Bogor (Antara Megapolitan) - Guru besar Universitas Ibnu Khaldun, Didin Hafidhuddin mendorong generasi muda Indonesia agar tumbuh menjadi pengusaha muslim yang profesional, sehingga dapat bersaing dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Harapan generasi muda sekarang tumbuh menjadi pengusaha yang baik, profesional, jadikan MEA sebagai peluang, untuk bangkit dan siap menghadapi resiko," kata Didin dalam acara Pasar Ummat (Umar Market) di Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.
Ulama yang juga tokoh perbukuan Islam ini mengatakan, kekuatan ekonomi umat muslim harus diperkuat dalam menghadapi pasar kapitalistik saat ini dengan cara membangun jaringan kerja, agar lebih tahan terhadap persaingan.
"Kalau sendiri-sendiri, pengusaha muslim akan mudah jatuh. Dengan jaringan kerja, kerja tim, pertandingan di pasar internasional akan kita hadapi lebih lama," katanya.
Dikatakannya, pasar dan masjid dua institusi dalam Islam yang memiliki peran yang tidak bisa dipisahkan. Di masa Rasulullah, keberadaan masjid dekat dengan pasar seperti di Makkah dan Madinah.
Pasar adalah pusat kekuatan perekonomian, ada kegiatan ekonomi yang menghasilkan banyak keuntungan. Begitu juga masjid sebagai tempat ibadah, yang mengingatkan umat muslim saat beraktivitas tetap tidak meninggalkan ibadahnya.
"Zama Rasulullah, pasar dan masjid tidak bisa dipisahkan. Saat Rasulullah membangun Masjid di Madinah, juga dekat dengan pasar, begitu juga di Makkah," katanya.
Ia mengatakan, belum banyak pengusaha muslim yang menyadari hal ini bahwa kekuatan Islam ada dalam perdagangan. Satu dari sembilan pintu rezeki adalah usaha (berdagang).
"Wajar jika pengusaha kaya raya. Jika didekatkan pasar dan masjid, ketika keluar masjid orang pasti belanja, dan ketika berbelanja pasti ingat ibadah," katanya.
Dikatakannya, pedagang atau berdagang adalah kegiatan yang digunakan ulama dalam menyebarkan Islam. Seperti di Indonesia, masuknya Islam dari para ulama yang berdagang. Begitu juga dengan kekuatan Indonesia di mulai dari Serikat Dagang Islam.
Rasulullah, lanjut Didin, memiliki sifat-sifat teladan dalam menyebarkan Islam, pertama amanah, fathonah, selalu mencari peluang dan pandai melihat pasar.
"Nabi itu sosok yang produktif, pandai memanfaatkan peluang yang ada. Dan juga memiliki sikap suka bekerja dalam jaringan (networking)," katanya.
Menurut Didin, dalam berdagang hendaknya pengusaha muslim tidak hanya mencari keuntungan materi tetapi juga keberkahan dengan menerapkan prinsi-prinsip serta menejemen dagang Islam.
"Perlu dilakukan komunikasi dan edukasi secara terus menerus, agar pengusaha muslim mampu menjadi pengusaha terbaik, bisa menguasai pasar global dan menjadi orang kaya di dunia," katanya.
Ia menyayangkan beberapa nama orang terkaya nomor satu dan dua di Indonesia berasal dari pengusaha rokok.
"Orang kaya di Indonesia kebanyakan pengusaha rokok, sementara mereka sendiri tidak merokok," katanya.
Pasar Ummat diselenggarakan oleh Komunitas Pedagang Muslim Indonesia (KPMI) dan Ummar Market (Ummat) diikuti sekitar 48 pengusaha muslim dari wilayah Jabodetabek. Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, diantaranya bazar produk halal dan syar`i, wokshop, edutaiment, pelatihan dan pembinaan.
