Jakarta (Antara Megapolitan) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi Rp13.785 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.784 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah masih terbilang stabil terhadap dolar AS sejalan dengan laju inflasi Indonesia pada bulan November tahun ini yang cenderung rendah.

"Inflasi yang rendah cukup mampu menjaga fluktuasi rupiah. Potensi nilai tukar rupiah kembali bergerak menguat masih terbuka meski dibayangi sentimen eksternal," kata Rully Nova.

Ia mengatakan bahwa harapan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang bersiap untuk menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di 15-16 Desember mendatang membuat laju mata uang rupiah untuk bergerak melanjutkan penguatan menjadi tertahan.

Sementara itu,Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS mulai kembali pulih terhadap sebagian mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul penantian pasar terhadap pidato Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen.

"Pasar menantikan petunjuk lebih lanjut terhadap kenaikan suku bunga AS pada bulan ini," kata Ariston Tjendra.

Ia menambahkan bahwa investor juga sedang menanti data laporan penggajian nonpertanian atau "non-farm payrolls" (NFP) pada pekan ini yang diperkirakan meningkat pada periode bulan November.

"Laporan yang solid akan mendukung bank sentral AS (the Fed) pada jalurnya untuk menaikkan suku bunga pada bulan ini," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu (2/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.757 dibandingkan hari sebelumnya (1/12) di posisi Rp13.808 per dolar AS.  
    

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015