Bogor, 16/7 (ANTARA) - Keberadaan Filateli Indonesia terancam punah dengan hadirnya teknologi pesan singkat, internet, jejaring sosial dan smartphone yang kini mulai digemari masyarakat.

"Saat ini kita dihadapkan pada ancaman kepunahan filateli Indonesia yang mulai ditinggalkan," kata Manager Filateli PT Pos Indonesia, Tata Sugiarta, dalam acara peluncuran prangko burung langka Indonesia di Kebun Raya Bogor, Minggu.

Menurut Tata, ancaman kepunahan tersebut berasal dari hadirnya teknologi yang kian berkembang pesat.

Masyarakat kini dengan mudahnya mengirimkan pesan melalui pesan singkat, atau BBM dan email.

"Ditambah lagi hadirnya jejaring sosial, memudahkan orang berinteraksi secara instan," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Tata, tidak adanya regenerasi membuat keberadaan filateli Indonesia kian berkurang anggotanya.

Ia mengatakan, selama ini para anggota filateli tersebut kebanyakan angkatan tua atau opa-opa. Dan tidak ada anak-anak dari anggota filateli tersebut yang meneruskannya.

"Kondisi ini yang menjadi ancaman filateli Indonesia akan punah," katanya.

Tata mengatakan, untuk melestarikan filateli Indonesia berbagai kegiatan telah diselenggarakan untuk menarik minat generasi muda dalam mengoleksi prangko.

Selain menggelar kegiatan internasional, nasional dan lokal. Hampir setiap pekan, Perhimpunan Filateli Indonesia menggelar acara mingguan yakni saling bertukar prangko, jual beli dan lelang.

"Dengan filateli ini banyak yang bisa dipelajari generasi muda, selain dapat mengenal warisan budaya dan sejarah bangsa yang dicetak dalam seri prangko, juga mengajarkan generasi muda cara berjualan dan lelang prangko," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Filateli Indonesia Soeyono yang menyebutkan, pada era 50-an jumlah komunitas filateli di Indonesia mencapai satu juta orang.

"Tapi saat ini jumlah itu kian menurun. Seiring dengan berkurangnya minat penggunaan perangko di Indonesia," katanya.

Ia menjelaskan, zaman dahulu prangko dibuat sebagai alat bayar jasa pengiriman surat melalui PT Pos.

Seiring berjalannya waktu, perangko mulai ditinggalkan. Dengan hadirnya teknologi dan internet.

Menurut dia, untuk menjaga perangko tetap lestari, fungsi perangko tidak lagi dijadikan sebagai alat bayar tapi sebagai media pengenalan budaya, sejarah dan kelestarian lingkungan.

Hingga saat ini berbagai seri prangko dengan berbagai tema seperti kebudayaan, lingkungan, keanekaragaman hayati, batik dan banyak ragam lagi telah diterbitkan.

"Yang perlu diupayakan, para filateli Indonesia harus berupaya menjadikan prangko sebagai wadah atau media saran penyebaran informasi kepada masyarakat luas," katanya.

Ia menyebutkan Perhimpunan Filateli Indonesia (PFI) berupaya untuk menyosialisasikan keberadaan filateli dengan menggelar berbagai event seperti pertemuan filateli Internasional yang diikuti seluruh anggota filateli dari berbagai negara.

Dalam event tersebut, lanjut Sueyono, dapat menghidupkan kembali perangko-perangko yang sudah mulai ditinggalkan.

"Dalam forum ini kita bisa bertukar perangko, berniaga bahkan melelang," katanya.

Soeyono mengatakan, hampir setiap tahunnya pemerintah menerbitkan seri perangko terbaru. Penerbitan seri terbaru dilakukan berdasarkan hasil sayembara atau pengajuan dari sejumlah pihak.

"Tahun ini pemerintah sudah mengeluarkan edaran akan menerbitkan perangko 50 tahun pembebasan Irian Barat. Untuk modelnya akan disayembarakan kepada masyarakat luas," katanya.

Diterbitkannya perangko Burung langka Indonesia yang diluncurkan Perhimpunan Burung Liar Indonesia disambut baik PFI.

Menurut soeyono, penerbitan perangko tersebut menjadi upaya untuk menyelamatkan burung-burung langka di Indonesia yang terancam punah.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Darori yang turut meresmikan peluncuran prangko burung langka Indonesia menyebutkan peluncuran perangko tersebut mempunyai nilai penting dan strategis sebagai sarana penyebaran informasi dan peningkatan kesadaran kepada masyarakat luas dalam melestarikan dan menghargai kekayaan sumber daya alam hayati di Indonesia.

"Perangko sebagai media yang dinilai edukatif dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia juga manca negara," katanya.

Darori juga mendorong sejumlah pihak untuk mendukung kegiatan pelestarian lingkungan melalui gerakan penerbitan prangko.


Laily R


Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012