Institut Pertanian Bogor (IPB) University bekerja sama dengan Badan Kedaruratan Prancis dan Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, menyiapkan simulasi manajemen mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang menjadi kerja sama pertama untuk kawasan ASEAN.

"Ini tidak semata-mata pengendalian, tetapi juga edukasi misalnya, sekarang sudah ada program khusus untuk magister kebakaran hutan dan lahan," kata Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University  Prof Bambang Hero Saharjo di sela seminar internasional kebakaran hutan dan lahan, di Kota Bogor, Rabu.

IPB dan Kedubes Prancis pada Rabu itu menyelenggarakan Konferensi Internasional Kebakaran yang pertama (The 1st Fire International Conference) bertema memperkuat kolaborasi dalam manajemen global kebakaran hutan dan lahan. 

Bambang mengatakan Badan Kedaruratan Prancis yang memiliki Program Magister Manajemen Kebakaran Hutan bersama IPB bekerja sama membuat simulasi manajemen dalam penanggulangan karhutla.

Ia menyebutkan beberapa mahasiswa IPB sudah berada di Prancis untuk mempelajari bagaimana penanganan karhutla di negara tersebut dengan teknologi dan metode yang diterapkan di sana.

Sebaliknya, pelatihan-pelatihan analisis kebakaran hutan juga telah ada di IPB untuk lebih detiil mendapatkan solusi untuk karhutla. 

Simulasi mengatasi kebajaran itu dengan menerapkan teknologi monitor pemantauan kebakaran hutan yang nantinya akan bisa memberikan rekomendasi untuk tindakan dan alat penanganan karhutla yang ideal untuk kasus yang berbeda-beda di lahan dan hutan Indonesia maupun ASEAN. 

"Simulasi ini juga akan bisa memberi tahu, mobil yang  ideal bisa masuk ke lokasi kebakaran, kemudian alatnya  sebesar apa, jenis apa, akan terlihat dari simulasi ini," katanya. 

Prof Bambang memaparkan, bahwa Prancis dengan teknologi yang dimilikinya untuk mengadakan simulasi kebakaran hutan, akhirnya mampu menekan risiko dampak ekonomi dan pemanasan iklim di negaranya. Prancis sudah dapat memetakan kegiatan mingguan, bulanan untuk mengantisipasi atau menangani karhutla. 

"Di sana sudah tidak memikirkan lagi berapa biaya untuk menangani kebakaran hutan, karena mereka tahu kalau menangani kebakaran hutan lebih cepat maka dampak ekonomi di lahan dan lingkungan sekitar juga lebih ringan," katanya. 

Melalui kerja sama ini, kata Prof Bambang, diharapkan dapat berkontribusi pada perubahan iklim berupa el nino yang telah masuk ke Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Simulasi kebakaran pertama di ASEAN ini menurutnya perlu dukungan pemerintah negara-negara kawasan ASEAN agar isu perubahan iklim dapat ditangani dengan mengurangi risiko. 

Dalam paparan beberapa narasumber dari Thailand, Malaysia, Prancis, Jerman, Jepang, lanjut Prof Bambang, menunjukkan tantangan kasus kebakaran hutan dan lahan yang berbeda satu sama lain namun dalam satu rumpun kawasan. 

Menggunakan teknologi simulasi kebakaran hutan, semakin detail masalah yang akan dapat dipecahkan, bukan hanya untuk Indonesia sebagai ketua KTT ASEAN tapi negara-negara anggota. 

"Ini kesempatan kita berupaya untuk menyelamatkan hutan bersama-sama," ujarnya. 
 

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023