Sukabumi (Antara Megapolitan) - Sebanyak 13 wanita asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking sesuai data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak setempat hingga Mei.
"Mayoritas wanita yang menjadi korban perdagangan manusia tersebut masih di bawah umur," kata Ketua Harian P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti kepada Antara di Sukabumi, Jumat.
Menurutnya, masih tingginya warga Kabupaten Sukabumi khususnya wanita yang menjadi korban trafficking ini disebabkan oleh masalah ekonomi, sehingga mereka dengan mudah terbujuk rayuan calo yang menjanjikan akan mempekerjakan di tempat yang nyaman dan gaji yang besar.
Bahkan, gaya hidup konsumtif warga Kabupaten Sukabumi juga menjadi salah satu penyebab kasus ini terjadi. Selain tingkat ekonomi yang kurang dan gaya hidup yang konsumtif, banyak wanita yang menjadi korban karena latar belakang pendidikan yang rendah.
Biasanya wanita yang menjadi korban trafficking dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga tanpa upah, karena upahnya sudah diberikan majikannya ke calo yang menyalurkan tenaga kerja. Bahkan, tidak sedikit wanita yang ditempatkan di tempat hiburan malam untuk melayani nafsu lelaki hidung belang atau dijadikan pekerja seks komersial (PSK).
"Untuk melakukan pencegahan, kami secara rutin melakukan sosialisasi kepada warga yang masuk ke dalam kelompok rawan kekerasan, seperti pelajar, anak putus sekolah, masyarakat tidak mampu dan lain-lain yang bertujuan agar mereka paham dan tidak mudah percaya kepada orang yang menjanjikan bisa memberikan upah yang besar," tambahnya.
Elis mengatakan kebanyakan wanita Kabupaten Sukabumi yang menjadi korban perdagangan manusia ini dibawa ke luar negeri seperti Malaysia, Arab Saudi, Brunei Darusalam dan lain-lain. Sementara untuk di dalam negeri, mereka dibawa ke wilayah Kalimantan maupun Papua dan ada juga ke Batam.
Di sisi lain, para wanita yang menjadi korban perdagangan manusia dan yang sudah berhasil dipulangkan, pihaknya memberikan terapi pemulihan kepada si korban untuk mengurangi traumanya dan tidak lagi terjerumus pada kasus yang sama.
"Kami juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengungkap kasus perdagangan manusia yang terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi," katanya yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pemberdayaan Wanita Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Mayoritas wanita yang menjadi korban perdagangan manusia tersebut masih di bawah umur," kata Ketua Harian P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti kepada Antara di Sukabumi, Jumat.
Menurutnya, masih tingginya warga Kabupaten Sukabumi khususnya wanita yang menjadi korban trafficking ini disebabkan oleh masalah ekonomi, sehingga mereka dengan mudah terbujuk rayuan calo yang menjanjikan akan mempekerjakan di tempat yang nyaman dan gaji yang besar.
Bahkan, gaya hidup konsumtif warga Kabupaten Sukabumi juga menjadi salah satu penyebab kasus ini terjadi. Selain tingkat ekonomi yang kurang dan gaya hidup yang konsumtif, banyak wanita yang menjadi korban karena latar belakang pendidikan yang rendah.
Biasanya wanita yang menjadi korban trafficking dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga tanpa upah, karena upahnya sudah diberikan majikannya ke calo yang menyalurkan tenaga kerja. Bahkan, tidak sedikit wanita yang ditempatkan di tempat hiburan malam untuk melayani nafsu lelaki hidung belang atau dijadikan pekerja seks komersial (PSK).
"Untuk melakukan pencegahan, kami secara rutin melakukan sosialisasi kepada warga yang masuk ke dalam kelompok rawan kekerasan, seperti pelajar, anak putus sekolah, masyarakat tidak mampu dan lain-lain yang bertujuan agar mereka paham dan tidak mudah percaya kepada orang yang menjanjikan bisa memberikan upah yang besar," tambahnya.
Elis mengatakan kebanyakan wanita Kabupaten Sukabumi yang menjadi korban perdagangan manusia ini dibawa ke luar negeri seperti Malaysia, Arab Saudi, Brunei Darusalam dan lain-lain. Sementara untuk di dalam negeri, mereka dibawa ke wilayah Kalimantan maupun Papua dan ada juga ke Batam.
Di sisi lain, para wanita yang menjadi korban perdagangan manusia dan yang sudah berhasil dipulangkan, pihaknya memberikan terapi pemulihan kepada si korban untuk mengurangi traumanya dan tidak lagi terjerumus pada kasus yang sama.
"Kami juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengungkap kasus perdagangan manusia yang terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi," katanya yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pemberdayaan Wanita Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016