Bogor (Antara Megapolitan) - Universitas Pakuan, Bogor Jawa Barat meluluskan 778 sarjana baru dari program pascasarjana dan enam fakultas pada gelombang pertama tahun 2016.

Acara wisuda dibuka langsung oleh Rektor Universitas Pakuan, Dr Bibin Rubini MPd, di Gedung Braja Mustika, Kota Bogor, Jl Dr Semeru, Cilendek, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Ke-778 sarjana yang diwisuda, yaitu program pascasarjana S3 sebanyak 3 orang, S2 71 orang, Fakultas Hukum 49 orang, Fakultas Ekonomi S1 171 orang, Fakultas Ekonomi D3 5 orang, FKIP 249 orang, FISIP 60 orang, Fakultas Teknik 62 orang, Fakultas MIPA S1 96 orang, serta Fakultas MIPA D3 12 orang.

Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini pada kesempatan itu mengatakan, agenda yang dibicarakan dalam kesempatan wisuda sarjana tersebut antara lain adalah tentang fenomena karakter generasi muda jaman sekarang yang mulai tidak mengutamakan pakem atau tata krama yang sebenarnya.

Kemudian dibicarakan juga menyikapi persoalan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang marak diperbincangkan di berbagai media, baik media cetak, elektronik ataupun online.

Rektor juga menuturkan lebih lanjut bahwa generasi muda jaman sekarang ini mudah sekali terbujuk rayu oleh hal-hal yang bersifat negatif, di antaranya narkoba, perkelahian, dan lain-lain.

"Hal tersebut akan merugikan diri sendiri dan masyarakat luas," ujarnya.

Tantangan MEA

Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini mengatakan pula bahwa konsekuensi dari MEA adalah akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi yang ada di Indonesia, begitupun sebaliknya.

Tetapi yang menjadi sebuah pertanyaan sekarang adalah "Mampukah lulusan-lulusan terbaik dari semua perguruan tinggi yang ada di Indonesia berani bersaing dan berkompetisi di ajang MEA?," katanya.

Hal tersebut tentu saja yang bisa menjawab adalah para generasi muda.

Dr Bibin Rubini mengatakan pula, menghadapi pergulatan MEA tidak hanya dibekali mental semata, tetapi juga keterampilan yang memenuhi syarat.

Tetapi, katanya pula, dari data tahun 2015 menunjukkan, kualitas pendidikan di Indonesia merosot tajam, bila diperingkat menduduki peringkat ke-69 dari 76 negara.

"Maka hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama untuk membenahi pola pendidikan yang ada di Indonesia," ujarnya.

Karena itu, tentunya hal ini perlu menjadi perhatian bagi para `penggelut` dunia pendidikan, karena melihat fenomena anak muda yang ada di masyarakat akhir-akhir ini sungguh menakutkan dan memprihatinkan, belum lagi tentang masalah MEA.

Karena, kata Rektor menambahkan, bila terus-terusan dibiarkan, maka Indonesia tidak akan mampu untuk menghadapi dan bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya, seperti Malaysia, Vietnam, dan Singapura.

Pada kesempatan itu Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini juga mengingatkan agar para wisudawan pada perguruan tinggi yang dipimpinnya tetap menjaga nama baik almamaternya.

Pewarta: Mayolus Fajar Dwiyanto

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016