Ketua Tim Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Banten dr Novitria Dwinanda, Sp.A. Subsp. N.P.M mengatakan tata laksana anak obesitas yakni dengan mengganti camilan dari yang semula hanya makanan manis menjadi buah potong.
"Anak masih tumbuh dan kembang, jadi jangan sampai kita kurusin dia tetapi otaknya tidak berkembang. Tata laksana obesitas pada anak itu yang dipotong itu snack, bukan makanan utama," kata dia di Jakarta, Selasa.
Novitria menyarankan orangtua tak mengganti buah potong dengan bentuk jus karena biasanya mengandung gula lebih tinggi.
Selain camilan, orangtua perlu juga untuk menghilangkan asupan minuman manis dan menggantinya dengan air putih.
Kemudian, untuk makan utama sebaiknya berikan dalam porsi seperti biasa dan frekuensi tiga kali sehari atau dengan kata lain tidak melewatkan sarapan.
"Tidak boleh lewatkan sarapan, semakin dilewatkan semakin dia balas dendam di siang. Porsi biasa, tidak dikurangi," tutur Novitria yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia itu.
Selanjutnya, orangtua membantu anak melakukan aktivitas yang disesuaikan dengan usia anak, dan sebaiknya membagi dalam tiga kegiatan besar, dimulai kegiatan ringan yang bisa dikerjakan setiap hari misalnya membersihkan tempat tidur, menaruh alat makan usai dipakai ke tempat seharusnya dan mengambil minum sendiri.
Kedua, kegiatan yang bisa dikerjakan tiga hingga lima kali sehari dan sifatnya sedikit aerobik misalnya bermain sepeda, berjalan sore. Ketiga, kegiatan yang dilakukan sekali hingga dua kali dalam seminggu namun terarah seperti berenang, karate dan latihan basket.
Selain perbaikan pola makan dan aktivitas fisik, pengelolaan obesitas juga meliputi pola tidur atau istirahat. Menurut Kementerian Kesehatan, kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga menyebabkan rasa lapar tidak terkontrol. Jika kuantitas dan kualitas tidur seseorang tidak sesuai maka akan memengaruhi keseimbangan berbagai hormon yang pada akhirnya memicu kejadian obesitas.
Gangguan tidur dapat menyebabkan peningkatan asupan energi melalui sejumlah cara yakni peningkatan rasa lapar melalui meningkatnya hormon ghrelin (pengontrol rasa lapar) dan menurunnya hormon leptin (pengontrol rasa kenyang), waktu tersisa untuk makan menjadi lebih banyak dan cenderung memilih makanan yang tidak sehat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter anak: Tata laksana anak obesitas dengan ganti camilan
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Anak masih tumbuh dan kembang, jadi jangan sampai kita kurusin dia tetapi otaknya tidak berkembang. Tata laksana obesitas pada anak itu yang dipotong itu snack, bukan makanan utama," kata dia di Jakarta, Selasa.
Novitria menyarankan orangtua tak mengganti buah potong dengan bentuk jus karena biasanya mengandung gula lebih tinggi.
Selain camilan, orangtua perlu juga untuk menghilangkan asupan minuman manis dan menggantinya dengan air putih.
Kemudian, untuk makan utama sebaiknya berikan dalam porsi seperti biasa dan frekuensi tiga kali sehari atau dengan kata lain tidak melewatkan sarapan.
"Tidak boleh lewatkan sarapan, semakin dilewatkan semakin dia balas dendam di siang. Porsi biasa, tidak dikurangi," tutur Novitria yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia itu.
Selanjutnya, orangtua membantu anak melakukan aktivitas yang disesuaikan dengan usia anak, dan sebaiknya membagi dalam tiga kegiatan besar, dimulai kegiatan ringan yang bisa dikerjakan setiap hari misalnya membersihkan tempat tidur, menaruh alat makan usai dipakai ke tempat seharusnya dan mengambil minum sendiri.
Kedua, kegiatan yang bisa dikerjakan tiga hingga lima kali sehari dan sifatnya sedikit aerobik misalnya bermain sepeda, berjalan sore. Ketiga, kegiatan yang dilakukan sekali hingga dua kali dalam seminggu namun terarah seperti berenang, karate dan latihan basket.
Selain perbaikan pola makan dan aktivitas fisik, pengelolaan obesitas juga meliputi pola tidur atau istirahat. Menurut Kementerian Kesehatan, kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga menyebabkan rasa lapar tidak terkontrol. Jika kuantitas dan kualitas tidur seseorang tidak sesuai maka akan memengaruhi keseimbangan berbagai hormon yang pada akhirnya memicu kejadian obesitas.
Gangguan tidur dapat menyebabkan peningkatan asupan energi melalui sejumlah cara yakni peningkatan rasa lapar melalui meningkatnya hormon ghrelin (pengontrol rasa lapar) dan menurunnya hormon leptin (pengontrol rasa kenyang), waktu tersisa untuk makan menjadi lebih banyak dan cenderung memilih makanan yang tidak sehat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter anak: Tata laksana anak obesitas dengan ganti camilan
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023