Pemerintah Indonesia melalui kolaborasi antara Kemendikbudristek dan Kementerian ESDM meluncurkan Program Gerakan Insiatif Tenaga Surya (Gerilya) yang bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai aktivis energi bersih melalui pembekalan dan pemberian pengalaman.

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan Gerilya adalah salah satu kegiatan studi independen Kampus Merdeka yang melahirkan aktivis energi bersih dengan kecerdasan berinovasi.

"Selama satu semester, peserta Gerilya akan belajar secara mandiri dan bersama mentor untuk dapat mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya atap sebagai inovasi solusi energi bersih," ujarnya dalam acara daring peluncuran Program Gerilya yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Baca juga: AESI: Cicilan solar sel lebih murah ketimbang harga rokok

Program tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa eksakta yang ingin mendapatkan 10 hingga 20 SKS dalam satu semester dengan mengikuti tiga bulan kursus dan tiga bulan proyek berbasis tim.

Mereka nantinya akan didampingi lebih dari 15 orang pengajar profesional dan lebih dari 20 orang mentor pendamping dalam rangka meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan mempercepat pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya atap di Indonesia, serta mendukung pencapaian target bauran energi baru terbarukan 23 persen pada 2025.

Nadiem menambahkan bahwa perkembangan teknologi yang makin cepat tak hanya mengubah pola hidup manusia, tetapi juga kondisi alam.

Selama kurang lebih dua abad manusia telah bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Ketergantungan terhadap energi kotor tersebut menjadi salah salah satu penyebab perubahan iklim.

Menurutnya, hal yang bisa dilakukan saat ini adalah memperlambat laju perubahan iklim untuk melindungi bumi dan mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan, salah satu caranya dengan menciptakan inovasi di bidang energi bersih.

Baca juga: Tim Pengmas FIK UI sediakan panel surya di Wakatobi

"Melalui program program Kampus Merdeka, kami berkomitmen meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa untuk menemukan pemecahan dari tantangan-tantangan ini," kata Nadiem.

Kementerian ESDM memproyeksikan Indonesia memiliki potensi sekitar 32.000 megawatt energi yang bersumber dari PLTS atap, namun kapasitas terpasang listrik surya atap saat ini hanya sebesar 31 megawatt.

Pemerintah sedang menyempurnakan regulasi PLTS atap agar bisa menarik minat masyarakat dan industri untuk menggunakan listrik bersih tersebut.

Menteri ESDM Arifin Tasrif optimistis pemanfaatan PLTS atap bisa dipercepat melalui peran aktif semua pihak, termasuk mahasiswa dan generasi muda melalui gerakan insiatif tenaga surya.

"Program Gerilya akan melahirkan aktivis energi bersih dari generasi muda yang turut mempercepat pemanfaatan solar rooftop dan mendukung pencapaian bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen di tahun 2025," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Baca juga: Pelajar Bekasi Rakit Panel Surya Berbahan Bekas

Program Gerilya akan diselenggarakan pada laman Spada Indonesia milik Kemendikbudristek dengan 10 topik pembelajaran lengkap dengan kuis dan tugas.

Apabila mahasiswa sudah masuk ke laman tersebut, kemudian mengklik course yang akan memunculkan menu studi independen Program Gerilya.

Selama tiga bulan pertama, mahasiswa akan mendapatkan pembekalan secara virtual maupun fisik terkait ilmu teknik, komersial, maupun pemasaran.

Setelah tiga bulan pembekalan, mereka akan mendapatkan pelatihan langsung dari para pelaku usaha PLTS atap untuk ikut membantu pengembangan listrik matahari dengan membantu survei pasar, strategi bisnis, dan promosi.

Pemerintah berharap kompetensi mahasiswa di dalam energi terbarukan akan terasah dan terlatih melalui program tersebut, sehingga mempercepat akselerasi pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021