Bogor, (Antara Megapolitan) - Peneliti IPB mengembangkan Tomat Tora yang merupakan varietas tomat unggul bersari bebas atau non-hibrida hasil seleksi dari populasi bersegregasi dan memiliki kualitas seperti tomat hibrida.
"Varietas Tora IPB merupakan tomat non hibrida yang mempunyai potensi hasil seperti varietas hibrida," kata salah satu tim pemulia varitas Tomat Tora dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Prof Muhamad Syukur di Bogor, Selasa.
Syukur menjelaskan, tomat termasuk tanaman penyerbuk sendiri yang diperbanyak melalui benih. Namun demikian, varietas tomat yang dihasilkan dapat berupa tomat hibrida maupun bersari bebas.
Dengan demikian perakitan varietas tomat dapat mengikuti alur perakitan varietas hibrida untuk menghasilkan varietas hibrida dan alur perakitan varietas galur murni (dimodifikasi) untuk menghasilkan varietas bersari bebas atau non hibrida.
"Keunggulan varietas non hibrida adalah cara memproduksi benihnya tidak memerlukan biaya tinggi, sehingga harga benih menjadi relatif murah," kata dia.
Keunggulan lainnnya, lanjut Syukur, para petani pengguna varietas Tora IPB mampu beradaptasi di dataran rendah, memiliki ukuran buah yang cukup besar atau lebih besar dibandingkan varietas tomat Ratna.
Selain itu juga Tora IPB memiliki produktivitas hasil atau bobot buah per hektar yang besar lebih besar dibandingkan varietas pembanding, yakni Tomat Intan.
"Harapannya petani bisa menggunakan varietas ini karena benihnya murah, tetapi hasilnya seperti benih tomat hibrida," katanya.
Syukur mengatakan, varietas Tora memiliki rata-rata bobot per hektare dari empat lokasi (24,61 ton) yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Tomat Intan. Varietas Tora memiliki bobot per hektar yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Tomat Intan dan Ratna pada lokasi penanaman di Lombok dan Purwakarta.
Pada penanaman di wilayah Tajur, Kota Bogor, bobot buah per hektar calon varietas Tora lebih tinggi dibandingkan varietas Intan, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding tomat Ratna. Sedangkan pada penanaman di Leuwikopo, Kabupaten Bogor, bobot buah per hektare calon varietas Tora tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding.
"Untuk menghasilkan Tora IPB, kami menggunakan metode pemuliaan tanaman tomat di antaranya Bulk, Pedigree, SSD, Silang Balik, Seleksi Massa dan Seleksi Galur Murni," katanya.
Perakitan
Dijelaskannya, perakitan varietas Tora IPB merupakan pengembangan dari seleksi populasi bersegregasi dari koleksi plasma nutfah tomat yang diwariskan oleh Prof Sri Setyati Harjadi.
Populasi awal diberi Nomor 78 yang kemudian dilakukan seleksi modifikasi pedigree.
"Penanaman populasi 78 mulai dilakukan tahun 2011. Selanjutnya dilakukan seleksi dengan kriteria bobot buah lebih dari 60 gram. Warna buah muda adalah hijau muda, warna buah intermediet adalah oranye, warna buah matang adalah oranye kemerahan dan bentuknya lonjong," kata dia.
Selanjutnya, populasi 78 mulai ditanam pada musim hujan (MH) tahun 2011 untuk karakterisasi dan perbanyakan benih. Pada musim kemarau (MK) tahun 2011 dilakukan penanaman S2-78 dan mulai dilakukan seleksi. Seleksi dilakukan sesuai dengan kriteria seleksi di atas.
"Pada tahap awal diperoleh sembilan genotipe yang memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan, di antaranya, adalah genotipe IPB 78-13," kata dia.
Genotipe tersebut kemudian ditanam pada MH tahun 2012. Pada tahap tersebut diperoleh sembilan genotipe yang memenuhi syarat, termasuk IPB 78-13-23. Genotipe ini ditanam pada MH 2012 dan MH 2013 sehingga diperoleh IPB 78-13-23-1.
Galur tersebut dilakukan uji pendahulu. Selanjutnya galur IPB 78-13-230-1 diikutsertakan pada uji multilokasi pada tahun 2014.
"Galur IPB 78-13-23-1 dinamakan Tora IPB. Setelah varietas dilepas, saat ini dokumen sedang dikaji oleh Tim Peneliti dan Penguji Varietas Hortikultura Kementerian Pertanian.
"Maka benih Tora IPB akan diperbanyak oleh CV Benih Dramaga dan dipasarkan oleh Botani Send di bawah naungan PT Bogor Life Science and Technology (BLST) IPB," katanya.
