Bogor  (Antara Megapolitan) - Presiden Joko Widodo mendorong peningkatan produksi dan kualitas buah nusantara sehingga dapat dipasarkan secara luas di pasar internasional yang dapat meningkatkan pendapatan petani.

"Produksi dan kualitas buah nusantara harus kita genjot, semua buah yang unggulan tidak hanya masuk pasar modern tapi juga pasar modern di semua negara. Karena disinilah pendapatan tambahan tetap petani dinaikkan," kata Presiden saat menghadiri kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015 di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Presiden mengatakan, dirinya pernah berkunjung ke salah satu negara Uni Emirat Arab, ada pejabat setempat yang mengatakan banyak buah-buah Indonesia dijual di supermarket di negara tersebut. Salah satu negara yang memiliki cabang 180 supermarket di dunia, telah memasarkan buah asal Indonesia.

"Saya datangi malam hari supermarket itu, saya melihat hampir semua buah kita dijual dalam kemasan baik, dengan harga baik, tersaji dalam sebuah gerai yang sungguh menaikkan citra dan presepsi buah nusantara," kata Presiden.

Presiden melihat, ada mangga dari Cirebon, Nenas dari Lampang, Semangka dari Sragen, Pepaya dari Boyolali dan Manggis dari Jawa Barat, hampir semua buah nusantara yang dijual di supermarket itu berasal dari Indonesia.

Melihat potensi itu, lanjut Presiden, sudah saatnya produksi dan kualitas buah nusantara ditingkatkan. Oleh karena itu ia meminta Kementerian Pertanian, IPB, pemerintah daerah dan BUMN perkebunan untuk mengelola dari hulu dan hilir produksi buah nusantara.

"Saya yakin komitmen para bupati, dan pemerintah daerah yang menyediakan 50 hektare lahan di kabupaten masing-masing menjadi fokus kita. Tidak harus 512 kabupaten kota menanam buang dan buah nusantara ini. Tapi fokus di daerah yang menjadi prioritas," kata Presiden.

Presiden optimistis dengan langkah tersebut, Indonesia mampu menjadi produsen bunga dan buah yang sangat baik dengan kualitas terbaik.

"Jangan terbalik, justru sekarang kita banyak makan buah impor, jeruk impor, anggur impor, apel impor, durian impor. Makanya saya ulangi terus, ke depan produksi impor harus diganti dengan produksi dalam negeri. Untuk menaikkan derajat produksi kita. Saya yakin bisa dan harus ada yang mengawal," kata Presiden.

Lebih lanjut Presiden mengatakan, IPB diminta bergerak mengawal benih, memberikan pendampingan, pemerintah kabupaten kota menyiapkan betul lahan perkebunan, dan Kementerian Pertanian menyiapkan pengelolaan hulu hingga hilir.

"Jadi manajemen dari pusat sampai daerah semua bergerak. Saya yakin In Shaa Allah gabungan antara akademisi, pemerintah dan dunia usaha dikembangkan semua bergerak sama-sama. Memang perlu waktu, tapi revolusi oranye harus dimulai. Dan IPB yang bertanggung jawab," kata Presiden.

Presiden menekankan, jika peningkatan produksi dan kualitas bunga dan buah nusantara ini tidak berhasil, maka IPB yang ditunjukkan sebagai yang bertanggung jawab akan mendapat catatan dari Menteri Pertanian.

"jelas kalau bunga dan buah tidak berhasil yang ditunjukkan IPB, dicatat ini Pak Menteri," kata Presiden dengan nada guyon.

Presiden menambahkan, bahwa dibutuhkan gerakan revolusi untuk mengurangi ketergantungan akan impor. Sebagai negara yang kaya keanekaragaman hayati, Indonesia banyak mengimpor dibanding mengekspor produk lokal dari dalam negeri.

"Saya perintahkan lagi BMUN, PTPN dari dulu sampai sekarang tidak usah bertahan menanam yang sama (sawit, teh, kopi). PTPN harus mikir menanam buah. Bisa dibayangkan kalau PTPN siapkan 10 ribu hektare lahan, tidak usah banyak-banyak, berapa produksi buah kita," katanya.

Menurut Presiden, 500 hektare lahan yang disiapkan oleh PTPN dalam mengelola perkebunan buah terlalu kecil karena BUMN perkebunan memiliki jutaan hektare lahan yang digarapnya.

Tidak hanya itu, lanjut Presiden, PTPN juga diminta tidak hanya menjual produk perkebunan dalam bentuk mentah, tetapi juga mengembangkan hilirisasi. Misalnya buah jeruk ditanam di lahan 10 ribu hektare yang telah disiapkan, makan perlu disiapkan pula industri olahannya seperti jus jeruk. Karena saat ini industri jus yang ada sangat kecil jumlah dan produksinya.

"Jadi pascapanen juga harus disiapkan, jangan sampai nanti diproduksi dalam jumlah besar, karena tidak ada hilirisasi, dan pasar tidak disiapkan, dua sampai tiga kali panen sudah tidak terurus lagi produksinya hilang. Karena hanya mengurus penanaman, tidak pasar dan pascapanen," kata Presiden.

Presiden kembali menegaskan, persoalan hilirisasi produk pertanian harus diselesaikan secara terintegrasi ada yang menanam, ada pula yang memproduksi jadi dan setengah jadi, dan ada yang memasarkan.

"Kita memiliki kemampuan untuk itu. kita harus mendorong produksi pada saat bersamaan diikuti kampanye konsumsi buah nusantara. Konsumsi buah nusantara harus terus dikampanyekan," kata Presiden.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015