Bogor (Antara) - Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir meluncurkan program "start up" industri benih padi varietas IPB 3S yang dikembangkan oleh Departemen Inovasi IPB, di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
"Kemenristekdikti mendukung penuh inovasi yang dikembangkan IPB terutama start up industri benih padi varietas IPB 3S ini sebagai langkah awal upaya Kemenristekdikti dalam hilirirasi inovasi perguruan tinggi yang memberikan manfaat luas ke masyarakat," kata Nasir.
Peluncuran program "start up" industri benih padi varietas IPB 3S bersamaan dengan kegiatan penanaman perdana padi IPB 3S di wilayah Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hadir dalam kegiatan tersebut, Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto, Bupati Bogor Nurhayanti, pemulia varietas padi IPB 3S, Hajrial Aswidinoor, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Menurut Nasir, pengembangan sistem produksi baru untuk dijadikan sumber benih nasional merupakan yang pertama kali dilakukan, Kemenristekdikti menyambut baik inovasi yang dihasikan IPB sehingga bisa mewujudkan Indonesia swasembada pangan.
"Industri start up benih ini ditanam di lahan seluas hampir 50 hektar, benih yang akan dihasilkan nantinya bisa untuk menanami lahan pertanian seluas dua juta hektar," katanya.
Ia mengatakan, hasil inovasi padi IPB 3S telah terbukti dan potensial untuk dikembangkan, karena rata-rata bisa menghasilkan 7 sampai 8 ton per ubinan per hektarnya di lahan tidak produktif, otomatis jika dikembangkan di lahan produktif produksinya bisa lebih meningkat lagi.
"Kerja sama antara Pemerintah daerah, Kemenristekdikti dan perguruan tinggi khususnya IPB tentunya sangat dibutuhkan untuk bersama-sama kita wujudkan program swasembada pangan nasional," kata Meristek.
Sementara itu, Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto menyebutkan, keunggulan padi IPB 3S beda dengan padi ciherang dan kawan-kawannya memiliki anakan lebih banyak dengan daun runcing-runcing serta lebat sehingga burung enggan singgah.
"Arsitekturnya yang seperti ini dapat menghilangkan kerugian karena dimakan burung," katanya.
Bupati Bogor, Nurhayanti berterimakasih atas kerja sama yang dilakukan antara Kemenristekdikti dan IPB di wilayah Kabupaten Bogor dalam mengembangkan produksi benih padi IPB 3S.
"Langkah ini telah mewujudkan salah satu program pemerintah daerah untuk mewujudkan Kabupaten Bogor sumber benih bersertifikasi, dan mensejahterakan petani," katanya.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Abdul Qodir menjelaskan, kegiatan penanaman perdana oleh Menristekdikti adalah penanaman untuk memproduksi benih dasar padi varietas IPB 3S yang merupakan bagian dari program start-up industri benih padi IPB 3S untuk mengembangkan sistem priduksi padi dalam mendukung swasembada pangan nasional.
"Program Start Up industri benih dikembangkan oleh Departemen Inovasi IPB yang didukung Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, kegiatan start up industri benih dikembangkan sebagai salah satu solusi atas kendala ketersediaan banih sumber dalam sistem produksi benih di Indonesia yang berpengaruh langsung terhadap ketersediaan benih bermutu untuk petani.
Tujuan kegiatan ini, lanjutnya, adalah implementasi inovasi hasil riset berupa padi varietas IPB 3S melalui start up model industri benih sumber (foundation seed program) berbasis "seed teching industri" dan terbangunnya industri benih berbasis holding company" IPB (PT BLST) bekerja sama penangkar/produsen benih.
"Start up model industri benih dilaksanakan tahun 2016 melalui pembangunan industri benih padi IPB 3S di pusat benih Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian IPB," katanya.
Ia menambahkan, terdapat empat kegiatan dalam pengembangn industri benih sumber yakni pusat pengembangan benih dengan penguatan peralatan produksi dan laboratorium. Kedua produksi benih sumber satu benih berjenis (breedeer seed) dan 50 hektare benih dasar (foundation seed) serta yang ketiga pelatihan penangkar, pengawasan dan pendampingan.
"Penampingan ini meliputi 20 orang untuk benih sumber, dan 250 orang untuk benih komersial, serta sosialsiasi IPB 3S melalui 16 demplot masing-masing satu hektar," katanya.
Start up industri benih komersial, lanjutnya akan dikembangkan tahun 2017 oleh Holding Company IPB PT BLST bekerja sama dengan penangkar/produsen benih ASBENINDO dengan dua kegiatan utama yakni produksi benih komersialisasi di lahan 2.000 hekatre atau 10 ribu hektare, jika bisa diintegrasikan dengan program penyediaan benih nasional.
