Palu (Antara Megapolitan) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) merupakan tanda kebesaran Allah SWT yang diperlihatkan kepada umat manusia di muka bumi sehingga penting untuk pengetahuan generasi kini.
"Pengetahuan itu sudah sangat tinggi sekali," kata Jusuf Kalla setelah memantau GMT di lapangan sepakbola Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu pagi.
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika memilih Kotapulu sebagai tempat pemantauan GMT karena di titik tersebut merupakan titik terlama GMT di Sulawesi Tengah yakni 2 menit 22 detik.
Proses awal terjadinya GMT pukul 07.27 WITA dan posisi 100 persen terjadi pada pukul 08.43 WITA. Diperkirakan normal kembali pada pukul 10.01 WITA.
Pada detik-detik matahari terhalang penuh oleh bulan, pengunjung di lapangan pemantauan GMT bertepuk tangan meriah dan sebagian berteriak Allahu Akbar.
Setelah itu suasana berlangsung hening dalam kegelapan. Saat detik-detik matahari terbuka, para pengunjung pun langsung bersorak melihat keindahan alam tersebut.
Selama proses pemantauan GMT, Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Kepala BMKG Andi Eka Sakya.
Selain itu Jusuf Kalla juga didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan sejumlah menteri kabinet Indonesia.
Jusuf Kalla mengatakan berkat pengetahuan dan teknologi modern peristiwa langkah yang terjadi dalam 350 tahun tersebut sudah dapat diprediksi dan waktunya tepat.
="Indah sekali," katanya.
Dia mengatakan jarak matahari yang mencapai 150 juta kilometer dari bumi dan bulan berjarak 40 juta kilometer telah diketahui posisinya dengan pas karena pengetahuan dan teknologi.
"Itu kebesaran Allah," katanya.
Jusuf Kalla mengatakan pemerintah akan menunggu hasil para peneliti dari fenomena alam yang hanya terjadi dalam rentang waktu ratusan tahun itu.
Pemantauan GMT di Kotapulu tersebut juga dihadiri sekitar 300 peneliti, salah satunya astronot asal Belanda Andre Kuipers dari ESA (Europhan Sapce Agency). Dia telah dua kali mendarat ke bulan pada 2004 dan 2012.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Pengetahuan itu sudah sangat tinggi sekali," kata Jusuf Kalla setelah memantau GMT di lapangan sepakbola Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu pagi.
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika memilih Kotapulu sebagai tempat pemantauan GMT karena di titik tersebut merupakan titik terlama GMT di Sulawesi Tengah yakni 2 menit 22 detik.
Proses awal terjadinya GMT pukul 07.27 WITA dan posisi 100 persen terjadi pada pukul 08.43 WITA. Diperkirakan normal kembali pada pukul 10.01 WITA.
Pada detik-detik matahari terhalang penuh oleh bulan, pengunjung di lapangan pemantauan GMT bertepuk tangan meriah dan sebagian berteriak Allahu Akbar.
Setelah itu suasana berlangsung hening dalam kegelapan. Saat detik-detik matahari terbuka, para pengunjung pun langsung bersorak melihat keindahan alam tersebut.
Selama proses pemantauan GMT, Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Kepala BMKG Andi Eka Sakya.
Selain itu Jusuf Kalla juga didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan sejumlah menteri kabinet Indonesia.
Jusuf Kalla mengatakan berkat pengetahuan dan teknologi modern peristiwa langkah yang terjadi dalam 350 tahun tersebut sudah dapat diprediksi dan waktunya tepat.
="Indah sekali," katanya.
Dia mengatakan jarak matahari yang mencapai 150 juta kilometer dari bumi dan bulan berjarak 40 juta kilometer telah diketahui posisinya dengan pas karena pengetahuan dan teknologi.
"Itu kebesaran Allah," katanya.
Jusuf Kalla mengatakan pemerintah akan menunggu hasil para peneliti dari fenomena alam yang hanya terjadi dalam rentang waktu ratusan tahun itu.
Pemantauan GMT di Kotapulu tersebut juga dihadiri sekitar 300 peneliti, salah satunya astronot asal Belanda Andre Kuipers dari ESA (Europhan Sapce Agency). Dia telah dua kali mendarat ke bulan pada 2004 dan 2012.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016