Bogor (Antara Megapolitan) - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbuparekraf) Kota Bogor, Jawa Barat, optimistis kehadiran sentra kuliner sehat akan mendorong peningkatkan pendapatan asli daerah dai sektor wisata.

"Sektor pariwisata menyumbang PAD terbesar di Kota Bogor baik dari perhotelan maupun restoran. Kehadiran sentra kuliner sehat diharapkan dapat menambah destinasi kunjungan wisata," kata Kepala Dibudparekraf, Shahlan Rasyidi, di Bogor, Sabtu.

Ia mengatakan, tahun 2014, nilai sumbangan PAD sektor pariwisata mencapai Rp118 miliar. Angka tersebut meningkat di tahun 2015 menjadi Rp135 miliar.

Menurutnya, sentra kuliner sehat saat ini baru ada di Gang Selot. Ke depan akan bertambah menjadi dua sentra kuliner sehat yakni di Jalan Bima Marga yang masih dalam proses tahap akhir pembangunan.

Dijelaskannya, ada empat zona kuliner di Kota Bogor yang mendapat binaan dari pemerintah yakni Gang Selot, Jalan Bina Marga, Jalan Pengadilan dan Taman Topi. Tetapi baru dua zona yang ditunjuk sebagai sentra kuliner sehat yakni Gang Selot dan Bina Marga.

Sentra kuliner sehat, lanjutnya, adalah sentra jajanan yang terdiri dari para pedagang kaki lima yang sudah mendapatkan sertifikat hygienis dari dinas terkait, serta menerapkan standar kesehatan kebersihan didukung sarana seperti tempat pembuangan limbah. Penyaji makanan melengkapi diri dengan celemek, sarung tangan, masker dan penutup kepala. Tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan, terjamin kehalalannya.

"Hadirnya sentra kuliner sehat ini memberikan rasa aman kepada masyarakat dan wisatawan yang datang ke Kota Bogor untuk mendapatkan jajanan khas yang memenuhi standar kesehatan," katanya.

Ia mengatakan, Disbudparekraf mendukung kehadiran sentra kuliner sehat Gang Selot dengan turut mempromosikannya dalam berbagai kesempatan, baik dalam bentuk pameran, dalam pamflet destinasi wisata Kota Bogor maupun melalui website Disbudparekraf.

"Tugas Disbudparekraf untuk mempromosikan keberadaan sentra kuliner sehat, agar menjadi salah satu destinasi wisata baru yang ramai dikunjungi," katanya.

Shahlan menambahkan, pihaknya mendorong agar keberadaan sentra kuliner sehat diperluas. Diharapkan dapat ditransformasi oleh para pengelola kuliner lainnya termasuk pedagang kaki lima yang berada di luar zonasi.

"Ke depan perlu adanya peningkatan sumber daya manusia dan layanan dari sentra kuliner dengan memberikan penyuluhan kepada para pedagang. Diharapkan juga, pedagang yang masih menggunakan styrofoam dapat menggantinya dengan wadah yang lebih sehat," katanya.

Sementara itu, keberadaan sentra kuliner sehat Gang Selot memiliki kenangan tersendiri bagi Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, karena sering jajan saat masih duduk di bangku SD, SMP hingga SMA.

"Hampir semua jenis makanan yang dijual disini (Gang Selot) sudah saya cicipin. Semuanya favorit saya, uniknya rasa tidak berubah sejak dulu," kata Bima.

Menurut Bima, melihat penataan PKL di Gang Selot yang kini berubah tampilan menjadi Sentra Kuliner Sehat, sebagai perubahan kearah positif. Mengingat kondisi awal, para PKL berjualan di atas drainase (selokan) apabila hujan sering airnya meluap dan mengeluakan aroma yang kurang sedap.

"Sekarang sudah tertata rapi dan bersih, dilengkapi fasiltas kebersihan, saluran IPAL, jadi memenuhi standar kesehatan," katanya.

Mengenang masa sekolah dulu, lanjut Bima, dirinya kerap jajan di Gang Selot bersama teman sekolahnya. Ia pun mengingat dengan jelas urutan posisi pedagang, mulai dari tahu salawi, molen, es kelapa si baba, donclang, basok telur, batagor dan mia ayam.

"Dulu yang jualan masih sedikit, orangnya tidak berubah, sekarang sudah berganti generasi. Rasanya tetap enak, dan murah. Dulu zaman SD, semangkok mie ayam harganya Rp300,-. Saking enaknya bisa makan dua mangkok, uang jajan satu minggu ludes karena dua mangkok mie," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016