Bekasi, (Antara Megapolitan) - Warga Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi, Jawa Barat meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang sebagai kawasan industri sampah.

"Saat ini pengelolaan sampah di TPST Bantargebang sebenarnya sudah ada, tapi mayoritas masih didominasi pemulung asal luar daerah dengan memilah sampah plastik," kata warga RT1 RW3 Ciketing Udik Bantargebang Warnadi di Bekasi, Senin.

Namun dia berharap agar 6.000 ton sampah warga DKI yang dibuang ke TPST Bantargebang per harinya dapat dimanfaatkan sebagai industri sampah yang dapat mensejahterakan warga sekitar.

Warnadi yang merupakan tokoh masyarakat setempat mengatakan konsep industri sampah yang dimaksud adalah dengan menyediakan infrastruktur yang memadai untuk mengelola sampah menjadi barang berguna.

"Sampah bisa dikelola menjadi minyak, listrik, pupuk kompos dan lainnya bila didukung infrastruktur yang memadai," katanya.

Industri itu diharapkan dapat memprioritaskan warga di sekitar TPST Bantargebang untuk bekerja sebagai karyawan.

"Kan lebih enak didengar kalau istilah pemulung diganti menjadi karyawan. Kita bisa gajian," katanya.

Dikatakan Warnadi, warga yang tinggal di sekitar TPST Bantargebang tersebar di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumurbatu.

"Kami hanya menerima uang kompensasi sampah rata-rata Rp300 ribu per triwulan, Rp100 ribu di antaranya disepakati dipotong untuk operasional pembangunan jalan lingkungan dan tempat ibadah," katanya.

Besaran kompensasi itu dirasa tidak ideal dengan situasi kerusakan lingkungan saat ini akibat sampah serta taraf ekonomi masyarakat yang masih rendah.

"Salah satu solusinya perlu ada realisasi industri sampah," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015