Ahli geografi fisik dan lingkungan Dr. Mangapul Parlindungan Tambunan menjelaskan peluang keberhasilan operasi penerapan teknologi modifikasi cuaca atau TMC yang dilakukan pemerintah dalam upaya menekan kemungkinan terjadinya kondisi cuaca ekstrem.
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas yang diterima di Depok, Rabu, dosen program studi geografi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia itu menyampaikan bahwa penerapan TMC ditujukan untuk mempercepat proses terjadinya hujan di ruang yang diinginkan.
Dr. Mangapul menjelaskan, penaburan garam ke udara dengan menggunakan pesawat di wilayah yang sudah ditentukan dalam operasi TMC dapat mempercepat terjadinya hujan.
Baca juga: BPBD DKI: Modifikasi menyemai garam di udara dilakukan jika cuaca semakin ekstrem
"Operasi TMC dilakukan dengan melihat kondisi awan sebelum terjadinya hujan agar dapat dialihkan ke ruang yang diinginkan, seperti di laut, dengan melihat perhitungan intensitas hujan yang akan terjadi di ruang tertentu," katanya.
Menurut dia, keberhasilan operasi TMC dipengaruhi oleh kondisi angin.
Dr. Mangapul juga mengemukakan peran interpretasi manusia dalam penerapan teknologi modifikasi cuaca, yang berkaitan dengan siklus hidrologi di atmosfer.
"Pada saat pembentukan awan, di situ lah ada interpretasi manusia. Di saat kondensasi terjadi, di situ lah disemai atau ditabur (garam) awan-awannya sehingga hujan terjadi di ruang yang kita inginkan," katanya.
Baca juga: Pemerintah lakukan rekayasa hujan untuk basahi gambut di Riau
Menurut siaran pers Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TMC telah diterapkan di wilayah Indonesia sejak tahun 1977. Sebelumnya operasi TMC disebut sebagai operasi hujan buatan
"Operasi TMC telah diuji di beberapa negara hingga digunakan saat ini di Indonesia. Tingkat efektivitas operasi TMC tersebut bisa dikatakan 50 persen berhasil dan 50 persen gagal. Hal tersebut sangat tergantung dengan angin," kata Dr. Mangapul.
Ia menambahkan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai dampak negatif pelaksanaan operasi TMC.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas yang diterima di Depok, Rabu, dosen program studi geografi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia itu menyampaikan bahwa penerapan TMC ditujukan untuk mempercepat proses terjadinya hujan di ruang yang diinginkan.
Dr. Mangapul menjelaskan, penaburan garam ke udara dengan menggunakan pesawat di wilayah yang sudah ditentukan dalam operasi TMC dapat mempercepat terjadinya hujan.
Baca juga: BPBD DKI: Modifikasi menyemai garam di udara dilakukan jika cuaca semakin ekstrem
"Operasi TMC dilakukan dengan melihat kondisi awan sebelum terjadinya hujan agar dapat dialihkan ke ruang yang diinginkan, seperti di laut, dengan melihat perhitungan intensitas hujan yang akan terjadi di ruang tertentu," katanya.
Menurut dia, keberhasilan operasi TMC dipengaruhi oleh kondisi angin.
Dr. Mangapul juga mengemukakan peran interpretasi manusia dalam penerapan teknologi modifikasi cuaca, yang berkaitan dengan siklus hidrologi di atmosfer.
"Pada saat pembentukan awan, di situ lah ada interpretasi manusia. Di saat kondensasi terjadi, di situ lah disemai atau ditabur (garam) awan-awannya sehingga hujan terjadi di ruang yang kita inginkan," katanya.
Baca juga: Pemerintah lakukan rekayasa hujan untuk basahi gambut di Riau
Menurut siaran pers Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TMC telah diterapkan di wilayah Indonesia sejak tahun 1977. Sebelumnya operasi TMC disebut sebagai operasi hujan buatan
"Operasi TMC telah diuji di beberapa negara hingga digunakan saat ini di Indonesia. Tingkat efektivitas operasi TMC tersebut bisa dikatakan 50 persen berhasil dan 50 persen gagal. Hal tersebut sangat tergantung dengan angin," kata Dr. Mangapul.
Ia menambahkan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai dampak negatif pelaksanaan operasi TMC.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023