Sekitar 77 persen perusahaan Jepang di Eropa mengalami operasi yang terdampak invasi Rusia ke Ukraina terutama melalui kenaikan harga energi dan pangan serta gangguan dalam logistik, menurut sebuah survei.

Survei tersebut dilakukan oleh Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (JETRO) secara daring terhadap 1.445 perusahaan pada kurun waktu antara 1 hingga 26 September dengan tanggapan valid dari 799 responden.

Menurut survei itu, perusahaan manufaktur merasakan dampak yang lebih besar, dengan 83,7 persen responden di sektor itu mengatakan bisnis mereka menderita akibat perang di Ukraina.

Di antara 605 perusahaan yang menjawab pertanyaan pilihan ganda tentang faktor negatif yang mengganggu bisnis mereka, sebanyak 65,1 persen menyebutkan kenaikan harga energi, 55,9 persen mengatakan harga bahan baku dan sumber daya yang lebih tinggi seperti produk plastik dan karet, sementara 54 persen menyebut peningkatan gangguan dan hambatan dalam logistik.

"Survei ini menunjukkan parahnya dampak perang Ukraina terhadap operasi bisnis," kata Akiko Ueda, seorang pejabat di JETRO.

"Fakta bahwa hampir 80 persen perusahaan mengaku mereka merasa dampak negatif dari perang Ukraina menunjukkan adanya situasi di mana mereka tidak dapat menghindari kerugian bahkan jika mereka mempercepat upaya seperti menurunkan harga untuk pelanggan," ujar Ueda.

Dia menambahkan resolusi untuk konflik Rusia-Ukraina adalah hal "penting" untuk memperbaiki kondisi bisnis.

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022