Cibinong (Antara Megapolitan) - Peternak Sapi Perah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mempertanyakan janji Menteri Pertanian terkait harga dasar susu segar yang akan dinaikkan menjadi Rp6.000 dari harga dasar Rp5.200 per liter pada akhir tahun 2016 yang belum juga terealisasi.

"Saat kunjungan November IB itu Pak menteri Amran Sulaiman janji satu bulan setelah kunjungan harga dasar susu per liter sudah naik jadi enam ribu, tetapi harga belum juga naik sampai sekarang," kata Ketua Pengurus Kelompok Mandiri Koperasi Peternak Sapi Perah (KPKM KPS-P) Acep Askari, di Pamijahan Bogor, Kamis.

Menurutnya, janji Mentan Amran tersebut sangat dinantikan para peternak mengingat kenaikan harga dasar susu segar sangat dibutuhkan secepat mungkin untuk meminimalisasi kerugian.

Di daerah Bogor, kata dia, dengan harga dasar pembelian susu yang kini masih berkisar Rp5.200 per liter peternak memutar pendapatan dan menjual aset pedet (anak sapi) yang ada sesegera mungkin untuk mencukupi kebutuhan gaji karyawan dan pakan.

Dari perhitungan Acep dan anggota KPS Bogor bila pemerintah menaikkan harga dasar susu menjadi Rp6.000 per liter barulah kebutuhan dan pengeluaran peternakan mulai seimbang.

Meskipun jika ingin ideal, lanjut Acep, perbandingan harga pakan dua kilogram konsentrat yakni campuran pakan sapi selain rumput Rp3.600 /Kg per satu sapi dalam satu hari menjadi harga satu liter susu atau sekitar Rp7.200 per liter agar peternak mempunyai keuntungan yang cukup.

Ia menggambarkan, jika satu ekor sapi bisa menghasilkan sepuluh liter per hari dikalikan dengan Rp5.200 maka penghasilan dari per sapi Rp52.000 dalam satu hari dengan beban pakan per satu ekor sapi dalam satu itu hari bisa mencapai R48.000.

Sedangkan pada kenyataannya, Acep mencontohkan dari 520 sapi yang ia miliki menghasilkan 3.600 sampai 3.700 liter per hari atau 7 liter per satu sapi dalam satu hari yang artinya Rp36.400 hasil jual susu per sapi lebih rendah dari kebutuhan pakannya.

Untuk menutupi kebutuhan peternakan ia mengaku terpaksa mencari cara tersendiri dalam mengelola pedet yang biasa dijual Rp4 sampai Rp5 juta diasuh hingga lebih besar.

"Saya modal nekad memaksa memelihara pedet lebih lama agar harganya bisa lebih mahal, supaya bisa bayar karyawan dan untuk pribadi saya, bisa dibayangkan bagi peternak yang hanya memiliki sepuluh sampai dua belas sapi," ujarnya.

Pewarta: Linna Susanti & Mayolus Fajar D

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017