Wali Kota Bogor, Jawa Barat Bima Arya Sugiarto mengajak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat mendalami penelitian atau riset mengenai pencegahan peningkatan penyakit regeneratif atau tidak menular seperti jantung, darah tinggi dan diabetes untuk disesuaikan dalam kebijakan.
"Kita perlu mendalami ya, mengapa struk tinggi, diabetes tinggi, hipertensi tinggi, jantung tinggi. Kita perlu kajian-kajian tentang itu," kata Bima Arya usai menghadiri PIT ke-14 IDI Cabang Kota Bogor di IICC, Sabtu.
Bima menuturkan di tengah ketidakpastian dalam hal perubahan iklim yang menyebabkan cuaca tidak menentu memunculkan tantangan dalam menghadapi penyakit-penyakit yang timbul akibat aktivitas dan kebiasaan masyarakat yang berubah pula.
Penyakit-penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, struk dan darah tinggi sudah dialami oleh anak-anak, bukan hanya orang-orang dewasa.
Baca juga: Gerakan bulan deteksi dini penyakit tidak menular di Kota Bogor
Bima berharap, kajian yang dilakukan para dokter untuk meminimalisasi masyarakat terkena penyakit degeneratif akan bisa memberi masukan terhadap kebijakan pemerintah Kota Bogor.
Dikatakan Bima, hal ini agar ilmu pengetahuan, tindakan dokter dan kebijakan Pemerintah Kota Bogor dapat seiring sejalan untuk mencegah peningkatan jumlah masyarakat sakit tidak menular tapi berbahaya itu.
"Jadi saya mengundang, teman-teman dokter rumah sakit semua untuk membangun kolaborasi melakukan riset-riset demi perbaikan kebijakan di Kota Bogor," kata dia.
Baca juga: Segera deteksi penyakit tidak menular
Ketua IDI Cabang Kota Bogor dr Ilham Chaidir mengatakan pertemuan para dokter dalam organisasi IDI sesuai amanat UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur mengenai asas dan tujuan praktik kedokteran, pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia, standar pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi, pendidikan dan pelatihan kedokteran dan kedokteran gigi, registrasi dokter dan dokter gigi, penyelenggaraan praktik kedokteran, pembentukan Majelis Kedokteran.
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselama
tan pasien. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
"Memang ini adalah amanat Undang-Undang Kedokteran dimana organisasi profesi yang ada di Indonesia harus meningkatkan kemampuan anggotanya. Jadi tentang ilmu kedokterannya, kecakapan praktiknya, agar mampu memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat lebih kurang begitu," kata dr Ilham.
Baca juga: Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia cenderung meningkat
Menurut Ihlam, sekarang ini perkembangan ilmu kedokteran ini cepat sekali, sehingga penelitian-penelitian terbarukan harus bisa dilakukan. Dokter harus selalu kontinu mengembangkan diri untuk beradaptasi terhadap penemuan obat baru, cara-cara baru.
"Contoh, kita ada studi pohon dan tumbuhan dari Balitbangkes diteliti itu semua, kita dapat kesimpulan sekarang warga Bogor ini kurang makan sayur, senangnya makan gorengan. Yang seperti ini yang harus diintervensi agar masyarakat mampu meningkatkan pola hidup bersih dan sehat," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Kita perlu mendalami ya, mengapa struk tinggi, diabetes tinggi, hipertensi tinggi, jantung tinggi. Kita perlu kajian-kajian tentang itu," kata Bima Arya usai menghadiri PIT ke-14 IDI Cabang Kota Bogor di IICC, Sabtu.
Bima menuturkan di tengah ketidakpastian dalam hal perubahan iklim yang menyebabkan cuaca tidak menentu memunculkan tantangan dalam menghadapi penyakit-penyakit yang timbul akibat aktivitas dan kebiasaan masyarakat yang berubah pula.
Penyakit-penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, struk dan darah tinggi sudah dialami oleh anak-anak, bukan hanya orang-orang dewasa.
Baca juga: Gerakan bulan deteksi dini penyakit tidak menular di Kota Bogor
Bima berharap, kajian yang dilakukan para dokter untuk meminimalisasi masyarakat terkena penyakit degeneratif akan bisa memberi masukan terhadap kebijakan pemerintah Kota Bogor.
Dikatakan Bima, hal ini agar ilmu pengetahuan, tindakan dokter dan kebijakan Pemerintah Kota Bogor dapat seiring sejalan untuk mencegah peningkatan jumlah masyarakat sakit tidak menular tapi berbahaya itu.
"Jadi saya mengundang, teman-teman dokter rumah sakit semua untuk membangun kolaborasi melakukan riset-riset demi perbaikan kebijakan di Kota Bogor," kata dia.
Baca juga: Segera deteksi penyakit tidak menular
Ketua IDI Cabang Kota Bogor dr Ilham Chaidir mengatakan pertemuan para dokter dalam organisasi IDI sesuai amanat UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur mengenai asas dan tujuan praktik kedokteran, pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia, standar pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi, pendidikan dan pelatihan kedokteran dan kedokteran gigi, registrasi dokter dan dokter gigi, penyelenggaraan praktik kedokteran, pembentukan Majelis Kedokteran.
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselama
tan pasien. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
"Memang ini adalah amanat Undang-Undang Kedokteran dimana organisasi profesi yang ada di Indonesia harus meningkatkan kemampuan anggotanya. Jadi tentang ilmu kedokterannya, kecakapan praktiknya, agar mampu memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat lebih kurang begitu," kata dr Ilham.
Baca juga: Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia cenderung meningkat
Menurut Ihlam, sekarang ini perkembangan ilmu kedokteran ini cepat sekali, sehingga penelitian-penelitian terbarukan harus bisa dilakukan. Dokter harus selalu kontinu mengembangkan diri untuk beradaptasi terhadap penemuan obat baru, cara-cara baru.
"Contoh, kita ada studi pohon dan tumbuhan dari Balitbangkes diteliti itu semua, kita dapat kesimpulan sekarang warga Bogor ini kurang makan sayur, senangnya makan gorengan. Yang seperti ini yang harus diintervensi agar masyarakat mampu meningkatkan pola hidup bersih dan sehat," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022