"Dan yang kedua, bersama IPB melaksanakan pelatihan penangkar, pengawas, dan pendamping, 250 orang untuk benih komersial, serta sosialisasi benih padi IPB 3S di 16 demplot, masing-masing satu hektare," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Kemenristekdikti mendukung penuh inovasi yang dikembangkan IPB terutama start up industri benih padi varietas IPB 3S ini sebagai langkah awal upaya Kemenristekdikti dalam hilirirasi inovasi perguruan tinggi yang memberikan manfaat luas ke masyarakat," kata Nasir.
Peluncuran program "start up" industri benih padi varietas IPB 3S bersamaan dengan kegiatan penanaman perdana padi IPB 3S di wilayah Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hadir dalam kegiatan tersebut, Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto, Bupati Bogor Nurhayanti, pemulia varietas padi IPB 3S, Hajrial Aswidinoor, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Menurut Nasir, pengembangan sistem produksi baru untuk dijadikan sumber benih nasional merupakan yang pertama kali dilakukan, Kemenristekdikti menyambut baik inovasi yang dihasikan IPB sehingga bisa mewujudkan Indonesia swasembada pangan.
"Industri start up benih ini ditanam di lahan seluas hampir 50 hektar, benih yang akan dihasilkan nantinya bisa untuk menanami lahan pertanian seluas dua juta hektar," katanya.
Ia mengatakan, hasil inovasi padi IPB 3S telah terbukti dan potensial untuk dikembangkan, karena rata-rata bisa menghasilkan 7 sampai 8 ton per ubinan per hektarnya di lahan tidak produktif, otomatis jika dikembangkan di lahan produktif produksinya bisa lebih meningkat lagi.
"Kerja sama antara Pemerintah daerah, Kemenristekdikti dan perguruan tinggi khususnya IPB tentunya sangat dibutuhkan untuk bersama-sama kita wujudkan program swasembada pangan nasional," kata Meristek.
Sementara itu, Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto menyebutkan, keunggulan padi IPB 3S beda dengan padi ciherang dan kawan-kawannya memiliki anakan lebih banyak dengan daun runcing-runcing serta lebat sehingga burung enggan singgah.
"Arsitekturnya yang seperti ini dapat menghilangkan kerugian karena dimakan burung," katanya.
Bupati Bogor, Nurhayanti berterimakasih atas kerja sama yang dilakukan antara Kemenristekdikti dan IPB di wilayah Kabupaten Bogor dalam mengembangkan produksi benih padi IPB 3S.
"Langkah ini telah mewujudkan salah satu program pemerintah daerah untuk mewujudkan Kabupaten Bogor sumber benih bersertifikasi, dan mensejahterakan petani," katanya.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Abdul Qodir menjelaskan, kegiatan penanaman perdana oleh Menristekdikti adalah penanaman untuk memproduksi benih dasar padi varietas IPB 3S yang merupakan bagian dari program start-up industri benih padi IPB 3S untuk mengembangkan sistem priduksi padi dalam mendukung swasembada pangan nasional.
"Program Start Up industri benih dikembangkan oleh Departemen Inovasi IPB yang didukung Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, kegiatan start up industri benih dikembangkan sebagai salah satu solusi atas kendala ketersediaan banih sumber dalam sistem produksi benih di Indonesia yang berpengaruh langsung terhadap ketersediaan benih bermutu untuk petani.
Tujuan kegiatan ini, lanjutnya, adalah implementasi inovasi hasil riset berupa padi varietas IPB 3S melalui start up model industri benih sumber (foundation seed program) berbasis "seed teching industri" dan terbangunnya industri benih berbasis holding company" IPB (PT BLST) bekerja sama penangkar/produsen benih.
"Start up model industri benih dilaksanakan tahun 2016 melalui pembangunan industri benih padi IPB 3S di pusat benih Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian IPB," katanya.
Ia menambahkan, terdapat empat kegiatan dalam pengembangn industri benih sumber yakni pusat pengembangan benih dengan penguatan peralatan produksi dan laboratorium. Kedua produksi benih sumber satu benih berjenis (breedeer seed) dan 50 hektare benih dasar (foundation seed) serta yang ketiga pelatihan penangkar, pengawasan dan pendampingan.
"Penampingan ini meliputi 20 orang untuk benih sumber, dan 250 orang untuk benih komersial, serta sosialsiasi IPB 3S melalui 16 demplot masing-masing satu hektar," katanya.
Start up industri benih komersial, lanjutnya akan dikembangkan tahun 2017 oleh Holding Company IPB PT BLST bekerja sama dengan penangkar/produsen benih ASBENINDO dengan dua kegiatan utama yakni produksi benih komersialisasi di lahan 2.000 hekatre atau 10 ribu hektare, jika bisa diintegrasikan dengan program penyediaan benih nasional.
"Dan yang kedua, bersama IPB melaksanakan pelatihan penangkar, pengawas, dan pendamping, 250 orang untuk benih komersial, serta sosialisasi benih padi IPB 3S di 16 demplot, masing-masing satu hektare," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016