Ikatan Alumni (ILUNI) Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan ILUNI UI dan Program Studi S3 Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI mengadakan seminar nasional bertajuk "Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Strategis Nasional" untuk menelisik ketahanan parpol.
Mahasiswa Program Doktoral SKSG UI Dr Ir Hasto Kristiyanto dalam keterangannya, Jumat, mengatakan perlunya evaluasi untuk melihat apakah kerja yang dilakukan partai telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Masyarakat memberikan respons positif sekaligus kritik terkait fungsi intermediasi partai dalam membangun komunikasi politik serta peran agregasi kepentingan rakyat dalam membuat kebijakan publik. Itu ternyata masih sangat kurang," katanya pula.
Baca juga: Iluni UI bantu evakuasi dokter magang alami kecelakaaan di Bangka Belitung
Namun, menurut Hasto lagi, masyarakat juga memberikan potret bahwa kemampuan partai dalam menyesuaikan perubahan dipersepsikan sangat penting, baru kemudian tentang kepemimpinan, ideologi, dan kultur organisasi partai.
"Itu adalah empat hal yang dinilai sangat penting dalam pelembagaan partai," kata Dr Hasto yang juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP).
Untuk keberlanjutan suatu organisasi, diperlukan ketahanan jangka panjang. Partai harus memiliki ketangguhan, keuletan, dan sikap dinamis dalam menghadapi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity) ataupun ATHG (ancaman, tantangan, hambatan, gangguan).
Baca juga: Sukarelawan FKUI-ILUNI-RSCM bantu penanganan korban bencana di Cianjur
Sedangkan Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Prof Muradi mengatakan yang menjadi masalah dari partai adalah selama 20 tahun partai di Indonesia gagal, karena tidak bisa memperkuat identifikasi diri dengan partai (Party ID).
Selama ini, Party ID hanya berfokus pada tiga hal, yaitu pola historis, struktur ekonomi, dan strata sosial. Padahal, sebagian besar warga memilih partai berdasarkan figur yang ada di partai tersebut.
Akan tetapi, jika hanya mengandalkan figur, partai akan lenyap jika figur yang disegani masyarakat sudah tidak lagi berada di partai. Oleh karena itu, partai juga harus memiliki ideologi.
"Ada dua unsur penting dalam proses partai politik, yaitu ideologi dan figur. Jika kita hanya berbicara tentang figur saja, kita akan kehilangan gagasan dalam konteks membangun basis politik," katanya pula.
Baca juga: ILUNI UI-SKSG UI selenggarakan seminar internasional tentang politik
Padahal, ketika sebuah peradaban baru muncul, partai membutuhkan leader. Karena itu, diperlukan Penta-Polics, yaitu lima unsur penting dalam transformasi partai politik yang meliputi ideologi, figur, kultur, kaderisasi, dan akselerasi.
Selain lima unsur-unsur tersebut, kesuksesan ketahanan, ketangguhan, dan keberlanjutan organisasi politik dapat diraih jika partai mampu membangun organisasi yang dinamis dan gesit dan membangun tim yang solid (dream team) yang tanggap terhadap masalah yang dihadapi.
Selain itu, partai juga harus dapat menemukan dan mempromosikan pemimpin terbaik melalui rekrutmen dan seleksi yang baik, serta dapat meregenerasi ideologi partai sesuai dengan kebutuhan zaman.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Mahasiswa Program Doktoral SKSG UI Dr Ir Hasto Kristiyanto dalam keterangannya, Jumat, mengatakan perlunya evaluasi untuk melihat apakah kerja yang dilakukan partai telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Masyarakat memberikan respons positif sekaligus kritik terkait fungsi intermediasi partai dalam membangun komunikasi politik serta peran agregasi kepentingan rakyat dalam membuat kebijakan publik. Itu ternyata masih sangat kurang," katanya pula.
Baca juga: Iluni UI bantu evakuasi dokter magang alami kecelakaaan di Bangka Belitung
Namun, menurut Hasto lagi, masyarakat juga memberikan potret bahwa kemampuan partai dalam menyesuaikan perubahan dipersepsikan sangat penting, baru kemudian tentang kepemimpinan, ideologi, dan kultur organisasi partai.
"Itu adalah empat hal yang dinilai sangat penting dalam pelembagaan partai," kata Dr Hasto yang juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP).
Untuk keberlanjutan suatu organisasi, diperlukan ketahanan jangka panjang. Partai harus memiliki ketangguhan, keuletan, dan sikap dinamis dalam menghadapi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity) ataupun ATHG (ancaman, tantangan, hambatan, gangguan).
Baca juga: Sukarelawan FKUI-ILUNI-RSCM bantu penanganan korban bencana di Cianjur
Sedangkan Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Prof Muradi mengatakan yang menjadi masalah dari partai adalah selama 20 tahun partai di Indonesia gagal, karena tidak bisa memperkuat identifikasi diri dengan partai (Party ID).
Selama ini, Party ID hanya berfokus pada tiga hal, yaitu pola historis, struktur ekonomi, dan strata sosial. Padahal, sebagian besar warga memilih partai berdasarkan figur yang ada di partai tersebut.
Akan tetapi, jika hanya mengandalkan figur, partai akan lenyap jika figur yang disegani masyarakat sudah tidak lagi berada di partai. Oleh karena itu, partai juga harus memiliki ideologi.
"Ada dua unsur penting dalam proses partai politik, yaitu ideologi dan figur. Jika kita hanya berbicara tentang figur saja, kita akan kehilangan gagasan dalam konteks membangun basis politik," katanya pula.
Baca juga: ILUNI UI-SKSG UI selenggarakan seminar internasional tentang politik
Padahal, ketika sebuah peradaban baru muncul, partai membutuhkan leader. Karena itu, diperlukan Penta-Polics, yaitu lima unsur penting dalam transformasi partai politik yang meliputi ideologi, figur, kultur, kaderisasi, dan akselerasi.
Selain lima unsur-unsur tersebut, kesuksesan ketahanan, ketangguhan, dan keberlanjutan organisasi politik dapat diraih jika partai mampu membangun organisasi yang dinamis dan gesit dan membangun tim yang solid (dream team) yang tanggap terhadap masalah yang dihadapi.
Selain itu, partai juga harus dapat menemukan dan mempromosikan pemimpin terbaik melalui rekrutmen dan seleksi yang baik, serta dapat meregenerasi ideologi partai sesuai dengan kebutuhan zaman.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023