Sukabumi (Antara Megapolitan) - Minat warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri menurun drastis sejak 2011 menyusul ditetapkannya moratorium pengiriman TKI informal.

Sebelum 2011 warga Kabupaten Sukabumi selalu berbondong-bondong ingin berangkat menjadi TKI yang didominasi kaum wanita.

"Tetapi setelah tahun tersebut terus mengalami penurunan atau puncaknya saat pemerintah pusat menerapkan moratorium pengiriman TKI ke beberapa negara di Timur Tengah," kata Kasi Penyediaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri, Disnakertrans Kabupaten Sukabumi Tatang Arifin di Sukabumi, Rabu.

Menurunnya minat menjadi buruh migran ini dibuktikan dengan jumlah TKI yang diberangkatkan Disnakertrans setempat setiap tahunnya seperti pada 2015 pihaknya mengirim 1.097 orang ke sejumlah negara.

Tetapi pada tahun berikutnya atau 2016 jumlahnya menurun hampir setengahnya yakni hanya 695 orang. Selain moratorium ada beberapa faktor lainnya yang ikut mempengaruhi seperti berkembangnya perusahaan atau pabrik dan upah.

Bahkan tidak sedikit calon TKI yang mengurungkan niatnya berangkat karena khawatir menjadi korban penganiayaan majikannya. Sebab untuk menjadi buruh migran cukup banyak resiko yang harus dihadapi.

"Walaupun jumlahnya terus berkurang, kami tetap memperketat pengawasan terhadap warga yang ingin bekerja ke luar negeri dan keberangkatannya harus diketahui serta terdaftar di disnakertrans," tambahnya.

Di sisi lain, Tatang mengatakan sebenarnya Arab Saudi saat ini masih menerima TKI formal untuk dijadikan sopir, namun karena banyak warga yang mengalihkan keberangkatannya ke negara lain sehingga peminatnya terus menurun.

Awalnya Arab Saudi merupakan salah satu negara paling diminati TKI Kabupaten Sukabumi, tetapi sekarang sudah beralih ke negara lain itu pun yang berangkat menjadi buruh migran hanya sedikit yakni Malaysia, Taiwan, Hongkong serta Brunei Darussalam.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017