Bogor (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, tetapkan langkah penyelamatan untuk menurunkan tingginya angka kematian ibu dan bayi yang jumlahnya terus memprihatinkan.

"Pemkot Bogor menargetkan adanya peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit, dan puskesmas tidak hanya sekedar melakukan pendataan dan pencatatan terhadap ibu hamil saja," kata Sekretaris Daerah, Ade Sarip Hidayat di Bogor, Kamis.

Ade mengatakan, langkah penyelamatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, salah satunya adalah perbaikan pelayanan di rumah sakit.

"Hendaknya puskesmas melakukan pencatatan rekam jejak pemeriksaan kehamilan setiap ibu hamil," katanya.

Untuk menyamakan persepsi upaya penyelamatan kematian ibu dan bayi, Pemerintah Kota Bogor, menyelenggarakan lokakarya penyusunan organisasi program penyelamatan Ibu melahirkan dan bayi, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan.

Menurut dia, meningkatkan pelayanan di rumah sakit serta puskesmas penting dilakukan mengingat data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor periode 2012-2015, pelayanan rumah sakit dan puskesmas masih minim.

"Penting membuat catatan rekam medis ibu hamil untuk membuat rujukan jika terjadi masalah pada kehamilannya," katanya.

Ade menekankan, puskesmas hendaknya tidak membuat rujukan setelah usia kehamilan tua yang justru akan menjadi masalah dikemudian hari.

Ade menilai, penyebab tingginya angka kematian ibu hamil bermuara dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat masih melakukan proses persalinan di peraji atau dukun beranak.

"Masyarakat lebih memilih ke peraji ketimbang petugas kesehatan," katanya.

Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi, salah satunya hambatan administrasi yang kerap menjadi penyebab pasien gagal ditangani dengan baik.

"Tidak adanya kartu tanda penduduk, atau bahkan belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, sehingga masyarakat juga yang akhirnya kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan," katanya.

Ade menambahkan, faktor lainnya penyebab kematian ibu hamil karena usia yang masih sangat muda ketika hamil, atau juga hamil pada usia tua yang merupakan masa beresiko kematian ibu hamil.

"Pentingnya edukasi kepada masyarakat dari institusi seperti Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) untuk menekan angka kematian ibu hamil dan bayi," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016