Bekasi (Antara Megapolitan) - Proyek pembangunan lima sumur artesis baru di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, diwarnai penolakan warga sekitar yang keberatan lahannya dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
"Tahun ini kami berencana membangun lima titik sumur artesis dengan bantuan dana DKI Jakarta, Namun dua di antaranya di tolak pemilik lahan yang keberatan tempatnya dibor," kata Direktur Umum Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Patriot Sugiyanto di Bekasi, Kamis.
PDAM Tirta Patriot selaku Badan Usaha Milik Daerah Pemkot Bekasi ditunjuk oleh pemerintah setempat sebagai pihak yang menggarap proyek tersebut.
Menurut Sugiyanto, lahan yang dimiliki warga tersebut merupakan titik strategis sumber air bersih yang layak untuk dipasok wilayah sekitar Sumurbatu dan Ciketing.
"Karena mereka menolak, kami harus mencari lokasi baru yang memadai sumber airnya untuk dieksplor demi memenuhi kebutuhan air bersih warga hingga minimal sepuluh tahun ke depan," katanya.
Pihaknya pun segera mencari lokasi pengganti berikut tiga titik lain, sehingga total yang tengah disiapkan pembangunannya berjumlah lima sumur.
Sugiyanto menjelaskan, metode pencairan lokasi sumur dikerjakan dengan teknologi geolistrik.
"Jadi lokasi yang diperkirakan memiliki kandungan air yang banyak kemudian dibor secara geolistrik hingga kedalaman 175 meter. Jika kapasitasnya memadai, maka dilanjutkan dengan pembuatan sumurnya dimulai dari pembebasan lahan dengan membeli tanahnya dari sang pemilik," ucapnya.
Meskipun Kecamatan Bantargebang merupakan lokasi tempat berdirinya dua Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu milik Pemerintah Kota Bekasi dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang milik Pemprov DKI Jakarta, Sugiyanto menjamin air dari sumur artesis tersebut tidak tercemar kualitasnya.
"Yang tercemar mungkin air tanah permukaan. Tapi air yang berasal dari kedalaman 175 meter, dipastikan masih terjaga," katanya.
Ia mengatakan, pembuatan sumur artesis merupakan satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam upaya memenuhi kebutuhan warga sekitar akan air bersih.
"Kalaupun harus menarik pipa distribusi untuk menyalurkan air yang diproduksi di pusat kota, biayanya sangat mahal," katanya.
Selain pembangunan sumur artesis, pemenuhan kebutuhan air bersih juga didukung dengan penyediaan fasilitas pendukung lainnya, semisal reservoir, pipa distribusi, serta meter air.
"Untuk sumur yang saat ini sudah `eksisting`, warga mengambilnya secara langsung. Namun nanti akan didistribusikan ke rumah-rumah," katanya.
Dengan asumsi kapasitas tiap sumur berkisar 10 liter/detik, maka total kapasitas lima sumur yang akan dibangun ialah 50 liter/detik dan memadai untuk memasok kebutuhan sedikitnya 20.000 warga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Tahun ini kami berencana membangun lima titik sumur artesis dengan bantuan dana DKI Jakarta, Namun dua di antaranya di tolak pemilik lahan yang keberatan tempatnya dibor," kata Direktur Umum Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Patriot Sugiyanto di Bekasi, Kamis.
PDAM Tirta Patriot selaku Badan Usaha Milik Daerah Pemkot Bekasi ditunjuk oleh pemerintah setempat sebagai pihak yang menggarap proyek tersebut.
Menurut Sugiyanto, lahan yang dimiliki warga tersebut merupakan titik strategis sumber air bersih yang layak untuk dipasok wilayah sekitar Sumurbatu dan Ciketing.
"Karena mereka menolak, kami harus mencari lokasi baru yang memadai sumber airnya untuk dieksplor demi memenuhi kebutuhan air bersih warga hingga minimal sepuluh tahun ke depan," katanya.
Pihaknya pun segera mencari lokasi pengganti berikut tiga titik lain, sehingga total yang tengah disiapkan pembangunannya berjumlah lima sumur.
Sugiyanto menjelaskan, metode pencairan lokasi sumur dikerjakan dengan teknologi geolistrik.
"Jadi lokasi yang diperkirakan memiliki kandungan air yang banyak kemudian dibor secara geolistrik hingga kedalaman 175 meter. Jika kapasitasnya memadai, maka dilanjutkan dengan pembuatan sumurnya dimulai dari pembebasan lahan dengan membeli tanahnya dari sang pemilik," ucapnya.
Meskipun Kecamatan Bantargebang merupakan lokasi tempat berdirinya dua Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu milik Pemerintah Kota Bekasi dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang milik Pemprov DKI Jakarta, Sugiyanto menjamin air dari sumur artesis tersebut tidak tercemar kualitasnya.
"Yang tercemar mungkin air tanah permukaan. Tapi air yang berasal dari kedalaman 175 meter, dipastikan masih terjaga," katanya.
Ia mengatakan, pembuatan sumur artesis merupakan satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam upaya memenuhi kebutuhan warga sekitar akan air bersih.
"Kalaupun harus menarik pipa distribusi untuk menyalurkan air yang diproduksi di pusat kota, biayanya sangat mahal," katanya.
Selain pembangunan sumur artesis, pemenuhan kebutuhan air bersih juga didukung dengan penyediaan fasilitas pendukung lainnya, semisal reservoir, pipa distribusi, serta meter air.
"Untuk sumur yang saat ini sudah `eksisting`, warga mengambilnya secara langsung. Namun nanti akan didistribusikan ke rumah-rumah," katanya.
Dengan asumsi kapasitas tiap sumur berkisar 10 liter/detik, maka total kapasitas lima sumur yang akan dibangun ialah 50 liter/detik dan memadai untuk memasok kebutuhan sedikitnya 20.000 warga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017