Indonesia mempresentasikan keunggulan program komunikasi digital dan sosial di rapat tahunan Organisasi Internasional Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan(OECD) di Paris, Perancis, mengenai keberhasilan strategi Indonesia dalam penanganan COVID–19 berbasis pendekatan komunikasi digital dan sosial. 
 
"Pertemuan ini berlangsung untuk mendengarkan berbagai studi kasus dan capaian berbagai negara di dunia, yang menggunakan pendekatan komunikasi untuk memperkuat tingkat kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah," kata Head of Open and Innovative Government Division, OECD, Carlos Santiso dalam keterangannya, Rabu.

Tidak hanya itu, pertemuan ini juga membagikan pengalaman dari penggunaan Big Data dan Behavioral Study dalam praktik komunikasi publik selama pandemi COVID-19.

Delegasi Indonesia dihadiri oleh Akhmad Firmannamal, Ardilla Amry, Devie Rahmawati, Rizky Ameliah, dan Zaky Ramadhan.
 
"Meskipun Indonesia bukanlah negara produsen vaksin, salah satu keberhasilan capaian Indonesia mengendalikan infeksi COVID-19 adalah melalui program vaksinasi," kata Peneliti Program Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati 

Dengan jumlah populasi, luas wilayah serta serbuan hoaks, program vaksiansi awalnya tidak sepenuhnya disambut positif oleh masyarakat luas, hingga Indonesia pernah mengalami guncangan sosial di saat serbuan varian Delta.

"Vaksinasi merdeka mengawinkan tiga pendekatan yaitu behavioral insights, penggunaan teknologi digital serta kearifan sosial, gotong royong, yang berhasil melahirkan metode penyelengaraan vaksinasi yang kolosal di berbagai titik," katanya.

Tentunya dengan biaya penyelenggaraan yang efisien (cost per shoot US$ 0,6-1); pengelolaan ribuan relawan yang bekerja secara bersamaan di satu waktu secara masif; penyelenggaraan yang singkat (17 hari).

Namun dengan dampak yang terukur yaitu capaian warga yang tervaksinasi lebih dari 97 persen, dimana sebelum hadirnya metode Vaksinasi Merdeka, capaian vaksinasi baru mencapai 33 persen. 
 
Konferensi tahun 2022 ini bertajuk 5th meeting of the OECD Expert Group on Public Communication, dihadiri lebih dari 40 delegasi dari sedikitnya 16 negara maju di dunia. Indonesia dan Singapura diundang mewakili Asia Tenggara.

Kepala Posko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya Supriyanto mengatakan vaksinasi Merdeka menekankan pada kekuatan partisipasi aktif publik, yang diawali dengan pendekatan persuasif kepolisian melalui desain program yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan publik. 

"Metode ini berhasil karena meninggalkan pendekatan Top Bottom menjadi Bottom Up, sehingga no one left behind," katanya.

Tim Posko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya Ardilla Amry mengatakan Indonesia dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa, warga yang terinfeksi Covid hingga Agustus 2022 sebesar 6 juta kasus dengan total kematian 150 ribu kasus. 

"Kondisi ini kontras dengan Amerika Serikat misalnya, yang memiliki penduduk sebanyak 322 Juta, yang terinfeksi Covid mencapai 95 juta orang dengan angka kematian lebih dari 1 juta," ujarnya.  

Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya, menjadi salah satu studi kasus yang diminta OECD, Lembaga yang telah berdiri sejak 1948 ini, untuk dipresentasikan, karena inovasi program Vaksinasi Merdeka yang menggunakan pendekatan komunikasi sosial, yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (people centered), dinilai sejalan dengan rekomendasi OECD untuk para pengambil kebijakan di seluruh dunia.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022