Dolar sedikit melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah data menunjukkan produksi di pabrik-pabrik AS mencatat penurunan terbesar dalam tujuh bulan pada September, menghapus kenaikan sebelumnya di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin lebih dekat untuk menaikkan suku bunga daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Produksi manufaktur AS terpukul karena kekurangan semikonduktor global yang berkelanjutan menekan produksi kendaraan bermotor, memberikan bukti lebih lanjut bahwa kendala pasokan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Gangguan pasokan menambah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan menambah ekspektasi bahwa bank sentral AS perlu bertindak untuk mengatasi kenaikan harga.
"Prospek bank sentral global untuk menjadi lebih agresif melawan kekhawatiran inflasi yang berkembang dapat menempatkan dolar AS di bawah beberapa tekanan, meskipun Fed pada gilirannya dapat bertindak lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, mendukung dolar," kata Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global, di Action Economics.
Baca juga: Sentimen risiko "rebound", dolar AS akhiri kenaikan lima minggu beruntun
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya menysut 0,02 persen menjadi 93,95. Indeks sebelumnya mencapai 94,17 karena imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat.
Dolar Selandia Baru naik setelah data menunjukkan bahwa negara itu menghadapi tekanan harga tertinggi dalam satu dekade. Kiwi terakhir dikutip 0,7081 dolar AS, setelah sebelumnya naik ke tertinggi satu bulan di 0,7105 dolar AS.
Sterling sempat mencapai level tertinggi 20 bulan terhadap euro setelah Gubernur bank sentrak Inggris, Bank of England (BoE), Andrew Bailey mengirim sinyal baru bahwa bank sentral bersiap untuk menaikkan suku bunga karena risiko inflasi meningkat.
Baca juga: Dolar AS sentuh tertinggi satu tahun, terangkat kenaikan imbal hasil AS
Euro terakhir naik 0,24 persen terhadap pound Inggris di 0,8455, setelah sebelumnya jatuh ke serendah 0,8427. Euro juga menguat 0,11 persen menjadi 1,1610 dolar AS, setelah sebelumnya turun menjadi 1,1570 dolar AS. Tahun ini euro jatuh 5,0 persen.
Analis di Bank of America mencatat pada Senin (18/10/2021) bahwa mata uang terkait komoditas, termasuk krona Norwegia serta dolar Kanada dan Australia, telah menjadi pemain terbaik sejak musim panas karena harga-harga energi naik, sementara euro dan yen adalah yang terburuk.
Yen mendekati level terendah baru tiga tahun, dengan dolar bertahan naik 0,01 persen pada 114,27 yen, mendekati level 114,46 pada Jumat (15/10/2021) yang terakhir dicapai pada Oktober 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Produksi manufaktur AS terpukul karena kekurangan semikonduktor global yang berkelanjutan menekan produksi kendaraan bermotor, memberikan bukti lebih lanjut bahwa kendala pasokan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Gangguan pasokan menambah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan menambah ekspektasi bahwa bank sentral AS perlu bertindak untuk mengatasi kenaikan harga.
"Prospek bank sentral global untuk menjadi lebih agresif melawan kekhawatiran inflasi yang berkembang dapat menempatkan dolar AS di bawah beberapa tekanan, meskipun Fed pada gilirannya dapat bertindak lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, mendukung dolar," kata Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global, di Action Economics.
Baca juga: Sentimen risiko "rebound", dolar AS akhiri kenaikan lima minggu beruntun
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya menysut 0,02 persen menjadi 93,95. Indeks sebelumnya mencapai 94,17 karena imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat.
Dolar Selandia Baru naik setelah data menunjukkan bahwa negara itu menghadapi tekanan harga tertinggi dalam satu dekade. Kiwi terakhir dikutip 0,7081 dolar AS, setelah sebelumnya naik ke tertinggi satu bulan di 0,7105 dolar AS.
Sterling sempat mencapai level tertinggi 20 bulan terhadap euro setelah Gubernur bank sentrak Inggris, Bank of England (BoE), Andrew Bailey mengirim sinyal baru bahwa bank sentral bersiap untuk menaikkan suku bunga karena risiko inflasi meningkat.
Baca juga: Dolar AS sentuh tertinggi satu tahun, terangkat kenaikan imbal hasil AS
Euro terakhir naik 0,24 persen terhadap pound Inggris di 0,8455, setelah sebelumnya jatuh ke serendah 0,8427. Euro juga menguat 0,11 persen menjadi 1,1610 dolar AS, setelah sebelumnya turun menjadi 1,1570 dolar AS. Tahun ini euro jatuh 5,0 persen.
Analis di Bank of America mencatat pada Senin (18/10/2021) bahwa mata uang terkait komoditas, termasuk krona Norwegia serta dolar Kanada dan Australia, telah menjadi pemain terbaik sejak musim panas karena harga-harga energi naik, sementara euro dan yen adalah yang terburuk.
Yen mendekati level terendah baru tiga tahun, dengan dolar bertahan naik 0,01 persen pada 114,27 yen, mendekati level 114,46 pada Jumat (15/10/2021) yang terakhir dicapai pada Oktober 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021