Problem kepadatan lalu lintas di Kota Bogor sebetulnya bukan hanya disebabkan oleh keberadaan  angkot. Problem itu muncul oleh berbagai sebab yang sangat kompleks.

Dinas Perhubungan Kota Bogor mencatat sedikitnya ada 7 hal yang menjadi isyu transportasi Kota Bogor. Diantaranya memang perihal angkot, terutama pola trayek angkutan umum.

Sekarang ini, hampir seluruh trayek angkot menyentuh pusat kegiatan utama kota yang terletak pada putaran Kebun Raya Bogor.

Selain itu ada ketimpangan antara pertumbuhan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan lebar dan panjang jalan.

Jumlah kendaraan di Kota Bogor tumbuh sekitar 4% per tahun, sedangkan lebar dan panjang jalan hanya bertambah 0,01%. Perbandingan itu saja sudah bisa menjelaskan, betapa semakin padatnya lalu lalang kendaraan di Kota Bogor.

Padahal warga masyarakat Kota Bogor yang beraktivitas dan memerlukan kendaraan untuk hilir mudik, jumlahnya sangat banyak.  Mereka yang bekerja ke Jakarta saja diperkirakan jumlahnya mencapai kisaran 400.000 orang per hari.

Belum lagi mereka yang hanya beraktivitas di dalam kota dan yang datang dari luar kota. Kondisi ini membuat mobilitas di dalam kota menjadi tinggi dan kepadatang lalu lintas tidak bisa dihindari lagi.

Keadaan ini tentu harus ditangani, supaya keadaannya tidak semakin memburuk.  Dalam hal ini Pemerintah Kota Bogor berpandangan, salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem transportasi umum di Kota Bogor.

Langkah itu diwujudkan dengan mengubah jenis angkutan umum, dari jenis moda transportasi yang bersifat terbatas, menjadi jenis transportasi bersifat masal.

Sederhananya, yang perlu dilakukan adalah mengganti angkot dengan bus, supaya daya tampung angkutan umum menjadi lebih besar sehingga lebih efisien.

Langkah itu sudah dirintis sejak beberapa tahun lalu dengan mengoperasikan Bus Trans Pakuan. Bus ini awalnya beroperasi pada tiga trayek dan belakangan hanya menjadi 2 trayek.

Waktu itu sebanyak 30 unit bus ukuran sedang diperoleh Pemerintah Kota Bogor dari Kementrian Perhubungan. Langkah ini rencananya akan terus dikembangkan, sehingga nanti jumlah bus yang beroperasi lebih banyak dan trayeknya pun ditambah.

Pengadaan bus diikuti dengan pengurangan jumlah angkot. Pemerintah Kota Bogor menawarkan kepada badan-badan usaha pengelola angkot untuk mengkonversi 3 unit angkot menjadi 1 unit bus.

Dengan langkah ini, kedepannya diharapkan angkutan umum menjadi lebih efisien dan bisa mengundang minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Sekaligus mengurangi jumlah angkot.

Langkah ini memang membutuhkan proses panjang dan yang terpenting, dukungan dari semua pihak. Termasuk dukungan dari para pengelola angkot yang rela menerima rerouting angkot yang diterapkan Pemerintah Kota Bogor.

Dalam mengembangkan sistem angkutan masal dan rerouting angkot, prinsip yang digunakan adalah penataan jaringan trayek utama dan jaringan trayek cabang  atau pengumpan (feeder).

Angkutan perkotaan pada jaringan trayek utama diarahkan pada penyelenggaraan angkutan umum massal. Angkutan perkotaan pada jaringan trayek cabang diarahkan pada penyelenggaraan angkutan pengumpan (feeder). Jadi kedepannya, trayek utama akan dilayani oleh bus dan trayek cabang masih oleh angkot

Pada tahap awal sekarang, penataan jaringan trayek angkutan perkotaan dilakukan dengan cara mengubah  jarak dan lintasan trayek; menggabungkan trayek; dan mengembangkan trayek baru.

Penyelenggaraan angkutan  umum massal diarahkan untuk melayani jaringan trayek utama. Hal itu dilakukan dengan cara:

1.    Mengubahjenis moda angkutan, dilakukan dengan konversi 3 (tiga) angkutan kota menjadi 1 (satu) bus sedang pada trayek utama, dan 3 (tiga) angkutan kota menjadi 2 (dua) bus kecil pada trayek pengembangan (angkutan massal perintis);

2.    Konversi dilakukan dengan mengutamakan kendaraan yang saat ini berada dalam trayek utama, berdasarkan:
a.    usia kendaraan
b.    usulan kendaraan yang siap direduksi dari badan hukum penyedia jasa angkutan
c.    kendaraan yang izin trayeknya mendekati habis masa berlaku.

Sedangkan penyelenggaraan angkutan pengumpan (feeder) diarahkan untuk melayani jaringan trayek cabang dan dilakukan dengan cara:

1.    Mengalihkan angkutan kota pada trayek utama ke trayek angkutan penumpang (feeder).

2.    Mengalihkan angkutan kota pada trayek yang sudah berlebih ketrayek-trayek yang masih kekurangan.

3.    Mengalihkan angkutan kota pada trayek yang sudah berlebih dengan mengembangkan trayek baru .

4.    Kendaraan umum yang telah dilengkapi dan beroperasi dengan menggunakan bahan bakar gas (BBG).

5.    Kendaraan yang memiliki kelayakan teknis dan usia kendaraan masih memenuhi ketentuan.

6.    Perpanjangan izin dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan hasil evaluasi kebutuhan angkutan dan atau ketentuan lain yang mengikat.

Alasan Tata Ulang Route Angkot:

1.    Saat ini layanan angkot baru mencapai 45% wilayah Kota Bogor atau hanya menyentuh 59 wilayah kelurahan.

2.    Dengan rute baru, pelayanan angkot menjadi lebih luas dan menyentuh 68 kelurahan yang ada di wilayah Kota Bogor tanpa mengurangi dan menambah jumlah angkot.

3.    Perluasan wilayah pelayanan angkot membuat masyarakat bisa menikmati pelayanan angkutan umum dari peloksok kota ke pusat kota dan sebaliknya.

4.    Seluruh jaringan jalan di Kota Bogor terlayani angkot

5.    Mengurangi jumlah angkot yang melintas di lingkar Kebun Raya dan Istana Bogor, sebagai pusat perputaran arus lalu lintas Kota Bogor.

6.    Rerouting menjadi bagian dari upaya bersifat transisional mengubah model angkutan terbatas menjadi angkutan masal melalui konversi 3 unit angkot menjadi 1 unit bus sedang.

7.    Pengoperasian angkutan bersifat masal bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum.

8.    Pengoperasian angkutan masal bertujuan mengurangi kepadatan jumlah kendaraan terutama di pusat kota.

(Advertorial).

Pewarta: Humas Kota Bogor

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017