Pekanbaru (Antara Megapolitan) - Pengamat pendidikan dan lingkungan dari Universitas Islam Riau, Mardianto Manan mengatakan asap pekat yang terus menyelimuti daerah dikenal kaya minyak ini sejak dua bulan terakhir diyakini akan makin merusak masa depan anak bangsa.

"Sebab sekolah terus diliburkan, dan pendidikan yang tertunda menyebabkan mereka ketinggalan pelajaran, sehingga diyakini akan 'membunuh' potensi anak didik di masa depan," kata Mardianto di Pekanbaru, Jumat.

Menurut Mardianto yang juga Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Riau itu mengatakan potensi anak didik di masa depan akan makin rendah,  apalagi asap yang terhirup mengandung banyak racun itu bisa mengakibatkan kesehatan mereka terus terganggu.

Jika kesehatan anak terganggu, katanya lagi, pada akhirnya generasi muda yang bakal memimpin daerah ini di masa datang akan berkualitas rendah.

"Riau akan kehilangan generasi potensial di masa depan, lebih akibat bencana asap ini hampir mencapai puluhan tahun, artinya anak yang terlahir pada tahun 1997, sejak kecil mereka sudah menghirup asap ini setiap tahun," katanya.

Pada tahun 2015, katanya,  anak-anak Riau sudah menghirup asap untuk 18 tahun dan kondisi terus memiriskan kendati para pelaku pembakar sudah dihukum paling banyak sejak era kepemimpinan Presiden SBY.

Namun kini, kasus dan bencana yang sama terulang lagi, sehingga bencana ini terkesan bahwa pembiaran "tragedi" asap puluhan tahun bakal akan terjadi lagi pada masa datang anak-anak didera ISPU dalam kualitas sangat berbahaya bagi kesehatan.

Pada sejumlah kabupaten dan kota yang memiliki titik api --berimbas ke Kota Pekanbaru-- itu, sudah menunjukan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada kategori yang paling berbahaya diatas ambang batas 615.

"Jika ditinjauan asal asap dari berbagai sumber menyebutkan, bahwa asap dihasilkan dari proses pembakaran yang terdiri dari polutan berupa partikel dan gas. Partikel itu adalah silika, oksida besi, dan alumina, gas yang dihasilkannya adalah CO, CO2, SO2, NO2, aldehid, hidrocarbon, dan fluorida," katanya.

Akibat polutan ini, berpotensi sebagai iritan dapat menimbulkan fibrosis (kekakuan jaringan paru), pneumokoniosis, sesak napas, elergi sampai menyebabkan penyakit kanker.

Berdasarkan Pedoman Kementerian Kesehatan tentang pengendalian pencemaran udara, akibat kebakaran hutan terhadap kesehatan, ditetapkan kategori bahaya kebakaran hutan dan tindakan pengamanan berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). ISPU lebih dari 50 dikatagorikan baik, ISPU 51-100 dinilai sedang, ISPU 101-199 sudah dikatagorikan tidak sehat.

Dalam kategori ISPU 200-299 sangat tidak sehat pada penderita ISPA, Pneumonia dan penyakit jantung akan kian berat, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, bagi penderita penyakit jantung gejalanya akan kian berat.

Sedangkan ISPU 300-500 pada kategori berbahaya bagi semua orang, terutama balita, ibu hamil, orang tua, dan penderita gangguan pernapasan.

"Kini masyarakat Riau sudah seharusnya tinggal di rumah dan menutup semua pintu serta jendela. Jika perlu  segera lakukan evakuasi selektif bagi orang beresiko seperti balita, ibu hamil, orang tua, dan penderita gangguan pernapasan ke tempat bebas pencemaran," katanya. 

Pewarta: Frislidia

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015