Bogor (Antara Megapolitan) - Guru besar tetap Fakultas Kehutanan IPB, Prof Imam Wahyudi mengatakan, kayu dari hutan tanaman terutama hutan rakyat berpeluang menjadi sumber bahan baku bermutu tinggi di masa depan setelah ditingkatkan mutunya.

"Teknik peningkatan mutu yang disarankan adalah mengawetkan kayu sebelum dipadatkan dengan tingkat pemadatan sebesar 30-40 persen dari tebal awalnya," katanya di Bogor, Rabu.

Ia mengatakan, industri perkayuan tanah air sulit memperoleh kayu bermutu tinggi sebagai bahan baku. Hal ini yang mendorongnya untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu kayu.

Kayu dari hutan tanaman bahkan kayu pohon buah, lanjutnya, cenderung berlimpah di pasar dan mulai digunakan sebagai bahan baku sejak lima tahun terakhir secara teknis berbeda karakteristiknya dibandingkan karakteristik kayu-kayu yang selama ini digunakan.

"Akibatnya mutu produk yang dihasilkan jauh lebih rendah," katanya.

Menurutnya, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kayu dari hutan tanaman sulit dikeringkan dan mudah pecah. Produk yang dibuat kurang kokoh, kurang stabil dan relatif mudah diserang serangga, rayap dan bubuk kayu kering, termasuk wooden furniture jati.

"Padahal jati selama ini menjadi andalan ekspor kayu olahan Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, kualitas kayu ditentukan oleh proses pertumbuhan pohon. Proses pertumbuhan pohon bergantung pada faktor genetik, lingkungan, dan faktor tingkat kedewasaan sel-sel penyusunannya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pembangunan hutan tanaman harus diawali dengan penggunaan bibit bermutu tinggi, dan tindakan perlakuan silvikultur untuk pertumbuhan pohon secara selektif dan tepat waktu,.

"Kalau masalah bibit tidak menjadi soal, maka mutu kayu dari hutan tanaman sangat bergantung pada tindakan silvikultur yang diterapkan," katanya.

Ia menjelaskan, teknik peningkatan mutu dengan pengawetan kayu sebelum dipadatkan dengan tingkat kepadatan sebesar 30-40 persen dari tebal awalnya, pada suhu 150 derajat Celcius dan tekanan kempa 20 MPa selama 10-15 menit.

"Setelah mencapai target ketebalan yang digunakan adalah senyawa boron yang aman bagi lingkungan," katanya.

Menurutnya, kayu yang dipadatkan (densified wood) yang dihasilkan memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dari kayu asalnya. Dari rangkaian percobaan yang dilakukan menggunakan jenis kayu dari hutan tanam, kekuatan kayu yang dipadatkan meningkat 1,5 hingga 2 kali lebih tinggi dari kekuatan aslinya.

"Keawetannya meningkat satu tingkat, dan kayu menjadi lebih kokoh lebih stabil," katanya.

Prof Imam menambahkan, pihaknya tengah bekerja sama dengan salah satu UKM untuk memproduksi prototype produk wooden furniture bermutu tinggi menggunakan kayu dari hutan rakyat terutama jati, sengon dan jabon yang sudah dipadatkan.

"Kerja sama ini sebagai langkah awal meyakinkan pihak-pihak terkait bahwa kayu dari hutan tanam yang inferior dapat berubah menajdi bahan baku yang handal," katanya.

Prof Imam telah menyampaikan hasil penelitiannya tersebut dalam orasi ilmiah guru besar yang dilaksanakan Sabtu (19/3) lalu dengan judul "Kayu Hutan Tanaman : Karakteristik dan Prospek Pemanfaatannya Berbasis Teknologi Peningkatan Mutu Ramah Lingkungan"

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016