Bogor (Antara Megapolitan) - Organisasi Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) memberangkatkan 60 dai (ustad) untuk berdakwah mengisi kebutuhan dai selama Ramadan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Timur.

"Tahun ini Parmusi prioritaskan menurunkan dai di wilayah perbatasan yakni di Nusa Tenggara Timur (NTT), ada dua kabupaten yakni Timor Tengah Selatan dan Atambua yang menjadi wilayah perbatasan dengan Timor Timur," kata Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam saat membuka Workshop Da`wah yang diselenggarakan DPP Parmusi di Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Usamah mengatakan pelatihan dan penyebaran dai untuk wilayah perbatasan dan pulau terluar Indonesia menjadi program Parmusi dalam penyebaran dakwah yang bersifat konvensional yang akan terus dikembangkan sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi dakwah di daerah perbatasan dan pulau terluar yang sulit mendapatkan ustadz maupun dai pada bulan Ramadhan.

"Program ini sangat baik, tetapi perlu ditingkatkan dengan melakukan revolusi dakwah agar menjadi lebih masif dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung gerak dakwah para dai Parmusi," katanya.

Ia menjelaskan, dalam rangka membentengi umat dan memperkuat akidah. Dai Parmusi yang bertugas akan memberikan pengajaran tentang penguatan akidah dan pemahaman Islam yang ramah dan menjadi rahmatan lil`alamin.

Ia mengatakan, berbagai fenomena yang muncul di masyarakat saat ini sangat memprihatinkan, mulai dari pemerkosaan dan kekerasan seksual di kalangan pelajar, ayah memperkosa anaknya, ibu mencabuli putranya sendiri, pembunuhan anak kandung karena kesulitan ekonomi, praktik aborsi, merebaknya lokasi prostitusi baru di sejumlah daerah, gerakan propaganda LGBT, darurat narkoba, korupsi, dan upaya untuk menghapus Perda minuman keras.

"Fenomena ini telah merusak sendi-sendi kehidupan kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, moral bangsa kita sedang sakit," katanya.

Sebagai suatu bangsa dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia, lanjutnya, Parmusi dengan sumber daya manusia yang dimilikinya memiliki kewajiban untuk mencegah berbagai kerusakan budaya bangsa tersebut. Sesuai dengan paradigma baru Parmusi sebagai penyambung ummat muslim (connecting moslem) berbasis dakwah, sosial, ekonomi, dan pendidikan.

Agar dakwah yang dijalankan para dai Permusi lebih massif melalui revolusi dakwah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk mendukung gerakan dakwah. DPP Permusi membekali para dai yang ditugaskan di wilayah perbatasan dengan satu telepon pintar.

Menurutnya, upaya ini dilakukan untuk menghadapi derasnya arus informasi yang sedang melanda generasi muda negeri ini. Kemajuan teknologi melahirkan generasi dunia maya. Generasi yang sangat akrab dengan gawai, generasi gemar menyerap informasi apapun dari media sosial, generasi yang suka memutar ratusan jaringan siaran televisi dunia barat tanpa tersaring.

"Dai Parmusi tidak bisa tinggal diam menghadapi situasi dan kondisi ini. Dengan pembekalan ini, dai-dai dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam penyebaran dakwahnya," kata dia.

DPP Parmusi menggelar workshop da`wah yang dihadiri pengurus Parmusi di seluruh provinsi di Indonesia. Setiap wilayah mengirimkan tiga orang perwakilannya untuk mengikuti pembekalan dai yang akan disebar ke wilayah perbatasan. Workshop ini berlangsung dari tanggal 28 hingga 29 Mei di Puncak.

Sejumlah Pengurus wilayah Parmusi yang hadir di antaranya, Parmusi Kepulauan Riau, Parmusi Sumatera Utara, Parmusi Sumatara Barat, Parmusi Bali, Parmusi NTT, Parmusi Aceh, Parmusi Jawa Barat, Parmusi DKI Jakarta.

Pengurus Parmusi Bali mengusulkan agar program penyebaran dai di wilayah perbatasan juga dilaksanakan di Pulau Bali mengingat di wilayah timur pulau dewata tersebut populasi umat Islam hanya empat persen, dan masih kesulitan mendapatkan ustad.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016