Syukur menambahkan, penelitian varietas Tomat Tora IPB dilakukan oleh sejumlah peneliti yang tergabung dalam tim, yakni Prof Sobir, Dr Awang Maharijaya, Abdul Hakim, Arya Widura Ritongan dan dirinya sendiri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Varietas Tora IPB merupakan tomat non hibrida yang mempunyai potensi hasil seperti varietas hibrida," kata salah satu tim pemulia varitas Tomat Tora dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Prof Muhamad Syukur di Bogor, Selasa.
Syukur menjelaskan, tomat termasuk tanaman penyerbuk sendiri yang diperbanyak melalui benih. Namun demikian, varietas tomat yang dihasilkan dapat berupa tomat hibrida maupun bersari bebas.
Dengan demikian perakitan varietas tomat dapat mengikuti alur perakitan varietas hibrida untuk menghasilkan varietas hibrida dan alur perakitan varietas galur murni (dimodifikasi) untuk menghasilkan varietas bersari bebas atau non hibrida.
"Keunggulan varietas non hibrida adalah cara memproduksi benihnya tidak memerlukan biaya tinggi, sehingga harga benih menjadi relatif murah," kata dia.
Keunggulan lainnnya, lanjut Syukur, para petani pengguna varietas Tora IPB mampu beradaptasi di dataran rendah, memiliki ukuran buah yang cukup besar atau lebih besar dibandingkan varietas tomat Ratna.
Selain itu juga Tora IPB memiliki produktivitas hasil atau bobot buah per hektar yang besar lebih besar dibandingkan varietas pembanding, yakni Tomat Intan.
"Harapannya petani bisa menggunakan varietas ini karena benihnya murah, tetapi hasilnya seperti benih tomat hibrida," katanya.
Syukur mengatakan, varietas Tora memiliki rata-rata bobot per hektare dari empat lokasi (24,61 ton) yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Tomat Intan. Varietas Tora memiliki bobot per hektar yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Tomat Intan dan Ratna pada lokasi penanaman di Lombok dan Purwakarta.
Pada penanaman di wilayah Tajur, Kota Bogor, bobot buah per hektar calon varietas Tora lebih tinggi dibandingkan varietas Intan, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding tomat Ratna. Sedangkan pada penanaman di Leuwikopo, Kabupaten Bogor, bobot buah per hektare calon varietas Tora tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding.
"Untuk menghasilkan Tora IPB, kami menggunakan metode pemuliaan tanaman tomat di antaranya Bulk, Pedigree, SSD, Silang Balik, Seleksi Massa dan Seleksi Galur Murni," katanya.
Perakitan
Dijelaskannya, perakitan varietas Tora IPB merupakan pengembangan dari seleksi populasi bersegregasi dari koleksi plasma nutfah tomat yang diwariskan oleh Prof Sri Setyati Harjadi.
Populasi awal diberi Nomor 78 yang kemudian dilakukan seleksi modifikasi pedigree.
"Penanaman populasi 78 mulai dilakukan tahun 2011. Selanjutnya dilakukan seleksi dengan kriteria bobot buah lebih dari 60 gram. Warna buah muda adalah hijau muda, warna buah intermediet adalah oranye, warna buah matang adalah oranye kemerahan dan bentuknya lonjong," kata dia.
Selanjutnya, populasi 78 mulai ditanam pada musim hujan (MH) tahun 2011 untuk karakterisasi dan perbanyakan benih. Pada musim kemarau (MK) tahun 2011 dilakukan penanaman S2-78 dan mulai dilakukan seleksi. Seleksi dilakukan sesuai dengan kriteria seleksi di atas.
"Pada tahap awal diperoleh sembilan genotipe yang memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan, di antaranya, adalah genotipe IPB 78-13," kata dia.
Genotipe tersebut kemudian ditanam pada MH tahun 2012. Pada tahap tersebut diperoleh sembilan genotipe yang memenuhi syarat, termasuk IPB 78-13-23. Genotipe ini ditanam pada MH 2012 dan MH 2013 sehingga diperoleh IPB 78-13-23-1.
Galur tersebut dilakukan uji pendahulu. Selanjutnya galur IPB 78-13-230-1 diikutsertakan pada uji multilokasi pada tahun 2014.
"Galur IPB 78-13-23-1 dinamakan Tora IPB. Setelah varietas dilepas, saat ini dokumen sedang dikaji oleh Tim Peneliti dan Penguji Varietas Hortikultura Kementerian Pertanian.
"Maka benih Tora IPB akan diperbanyak oleh CV Benih Dramaga dan dipasarkan oleh Botani Send di bawah naungan PT Bogor Life Science and Technology (BLST) IPB," katanya.
Syukur menambahkan, penelitian varietas Tomat Tora IPB dilakukan oleh sejumlah peneliti yang tergabung dalam tim, yakni Prof Sobir, Dr Awang Maharijaya, Abdul Hakim, Arya Widura Ritongan dan dirinya sendiri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015