Rumah Produksi UMKM Coklat Sabang, Aceh, mulai ramai wisatawan yang berkunjung ke pulau paling barat Indonesia untuk melihat proses pembuatan dan membeli oleh-oleh khas tersebut.
Manajer Produksi Coklat Sabang Melan Meta Diansyah di Banda Aceh, Senin, mengatakan semakin tinggi kunjungan wisatawan ke Sabang, maka bertambah banyak orang yang mengunjungi rumah produksi coklat Sabang tersebut.
Menurut Melan, UMKM itu rata-rata mencatatkan omzet penjualan sekitar Rp12 juta hingga Rp17 juta per bulan di hari biasa.
"Tetapi kalau saat musim liburan seperti bulan Mei dan Juni kemarin bisa di atas Rp20 juta ke atas. Rata-rata penjualan bisa sampai 800-1.000 pieces," ujarnya.
Baca juga: Desa wisata Gampong Nusa Aceh promosi budaya, adat dan produk UMKM lewat festival
Sementara itu, berdasarkan data google maps, lanjutnya, dalam satu bulan terakhir sudah lebih 1.200 orang yang mencari tentang rumah produksi mereka, dan sekitar 250 meminta rute tempat usahanya.
"Jadi kunjungan ke Rumah Produksi Coklat Sabang meningkat bulan ini, ada 281 yang meminta rute," katanya.
Dirinya menjelaskan, usaha coklat lokal itu sendiri saat ini masih diedarkan di sekitar Sabang. Hanya 20 persen keluar kota melalui pesanan online via aplikasi medsos Instagram.
Ke depan, mereka menargetkan pemasaran coklat Sabang bisa menembus pasar yang lebih luas. Hanya saja saat ini masih terkendala dengan izin edar dari BPOM.
"Kita masih mengurus izin edar BPOM. Insya Allah tahun ini bisa kita pasarkan," katanya.
Baca juga: Pulau Dua di Aceh Selatan jadi andalan destinasi pariwisata
Untuk produksi coklat sendiri, lanjut dia, sejauh ini masih berkisar 50 sampai 80 kilogram per bulan. Jumlah itu tergantung dari permintaan pasar dan bahan baku kakao dari petani setempat di bawah binaan Dinas Pertanian Sabang.
Hingga kini sudah ada tiga petani yang tetap menjual kakao langsung ke rumah produksi tersebut dengan lahan sekitar 3 hektare. Serta juga ada yang berada di bawah binaan pemerintah sekitar 41 hektare dengan 39 petani.
"Nanti saat kebun 39 orang petani itu sudah layak menjual bijinya, akan kembali ditampung oleh rumah produksi coklat Sabang," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Melan menyampaikan bahwa Penjabat (Pj) Wali Kota Sabang Reza Fahlevi juga sudah berkunjung ke rumah produksi, dan mendukung pengembangan UMKM mereka.
Baca juga: Ini dia destinasi wisata Aceh Besar yang layak dikunjungi wisatawan
"Bahkan, Pak Reza Fahlevi mempromosikan coklat Sabang sampai ke seluruh Indonesia. Terbukti saat ada acara Kata Kreatif oleh Bidang Ekraf Dispar Kota Sabang, Menteri Sandiaga Uno juga datang mencetak Choco Nibs coklat Sabang," kata Melan.
Sebelumnya, Menparekraf RI Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan bahwa Coklat Sabang merupakan salah satu produk andalan di daerah Pulau Weh yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat.
"Ternyata ada produk andalan yang bisa kita kembangkan di Sabang, yaitu coklat Sabang," kata Sandiaga.
Sandiaga berharap coklat Sabang bisa dikembangkan dengan kemasan yang lebih menarik, sehingga bisa ditawarkan sebagai suvenir, bukan hanya di Kota Sabang, tapi juga di Aceh secara keseluruhan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Manajer Produksi Coklat Sabang Melan Meta Diansyah di Banda Aceh, Senin, mengatakan semakin tinggi kunjungan wisatawan ke Sabang, maka bertambah banyak orang yang mengunjungi rumah produksi coklat Sabang tersebut.
Menurut Melan, UMKM itu rata-rata mencatatkan omzet penjualan sekitar Rp12 juta hingga Rp17 juta per bulan di hari biasa.
"Tetapi kalau saat musim liburan seperti bulan Mei dan Juni kemarin bisa di atas Rp20 juta ke atas. Rata-rata penjualan bisa sampai 800-1.000 pieces," ujarnya.
Baca juga: Desa wisata Gampong Nusa Aceh promosi budaya, adat dan produk UMKM lewat festival
Sementara itu, berdasarkan data google maps, lanjutnya, dalam satu bulan terakhir sudah lebih 1.200 orang yang mencari tentang rumah produksi mereka, dan sekitar 250 meminta rute tempat usahanya.
"Jadi kunjungan ke Rumah Produksi Coklat Sabang meningkat bulan ini, ada 281 yang meminta rute," katanya.
Dirinya menjelaskan, usaha coklat lokal itu sendiri saat ini masih diedarkan di sekitar Sabang. Hanya 20 persen keluar kota melalui pesanan online via aplikasi medsos Instagram.
Ke depan, mereka menargetkan pemasaran coklat Sabang bisa menembus pasar yang lebih luas. Hanya saja saat ini masih terkendala dengan izin edar dari BPOM.
"Kita masih mengurus izin edar BPOM. Insya Allah tahun ini bisa kita pasarkan," katanya.
Baca juga: Pulau Dua di Aceh Selatan jadi andalan destinasi pariwisata
Untuk produksi coklat sendiri, lanjut dia, sejauh ini masih berkisar 50 sampai 80 kilogram per bulan. Jumlah itu tergantung dari permintaan pasar dan bahan baku kakao dari petani setempat di bawah binaan Dinas Pertanian Sabang.
Hingga kini sudah ada tiga petani yang tetap menjual kakao langsung ke rumah produksi tersebut dengan lahan sekitar 3 hektare. Serta juga ada yang berada di bawah binaan pemerintah sekitar 41 hektare dengan 39 petani.
"Nanti saat kebun 39 orang petani itu sudah layak menjual bijinya, akan kembali ditampung oleh rumah produksi coklat Sabang," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Melan menyampaikan bahwa Penjabat (Pj) Wali Kota Sabang Reza Fahlevi juga sudah berkunjung ke rumah produksi, dan mendukung pengembangan UMKM mereka.
Baca juga: Ini dia destinasi wisata Aceh Besar yang layak dikunjungi wisatawan
"Bahkan, Pak Reza Fahlevi mempromosikan coklat Sabang sampai ke seluruh Indonesia. Terbukti saat ada acara Kata Kreatif oleh Bidang Ekraf Dispar Kota Sabang, Menteri Sandiaga Uno juga datang mencetak Choco Nibs coklat Sabang," kata Melan.
Sebelumnya, Menparekraf RI Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan bahwa Coklat Sabang merupakan salah satu produk andalan di daerah Pulau Weh yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat.
"Ternyata ada produk andalan yang bisa kita kembangkan di Sabang, yaitu coklat Sabang," kata Sandiaga.
Sandiaga berharap coklat Sabang bisa dikembangkan dengan kemasan yang lebih menarik, sehingga bisa ditawarkan sebagai suvenir, bukan hanya di Kota Sabang, tapi juga di Aceh secara keseluruhan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023