Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) terus melakukan pemantauan keberadaan titik api di wilayah-wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Pemantauan kami terhadap ancaman karhutla kami lakukan sepanjang tahun, setiap hari,” kata Asisten Kapolri Bidang Operasi (Asops) Irjen Pol. Agung Setya Imam Effendy kepada ANTARA saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Pada tahun 2023 iklim di Indonesia lebih kering dibanding tahun sebelumnya, hal ini diprediksi berpotensi meningkatnya kejadian kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air.

“Karhutla akan dapat ditangani dengan baik bila api yang masih kecil sudah dipadamkan,” katanya.

Dalam menangani kebakaran hutan, Polri juga didukung dengan penggunaan teknologi, seperti teknologi satelit dalam menemukan titik api.

Dengan dukungan teknologi serta kesiapsiagaan tim pemadaman di lapangan menjadi kerja kolaboratif yang baik dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan meluas.

“Pemanfaatan teknologi satelit untuk menemukan hot spot dan memadamkan dengan cepat adalah kolaborasi pemanfaatan teknologi dan tim pemadaman yang selalu siaga,” kata mantan Kapolda Riau itu.

Pada rilis akhir tahun Sabtu (31/12) lalu, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengatakan penanganan karhutla menjadi salah satu prioritas Polri, karena mendapat atensi dari Presiden Joko Widodo agar dapat ditangani bersama-sama dengan baik.

Berdasarkan catatan kepolisian, jumlah karhutla 2022 sebanyak 111.472 titik api, turun 11.001 titik api atau sembilan persen dibanding tahun 2021 yakni sebanyak 122.473 titik api. Tahun 2022 luas lahan yang terbakar 386 hektare, sedangkan tahun 2021 seluas 794 hektare.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023