Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat menggerakkan semua lurah yang masih memiliki data titik-titik warga dengan perilaku buang air besar sembarangan untuk bersinergi memberantas kebiasaan tersebut secara bersama-sama.

Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah dalam keterangannya, Jumat, mengatakan rapat koordinasi percepatan Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan telah dilaksanakan di dua kecamatan yang masih ditemukan perilaku buang air besar sembarangan, yakni Kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Utara.

“Apa yang dibahas dan apa yang dilakukan sama dengan apa yang dibahas dalam rakor di Kecamatan Bogor Utara beberapa pekan lalu. Evaluasi ODF dan stunting menjadi dua pembahasan rakor ini, karena upaya yang kita lakukan sama. Kalau ada pemetaan, dimana daerah yang ODF nya tinggi pasti stuntingnya juga tinggi. Apapun asupan yang diberikan akan percuma kalau hidupnya tidak bersih, maka akan percuma,” kata Syarifah.

Baca juga: Pemkot Bogor kerahkan seluruh OPD target BABS 100 persen pada 2023

Syarifah menekankan kepada lurah se-Kecamatan Bogor Tengah dan semua pihak terkait penanganan yang dilakukan harus sinergi dan bersama-sama jajaran perangkat daerah lainnya untuk turun membantu dalam implementasi evaluasi ODF.

Asisten Pemerintahan Setda Kota Bogor, Irwan Riyanto berharap kepada para lurah dan semua pihak di wilayah langsung menerapkan hal-hal terkait ODF dan stunting yang dibahas dalam rakor agar hasilnya dapat segera terlihat. Diharapkan, para lurah dapat membangun kolaborasi dengan pihak swasta.

Camat Bogor Tengah, Dicky Iman Nugraha mengaku, melalui program Berkunjung Ke Wilayah Setiap Hari (Berlari) Kecamatan Bogor Tengah bersama para lurah dan jajaran turun ke wilayah masing-masing setiap hari satu RW untuk memetakan ODF dan stunting.

Baca juga: Dinkes tumbuhkan kesadaran masyarakat bahaya BAB sembarangan

Dari data ODF tahun 2023, tercatat ada 6.057 titik setelah divalidasi ke wilayah belum secara keseluruhan, namun dari data validasi yang didapat dari beberapa RW pada Kelurahan Tegallega ada 178 data yang salah, selanjutnya 41 di Kelurahan Ciwaringin.

“Untuk data stunting sampai akhir bulan Maret 2023, kita reduksi sebanyak 633 data stunting. Itu sudah rekonsiliasi dengan Dinas Kesehatan,” kata Dicky.

Menurutnya sungai dan anak sungai menjadi 'makanan empuk' warga yang tidak peduli ODF. Selain itu, kondisi demografis, kepadatan penduduk, faktor ekonomi serta terakhir mental dan kultur.

Upaya memberikan solusi bagi warga dengan membangun tangki septik sudah dilakukan pihak Kecamatan Bogor tengah, namun kendala yang ditemui adalah muncul air di kedalaman 50 cm karena lahan yang ada merupakan tebing, disamping kepadatan rumah yang hanya menyisakan jalan berupa gang berjarak 1 meter.

Baca juga: Warga Kota Bogor Tidak Lagi BAB Sembarangan

Sementara dari temuan di lapangan lanjut Dicky adalah tidak sedikit warga yang mampu secara ekonomi tetapi tidak memiliki tangki septik pribadi.

Membangun kemitraan dengan para pelaku usaha di semua tempat ibadah untuk menyatukan pandangan bahwa ODF dan stunting adalah permasalahan bersama tidak hanya Pemerintah Kota Bogor, menjadi salah satu strategi yang dilaksanakan Kecamatan Bogor Tengah.

“Alhamdulillah dari semua yang kami datangi, semua siap mendukung penanganan ODF dan stunting di Kecamatan Bogor Tengah sesuai kapasitas dan kemampuannya,” katanya.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023