Purwakarta (Antara Megapolitan) - Puncak peringatan Hari Santri Nasional tingkat Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, digelar di komplek Alun Alun Purwakarta atau Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Sabtu.
"Momentum Hari Santri harus menjadi `spirit` (semangat) pengaplikasian resolusi jihad yang dicetuskan Hadratusy Syaikh Hasyim Asy`ari saat mempertahankan Indonesia dari penjajah," kata Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta Kiai Haji Abun Bunyamin di Purwakarta, Sabtu.
Ia mengatakan hakikat resolusi jihad tersebut merupakan kepemimpinan dan persatuan.
Namun jika zaman dahulu generasi Hadratusy Syaikh berjuang melawan kolonialisme, maka saat ini sudah saatnya para santri berdikari, melawan segala bentuk penjajahan, baik penjajahan ekonomi, budaya dan lain-lain.
"Itu bisa dilakukan dengan mempererat persatuan dan kepemimpinan. Santri bukan hanya pemimpin bagi dirinya, tetapi juga pemimpin bagi masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan selama ini santri dikenal dengan ciri khasnya memakai sarung.
Sarung merupakan simbol persatuan bangsa dan telah menjadi spirit perlawanan terhadap kolonialisme bangsa asing.
Jadi menggunakan sarung sama saja dengan menginternalisasi nilai-nilai nasionalisme.
"Perang melawan kolonialisme dulu itu digerakan oleh kaum sarungan. Ini luar biasa, nasionalisme mereka tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka tegak menegakkan kedaulatan bangsa Indonesia," kata dia.
Sementara itu, dalam memperingati Hari Santri Nasional, sejak beberapa hari terakhir terdapat ratusan santri yang mengikuti lomba membaca kitab kuning.
Perlombaan yang telah digelar sejak Kamis (20/10) itu digelar di Pendopo Bale Pemkab Purwakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Momentum Hari Santri harus menjadi `spirit` (semangat) pengaplikasian resolusi jihad yang dicetuskan Hadratusy Syaikh Hasyim Asy`ari saat mempertahankan Indonesia dari penjajah," kata Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta Kiai Haji Abun Bunyamin di Purwakarta, Sabtu.
Ia mengatakan hakikat resolusi jihad tersebut merupakan kepemimpinan dan persatuan.
Namun jika zaman dahulu generasi Hadratusy Syaikh berjuang melawan kolonialisme, maka saat ini sudah saatnya para santri berdikari, melawan segala bentuk penjajahan, baik penjajahan ekonomi, budaya dan lain-lain.
"Itu bisa dilakukan dengan mempererat persatuan dan kepemimpinan. Santri bukan hanya pemimpin bagi dirinya, tetapi juga pemimpin bagi masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan selama ini santri dikenal dengan ciri khasnya memakai sarung.
Sarung merupakan simbol persatuan bangsa dan telah menjadi spirit perlawanan terhadap kolonialisme bangsa asing.
Jadi menggunakan sarung sama saja dengan menginternalisasi nilai-nilai nasionalisme.
"Perang melawan kolonialisme dulu itu digerakan oleh kaum sarungan. Ini luar biasa, nasionalisme mereka tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka tegak menegakkan kedaulatan bangsa Indonesia," kata dia.
Sementara itu, dalam memperingati Hari Santri Nasional, sejak beberapa hari terakhir terdapat ratusan santri yang mengikuti lomba membaca kitab kuning.
Perlombaan yang telah digelar sejak Kamis (20/10) itu digelar di Pendopo Bale Pemkab Purwakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016