Bogor (Antara Megapolitan) - Guru Besar yang juga pakar Hortikultura IPB Prof Muhammad Syukur memperkenalkan varietas baru cabai yang memiliki delapan degradasi warna berbeda menyerupai pelangi yang cocok sebagai tanaman hias perkarangan rumah.
"Jadi tanaman cabai ini tidak hanya untuk mendukung ketahanan pangan keluarga, juga dikembangkan sebagai pemanis rumah menjadi tanaman hiasan," kata Syukur saat ditemui, di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia menjelaskan, cabai IPB Ungara dan IPB Seroja merupakan tipe cabai hias yang memiliki keunikan khusus dan tingkat kepedasan yang tinggi. Cabai IPB Ungara memiliki warna buah dan daun ungu. Sedangkan IPB Seroja memiliki delapan warna nian yang berbeda.
"Selain kedua varietas tersebut, ada juga varietas cabai Syakira, Jelita, Namira, Ayesha, dan Lembayung yang merupakan tipe cabai hias," katanya.
Cabai hias tersebut, lanjutnya, bisa dikonsumsi dapat digunakan untuk meningkatkan Ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan dan `urban farming`.
Menurut dia, secara nasional konsumsi cabai Indonesia 2,6 sampai 3,0 KG per kapita per tahun. Jika masing-masing rumah tangga memiliki 5 sampai 10 pot tanaman cabai yang di tanam secara bergiliran, maka ketersediaan cabai akan mencukupi kebutuhan keluarga sepanjang tahun.
"Ketahanan pangan konsumsi sayur perlu ditingkatkan sebagai subtitusi pangan karbohidrat," katanya.
Cara menanam cabai hias tersebut sangat gampang, cukup menanamnya di dalam pot saja. Dan meletakkannya di perkarangan depan rumah, tidak membutuhkan air yang banyak maupun sumber matahari.
"Cabai ini setelah tiga bulan ditanam dapat dipanen, bisa lima kali panen mencapai 500 gram," katanya.
Ia mengatakan, program perakitan varietas sayuran, khusus cabai telah dimulai di Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi IPB sejak 2003. Dari penelitian tersebut telah dilepas/didaftarkan di Kementerian Pertanian sebanyak 23 varietas cabai besar, cabai semi keriting, cabai keriting dan cabai hias serta tomat.
Tahun 2010 lanjutnya, berhasil dilepas varietas cabai besar Hibrida IPB CH3 oleh Menteri Pertanian. Varietas tersebut merupakan varietas sayuran pertama yang dilepas oleh Perguruan Tinggi.
"Tahun 2013 dilepas/didaftarkan varietas cabai besar non hibrida Seloka IPB," katanya.
Seloka IPB, lanjutnya, mempunyai umur pangan lebih cepat dibandingkan dengan varietas pembanding. Produktivitas mencapai 17 ton per hektare.
Pada 2015 telah didaftarkan pula varietas cabai non hibrida Anies IPB yang termasuk dalam cabai non hibrida yang mempunyai potensi hasil seperti hibrida sehingga produksi benih lebih murah dibandingkan dengan hibrida.
"Potensi produktivitasnya mencapai 900 gram per tanaman atau setara 20 ton per hektare dengan umur panen genjah yakni 77 HST dan panjang buah sekitar 12-19 cm," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Jadi tanaman cabai ini tidak hanya untuk mendukung ketahanan pangan keluarga, juga dikembangkan sebagai pemanis rumah menjadi tanaman hiasan," kata Syukur saat ditemui, di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia menjelaskan, cabai IPB Ungara dan IPB Seroja merupakan tipe cabai hias yang memiliki keunikan khusus dan tingkat kepedasan yang tinggi. Cabai IPB Ungara memiliki warna buah dan daun ungu. Sedangkan IPB Seroja memiliki delapan warna nian yang berbeda.
"Selain kedua varietas tersebut, ada juga varietas cabai Syakira, Jelita, Namira, Ayesha, dan Lembayung yang merupakan tipe cabai hias," katanya.
Cabai hias tersebut, lanjutnya, bisa dikonsumsi dapat digunakan untuk meningkatkan Ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan dan `urban farming`.
Menurut dia, secara nasional konsumsi cabai Indonesia 2,6 sampai 3,0 KG per kapita per tahun. Jika masing-masing rumah tangga memiliki 5 sampai 10 pot tanaman cabai yang di tanam secara bergiliran, maka ketersediaan cabai akan mencukupi kebutuhan keluarga sepanjang tahun.
"Ketahanan pangan konsumsi sayur perlu ditingkatkan sebagai subtitusi pangan karbohidrat," katanya.
Cara menanam cabai hias tersebut sangat gampang, cukup menanamnya di dalam pot saja. Dan meletakkannya di perkarangan depan rumah, tidak membutuhkan air yang banyak maupun sumber matahari.
"Cabai ini setelah tiga bulan ditanam dapat dipanen, bisa lima kali panen mencapai 500 gram," katanya.
Ia mengatakan, program perakitan varietas sayuran, khusus cabai telah dimulai di Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi IPB sejak 2003. Dari penelitian tersebut telah dilepas/didaftarkan di Kementerian Pertanian sebanyak 23 varietas cabai besar, cabai semi keriting, cabai keriting dan cabai hias serta tomat.
Tahun 2010 lanjutnya, berhasil dilepas varietas cabai besar Hibrida IPB CH3 oleh Menteri Pertanian. Varietas tersebut merupakan varietas sayuran pertama yang dilepas oleh Perguruan Tinggi.
"Tahun 2013 dilepas/didaftarkan varietas cabai besar non hibrida Seloka IPB," katanya.
Seloka IPB, lanjutnya, mempunyai umur pangan lebih cepat dibandingkan dengan varietas pembanding. Produktivitas mencapai 17 ton per hektare.
Pada 2015 telah didaftarkan pula varietas cabai non hibrida Anies IPB yang termasuk dalam cabai non hibrida yang mempunyai potensi hasil seperti hibrida sehingga produksi benih lebih murah dibandingkan dengan hibrida.
"Potensi produktivitasnya mencapai 900 gram per tanaman atau setara 20 ton per hektare dengan umur panen genjah yakni 77 HST dan panjang buah sekitar 12-19 cm," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016