Bogor (Antara Megapolitan) - Pembangunan Gapura Pecinan di Jalan Surya Kencana, Kota Bogor, Jawa Barat, yang merupakan proyek penataan kawasan Kota Pusaka, mundur dari jadwal yang sudah ditetapkan, peresmian baru dapat dilakukan pada awal Januari 2016 mendatang.
"Memang ada keterlambatan, kendala teknis yang lebih memahami adalah kontraktornya. Dari jadwal yang ditentukan pengerjaan selesai 31 Desember ini, tetapi baru bisa selesai dengan segala penataan awal Januari 2016," kata Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Bappeda Kota Bogor, Naufal Isnaini di Bogor, Rabu.
Dijelaskannya, Gapura Pecinan di Jalan Surya Kencana yang diberi naman Lawang Surya Kecana ini merupakan progam Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Kota Bogor salah satu dari 10 kota di Indonesia yang menjadi prioritas Kementerian PU dan Pera dalam program pelestarian kota pusaka," katanya.
Dikatakannya, dalam kelander kerja yang telah dipublikasi pada rapat persiapan pelaksanaan proyek atau pre construction meeting (PCM) pada Agustus lalu. Pelaksanaan pengerjaan terhitung 150 hari kerja, mulai dari 4 Agustus hingga 31 Desember 2015.
"Pengerjaan fisik sudah rampung sepenuhnya, jika dipersentase kesiapan sudah 95 persen, tingga penyelesaian ada beberapa bagian yang dipercantik atau di sempurnakan," katanya.
Dijelaskannya, penataan fisik Kota Pusaka di kawasan Surya Kencana meliputi pembangunan Gerbang Pecinan, pedestrian dengan sitting group dan tempat sampah, serta Lampu Pedestrian.
"Untuk pedestrian, kita sudah sepakat dengan pedagang kembang disekitar yang bersedia direlokasi, bekas bangunan kios ditata menjadi taman," katanya.
Ia mengatakan, pengerjaan fisik penataan kawasan Kota Pusaka di Kota Bogor dilaksanakan oleh PT Pinapan Gunung Mas selaku kontraktor pelaksana. Nilai kontrak sebesar Rp3,5 miliar. Nilai kontrak tersebut sudah termasuk untuk penatan fisik Kota Pusaka Kawasan Tugu Kujang atau Lawang Salapan yang juga molor pengerjaannya.
"Dalam proyek ini, Kota Bogor hanya sebagai pengguna, teknis kenapa pembangunan molor yang lebih tahu pihak kontraktor. Tetapi, kita (Pemkot) ikut memantau pembangunan, keterlambatan ini ada kaitannya dengan teknis di lapangan, ini menyangkut konstruksi tanah, sehingga kontraktor mengusulkan melakukan kajian ulang," katanya.
Progres pembangunan Lawang Salapan di kawasan Tugu Kujang jauh lebih molor dari pada Lawang Surya Kencana. Menurut Naufal, pengerjaan sudah tahap pembangunan pondasi, dan lantai, namun tidak bisa dilanjutkan untuk membangun 10 pilar yang menyerupai pilar Istana Bogor, karena alasan konstruksi tanah.
"Kontraktor memutuskan menutup pengerjaan karena tidak memungkinkan selesai tahun ini, dan diusulkan untuk dikerjakan kembali tahun depan. Hal ini terkait persoalan teknis, terutama konstruksi tanah yang perlu dikaji ulang," katanya.
Menurut Naufal, pihak kontraktor memerlukan kajian ulang tanah di sekitar lokasi, karena adanya proyek pembanguna pedestrian di area yang sama oleh Pemerintah Kota Bogor, membuat konstruksi tanah tidak lagi stabil, karena sempat mengalami beberapa kali penurunan tanah. Sehingga perlu dipastikan, agar pilar-pilar dan lantai bangunan tetap kokoh dan kuat.
