PT Pupuk Indonesia (Persero) akan memulai proyek pembangunan pabrik pupuk di Papua Barat pada akhir November tahun ini, setelah lebih dari 40 tahun tidak ada pembangunan industri pupuk baru di Tanah Air.

"Kita bangun pabrik satu lagi di Papua Barat, Insya Allah groundbreaking oleh Presiden tanggal 24 November 2024, sebagai tanda dimulainya proyek," kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, usai acara Jambore Makmur di kawasan PT Pupuk Kujang, Karawang, Jabar, Sabtu.

Ia mengatakan, pembangunan industri pupuk di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1958, kemudian tahun 1972, dan terakhir kali dilakukan pembangunan industri pupuk satu klaster pada tahun 1982.

Baca juga: Pupuk Indonesia dukung sistem digital sektor pertanian melalui aplikasi REKAN

Sejak tahun 1982 itu, pemerintah tidak membangun industri pupuk, dan baru akan dimulai lagi pembangunannya pada 24 November 2023.

"Setelah lebih dari 40 tahun tidak ada pembangunan industri pupuk baru, kita akan mulai membangun satu klaster di Papua Barat,” katanya.

Rahmad menyebutkan bahwa pabrik pupuk di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menjadi yang pertama di wilayah Indonesia Timur.

Selanjutnya, pabrik tersebut diproyeksikan untuk menyuplai kebutuhan pupuk di kawasan pertanian di tanah Papua.

Baca juga: Menteri BUMN dan Pupuk Indonesia dukung pengembangan dan kemajuan petani kopi nasional

Pihaknya optimis keberadaan pabrik itu akan membantu Indonesia untuk mencapai swasembada pangan.

Menurut dia, Pupuk Indonesia menjadi salah satu investor dalam proyek dalam proyek pembangunan pabrik pupuk di Papua Barat tersebut. Ditargetkan akan selesai dan mulai produksi pada tahun 2028.

Untuk kapasitas produksi pabrik tersebut sebesar 3.500 ton pupuk urea per hari atau 1,2 juta ton per tahun.

Baca juga: Pupuk Indonesia dukung pengembangan hilirisasi industri dan ekonomi hijau di Hannover Messe 2023

Ia mengatakan, ke depan pangsa pasar dari pabrik pupuk di Kabupaten Fakfak, Papua Barat akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya di wilayah Papua. Sebab selama ini petani di wilayah itu harus mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan pupuk.

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023