Menarik dari kegiatan ini berlangsung selama sepekan, selain itu, pengusaha yang ikut serta adalah pengusaha yang sudah menerapkan prinsip-prinsip dagang Islam dalam menjalankan bisnisnya. Mereka terdiri dari pengusaha properti, jasa transportasi, produsen makanan, produsen pakaian dan perlengkapan muslimah lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Harapan generasi muda sekarang tumbuh menjadi pengusaha yang baik, profesional, jadikan MEA sebagai peluang, untuk bangkit dan siap menghadapi resiko," kata Didin dalam acara Pasar Ummat (Umar Market) di Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.
Ulama yang juga tokoh perbukuan Islam ini mengatakan, kekuatan ekonomi umat muslim harus diperkuat dalam menghadapi pasar kapitalistik saat ini dengan cara membangun jaringan kerja, agar lebih tahan terhadap persaingan.
"Kalau sendiri-sendiri, pengusaha muslim akan mudah jatuh. Dengan jaringan kerja, kerja tim, pertandingan di pasar internasional akan kita hadapi lebih lama," katanya.
Dikatakannya, pasar dan masjid dua institusi dalam Islam yang memiliki peran yang tidak bisa dipisahkan. Di masa Rasulullah, keberadaan masjid dekat dengan pasar seperti di Makkah dan Madinah.
Pasar adalah pusat kekuatan perekonomian, ada kegiatan ekonomi yang menghasilkan banyak keuntungan. Begitu juga masjid sebagai tempat ibadah, yang mengingatkan umat muslim saat beraktivitas tetap tidak meninggalkan ibadahnya.
"Zama Rasulullah, pasar dan masjid tidak bisa dipisahkan. Saat Rasulullah membangun Masjid di Madinah, juga dekat dengan pasar, begitu juga di Makkah," katanya.
Ia mengatakan, belum banyak pengusaha muslim yang menyadari hal ini bahwa kekuatan Islam ada dalam perdagangan. Satu dari sembilan pintu rezeki adalah usaha (berdagang).
"Wajar jika pengusaha kaya raya. Jika didekatkan pasar dan masjid, ketika keluar masjid orang pasti belanja, dan ketika berbelanja pasti ingat ibadah," katanya.
Dikatakannya, pedagang atau berdagang adalah kegiatan yang digunakan ulama dalam menyebarkan Islam. Seperti di Indonesia, masuknya Islam dari para ulama yang berdagang. Begitu juga dengan kekuatan Indonesia di mulai dari Serikat Dagang Islam.
Rasulullah, lanjut Didin, memiliki sifat-sifat teladan dalam menyebarkan Islam, pertama amanah, fathonah, selalu mencari peluang dan pandai melihat pasar.
"Nabi itu sosok yang produktif, pandai memanfaatkan peluang yang ada. Dan juga memiliki sikap suka bekerja dalam jaringan (networking)," katanya.
Menurut Didin, dalam berdagang hendaknya pengusaha muslim tidak hanya mencari keuntungan materi tetapi juga keberkahan dengan menerapkan prinsi-prinsip serta menejemen dagang Islam.
"Perlu dilakukan komunikasi dan edukasi secara terus menerus, agar pengusaha muslim mampu menjadi pengusaha terbaik, bisa menguasai pasar global dan menjadi orang kaya di dunia," katanya.
Ia menyayangkan beberapa nama orang terkaya nomor satu dan dua di Indonesia berasal dari pengusaha rokok.
"Orang kaya di Indonesia kebanyakan pengusaha rokok, sementara mereka sendiri tidak merokok," katanya.
Pasar Ummat diselenggarakan oleh Komunitas Pedagang Muslim Indonesia (KPMI) dan Ummar Market (Ummat) diikuti sekitar 48 pengusaha muslim dari wilayah Jabodetabek. Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, diantaranya bazar produk halal dan syar`i, wokshop, edutaiment, pelatihan dan pembinaan.
Menarik dari kegiatan ini berlangsung selama sepekan, selain itu, pengusaha yang ikut serta adalah pengusaha yang sudah menerapkan prinsip-prinsip dagang Islam dalam menjalankan bisnisnya. Mereka terdiri dari pengusaha properti, jasa transportasi, produsen makanan, produsen pakaian dan perlengkapan muslimah lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016