"Kontraktornya cukup profesional, mereka memikirkan jangka panjang sehingga butuh kajian ulang, memutuskan menghentikan pengerjaan karena tidak memungkinkan dilakukan tahun ini, dan memutuskan dilanjutkan Januari tahun depan," kata Naufal.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Memang ada keterlambatan, kendala teknis yang lebih memahami adalah kontraktornya. Dari jadwal yang ditentukan pengerjaan selesai 31 Desember ini, tetapi baru bisa selesai dengan segala penataan awal Januari 2016," kata Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Bappeda Kota Bogor, Naufal Isnaini di Bogor, Rabu.
Dijelaskannya, Gapura Pecinan di Jalan Surya Kencana yang diberi naman Lawang Surya Kecana ini merupakan progam Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Kota Bogor salah satu dari 10 kota di Indonesia yang menjadi prioritas Kementerian PU dan Pera dalam program pelestarian kota pusaka," katanya.
Dikatakannya, dalam kelander kerja yang telah dipublikasi pada rapat persiapan pelaksanaan proyek atau pre construction meeting (PCM) pada Agustus lalu. Pelaksanaan pengerjaan terhitung 150 hari kerja, mulai dari 4 Agustus hingga 31 Desember 2015.
"Pengerjaan fisik sudah rampung sepenuhnya, jika dipersentase kesiapan sudah 95 persen, tingga penyelesaian ada beberapa bagian yang dipercantik atau di sempurnakan," katanya.
Dijelaskannya, penataan fisik Kota Pusaka di kawasan Surya Kencana meliputi pembangunan Gerbang Pecinan, pedestrian dengan sitting group dan tempat sampah, serta Lampu Pedestrian.
"Untuk pedestrian, kita sudah sepakat dengan pedagang kembang disekitar yang bersedia direlokasi, bekas bangunan kios ditata menjadi taman," katanya.
Ia mengatakan, pengerjaan fisik penataan kawasan Kota Pusaka di Kota Bogor dilaksanakan oleh PT Pinapan Gunung Mas selaku kontraktor pelaksana. Nilai kontrak sebesar Rp3,5 miliar. Nilai kontrak tersebut sudah termasuk untuk penatan fisik Kota Pusaka Kawasan Tugu Kujang atau Lawang Salapan yang juga molor pengerjaannya.
"Dalam proyek ini, Kota Bogor hanya sebagai pengguna, teknis kenapa pembangunan molor yang lebih tahu pihak kontraktor. Tetapi, kita (Pemkot) ikut memantau pembangunan, keterlambatan ini ada kaitannya dengan teknis di lapangan, ini menyangkut konstruksi tanah, sehingga kontraktor mengusulkan melakukan kajian ulang," katanya.
Progres pembangunan Lawang Salapan di kawasan Tugu Kujang jauh lebih molor dari pada Lawang Surya Kencana. Menurut Naufal, pengerjaan sudah tahap pembangunan pondasi, dan lantai, namun tidak bisa dilanjutkan untuk membangun 10 pilar yang menyerupai pilar Istana Bogor, karena alasan konstruksi tanah.
"Kontraktor memutuskan menutup pengerjaan karena tidak memungkinkan selesai tahun ini, dan diusulkan untuk dikerjakan kembali tahun depan. Hal ini terkait persoalan teknis, terutama konstruksi tanah yang perlu dikaji ulang," katanya.
Menurut Naufal, pihak kontraktor memerlukan kajian ulang tanah di sekitar lokasi, karena adanya proyek pembanguna pedestrian di area yang sama oleh Pemerintah Kota Bogor, membuat konstruksi tanah tidak lagi stabil, karena sempat mengalami beberapa kali penurunan tanah. Sehingga perlu dipastikan, agar pilar-pilar dan lantai bangunan tetap kokoh dan kuat.
"Kontraktornya cukup profesional, mereka memikirkan jangka panjang sehingga butuh kajian ulang, memutuskan menghentikan pengerjaan karena tidak memungkinkan dilakukan tahun ini, dan memutuskan dilanjutkan Januari tahun depan," kata Naufal.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015