Kesuksesan Agung Wedhatama, petani muda asal Desa Gobleg, Kabupaten Buleleng, Bali, dijadikan inspirasi oleh Tim IPDMIP yang melakukan kunjungan lapangan ke Desa Gobleg. 

Agung Wedhatama menceritakan bagaimana ia menjalankan pertanian organik yang disebutnya dengan nature farming.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dalam keterangannya, Jumat mengatakan petani-petani muda harus sudah muncul ke permukaan.

"Kita berharap petani-petani muda bisa mengambil peran untuk mengembangkan pertanian. Lewat mereka, kita berharap muncul inovasi-inovasi lain," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengutarakan hal yang sama.

"Kita harus mengubah mindset, pola pikir, anak-anak muda tentang pertanian. Jangan lagi berpikir pertanian itu kotor. Pertanian itu keren, menjanjikan. Sudah ada teknologi yang bisa digunakan, ada banyak sektor yang bisa dimanfaatkan," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, sukses yang diraih Agung Wedhatama dan diterapkan di Desa Gobleg bisa menjadi contoh.

Saat menerima kunjungan lapang Tim IPDMIP, Agung Wedhatama, menjelaskan mengenai usaha yang dijalankannya.

“Di Desa Gobleg, Buleleng, kita bentuk komunitas kecil Petani Muda Keren (PMK) Gobleg. Kita fokus pada komoditas hortikultura sayuran. Kita juga terintergrasi dengan pertanian yang menerapkan smart farm. Ini semua dari P4S, dan kita menerapkan pertanian organik yang kita sebut nature farming,” katanya.

Menurutnya, PMK mengembangkan integrated chain farming (mata rantai pertanian) dan koperasi PMK melalui komuniktas.

"Jadi PMK melakukan semuanya, kita ikut menyediakan sarna prasarana, menggelar event dan lainnya dilakukan. Kita juga punya toko tani untuk membantu koperasi. Kita jual pestisida nabati, pupuk cair yang semua bisa dimanfaatkan petani. Dan petani bayar tidak harus dengan uang, tapi bisa dengan hasil panen. Selain itu, petani juga dibuatkan bibit yang baik, sehat berkualitas," jelasnya.

Dijelaskannya, PMK Gobleg juga telah terintegrasi dengan supermarket besar. Bahkan, sudah menjalin MoU untuk men-supply sayuran ke restoran dan hotel di Bali.

"Kita juga ekspor ke China. Ekspor masih jalan, tapi memang kita terganggu karena terkendala kargo akibat pandemi. Tapi demand tetap besar. Untuk produk pertanian, kita buat dari community ke community. Kita buat platform online untuk mereka. Kita kembangkan aplikasi sendiri dan untuk merchant kita," jelasnya.

Menurutnya, PMK ‘meracuni’ orang untuk jadi petani. Karena,mereka melihat hasilnya, dampaknya dan manfaatnya. Pertanian pun tidak sekadar beras, jagung dan lainnya. Semua harus terkoneksi. Oleh karena itu, setiap bulan PMK Gobleg membuat pelatihan.

"Mengajak anak muda ke pertanian itu harus dilakukan dengan cara-cara keren, lewat networking dan penerapan teknologi," katanya.

Dalam kesempatan itu, Agung Wedhatama juga menjelaskan jika pertanian organik atau nature farming yang dijalankannya tidak berorientasi pada harga.

"Kita tidak bicara price atau harga. Kita tekankan ke petani kita mengenai values, sustainbility, itu yang kita ajarkan. Kita tidak bicara harga. Di PMK kita ada value chain. Produk kita sudah diserap vegan, vegetarian dan lainnya. Kita sudah punya pasar sendiri. Dengan bertani organik setiap tahun cost semakin rendah tapi produktivitas semakin tinggi," katanya.

Pewarta: Pewarta Antara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021