam pohon serentak di TSI Bogor
Siti Nurbaya mengaku setiap hari menerima laporan dan pengaduan lewat ponselnya. Ia pun meminta Dirjen terkait untuk segera menindaklanjut aduan dari partisipasi publik.
“Saya ini sudah ngurusin sampah, polusi udara, ini, itu. Saya coba bandingin dengan negara-negara lain. Kalau negara lain rata-rata misionaris, mekanik, teknik dan partisipasi publiknya tidak seperti kita,” ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024