Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
"Tidak bosan-bosan dan kembali saya tegaskan, jangan bilang peduli DBD jika belum jadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah sendiri," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati di Bekasi, Sabtu.
Tanti memastikan pihaknya akan terus mensosialisasikan pencegahan demam berdarah kepada masyarakat, baik melalui aplikasi percakapan grup seluler fasilitas kesehatan Puskesmas dan rumah sakit hingga pembuatan video imbauan kepala daerah.
Baca juga: Dinkes Bekasi imbau warga jadi jumantik di rumah sendiri, cegah DBD
Percepatan koordinasi dan pelaporan kasus juga menjadi fokus utama pencegahan penyakit tersebut, selain mengoptimalkan gerak kader jumantik dalam membantu penanggulangan penyakit dimaksud.
"Semua tidak akan berjalan optimal dalam penanggulangan DBD jika warga tidak mau peduli demam berdarah. Mari bersama-sama menjadi jumantik minimal di rumah sendiri serta lingkungan," ucapnya.
Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat kasus demam berdarah selama Januari-Agustus 2022 mencapai 2.035 kasus dan 12 orang meninggal dunia.
Jumlah itu meningkat dibandingkan kasus serupa di tahun 2020 yang mencapai 1.646 kasus dengan angka kematian satu orang serta 2.004 kasus pada tahun 2021 dan 11 orang meninggal dunia.
Baca juga: Warga Kota Bekasi diminta waspadai penyakit DBD
Kecamatan Bekasi Utara menjadi wilayah paling banyak ditemukan kasus demam berdarah. Pada tahun ini sebanyak 448 kasus dan tiga orang meninggal dunia, disusul Bekasi Timur dengan 273 kasus.
Kecamatan Bekasi Barat dengan 255 kasus dan tiga orang meninggal dunia, Mustika Jaya 230 kasus dan satu meninggal, Bekasi Selatan 216 kasus dan satu meninggal, Jatiasih 187 kasus dan dua meninggal, dan Kecamatan Medan Satria dengan 127 kasus. Sedangkan di Kecamatan Pondok Gede 93 kasus, Rawalumbu 83 kasus dan satu meninggal, Jatisampurna 58 kasus, Pondok Melati 37 kasus dan satu meninggal, serta Kecamatan Bantargebang 28 kasus.
Pihaknya juga mencatat pada Agustus 2022 terdapat 125 kasus demam berdarah dengan rincian 60 kasus dialami laki-laki dan 65 kasus perempuan.
Baca juga: Warga Kota Bekasi diminta waspada DBD selama pergantian musim
Dua kasus ditemukan pada usia kurang dari setahun, 11 kasus di rentang usia satu hingga empat tahun, 33 kasus berusia lima hingga 14 tahun, 54 kasus usia 15-44 tahun, dan 25 kasus dengan usia 44 tahun ke atas.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Tidak bosan-bosan dan kembali saya tegaskan, jangan bilang peduli DBD jika belum jadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah sendiri," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati di Bekasi, Sabtu.
Tanti memastikan pihaknya akan terus mensosialisasikan pencegahan demam berdarah kepada masyarakat, baik melalui aplikasi percakapan grup seluler fasilitas kesehatan Puskesmas dan rumah sakit hingga pembuatan video imbauan kepala daerah.
Baca juga: Dinkes Bekasi imbau warga jadi jumantik di rumah sendiri, cegah DBD
Percepatan koordinasi dan pelaporan kasus juga menjadi fokus utama pencegahan penyakit tersebut, selain mengoptimalkan gerak kader jumantik dalam membantu penanggulangan penyakit dimaksud.
"Semua tidak akan berjalan optimal dalam penanggulangan DBD jika warga tidak mau peduli demam berdarah. Mari bersama-sama menjadi jumantik minimal di rumah sendiri serta lingkungan," ucapnya.
Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat kasus demam berdarah selama Januari-Agustus 2022 mencapai 2.035 kasus dan 12 orang meninggal dunia.
Jumlah itu meningkat dibandingkan kasus serupa di tahun 2020 yang mencapai 1.646 kasus dengan angka kematian satu orang serta 2.004 kasus pada tahun 2021 dan 11 orang meninggal dunia.
Baca juga: Warga Kota Bekasi diminta waspadai penyakit DBD
Kecamatan Bekasi Utara menjadi wilayah paling banyak ditemukan kasus demam berdarah. Pada tahun ini sebanyak 448 kasus dan tiga orang meninggal dunia, disusul Bekasi Timur dengan 273 kasus.
Kecamatan Bekasi Barat dengan 255 kasus dan tiga orang meninggal dunia, Mustika Jaya 230 kasus dan satu meninggal, Bekasi Selatan 216 kasus dan satu meninggal, Jatiasih 187 kasus dan dua meninggal, dan Kecamatan Medan Satria dengan 127 kasus. Sedangkan di Kecamatan Pondok Gede 93 kasus, Rawalumbu 83 kasus dan satu meninggal, Jatisampurna 58 kasus, Pondok Melati 37 kasus dan satu meninggal, serta Kecamatan Bantargebang 28 kasus.
Pihaknya juga mencatat pada Agustus 2022 terdapat 125 kasus demam berdarah dengan rincian 60 kasus dialami laki-laki dan 65 kasus perempuan.
Baca juga: Warga Kota Bekasi diminta waspada DBD selama pergantian musim
Dua kasus ditemukan pada usia kurang dari setahun, 11 kasus di rentang usia satu hingga empat tahun, 33 kasus berusia lima hingga 14 tahun, 54 kasus usia 15-44 tahun, dan 25 kasus dengan usia 44 tahun ke atas.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022